Tak terasa waktu berlalu begitu cepat bagi seorang Mega Kesuma, wanita tua itu terlihat melamun menatap sebingkai foto dimana keluarganya masih sangat utuh. Putra pertamanya berserta menantunya terlihat sangat bahagia dalam foto itu begitupula dengan Ferdinan dan Laura. Suaminya terlihat memangku Prilly dan juga Nizam sementara si kecil Kirana terlihat nyaman dalam pelukannya.Mereka sangat bahagia kala itu sampai akhirnya musibah menimpa keluarga Sinaga hingga merenggut nyawa putra pertamanya bersama istrinya. Malam itu Mega masih mengingat dengan jelas, hujan yang begitu deras tidak menghalangi putranya untuk mendatangi perusahaan yang dikabarkan mengalami masalah besar.
"Besok saja Nak! Hujan seperti ini sangat berbahaya jika kalian mengemudi." Tegur Mega sambil menggendong Prilly yang kala itu masih berusia sekitaran 1-2 tahun. Gadis kecil itu terlelap pulas dalam dekapan Neneknya.
"Tidak bisa Ma. Aku tidak bisa membiarkan perusahaan ku bangkrut seperti perusahaan Ferdinan." Sahut Ayah Prilly dengan wajah yang tampak begitu cemas.
"Benar Ma. Biarkan kami pergi dan tolong jaga Prilly." Ucap Ibunda Prilly dengan mata berkaca-kaca. "Mama sayang kamu Nak. Apapun yang terjadi kamu harus ingat kalau Mama dan Papa sangat menyayangi kamu." Lanjut Ibu Prilly dengan senyuman yang begitu teduh.
Mega sama sekali tidak merasakan firasat apapun bahkan ia sempat melambaikan tangannya ketika mobil putra sulungnya berjalan meninggalkan kediaman mereka sampai akhirnya ia mendapat kabar jika mobil yang dikemudikan oleh putranya mengalami kecelakaan dan semuanya berubah gelap.
Kehidupan Mega tak lagi sama sejak saat itu, meskipun ia masih memiliki putra yang lain namun kehilangan putra sulungnya cukup membuat wanita itu terpukul dan sampai saat ini rasa sakit itu masih begitu membekas di hatinya.
"Mama enggak bosan selalu menangisi putra Mama yang sudah mati itu?" Suara berat Ferdinan terdengar membuat Mega menoleh dan menatap tajam putra bungsunya.
"Berhenti berbicara kasar pada Mama Ferdinan!"
"Tidak akan!" Jawab Ferdinan dengan gaya angkuhnya.
Mega meletakkan bingkai yang sejak tadi berada dalam pelukannya. Ia tidak tahu maksud kedatangan Ferdinan malam-malam seperti ini namun melihat wajah bengis putranya ia cukup sadar jika Ferdinan tidak datang dengan maksud yang baik.
"Ada apa?" Tanyanya langsung pada putranya.
Kini Ibu dan anak itu berdiri berhadapan dengan tatapan sama tajamnya. "Kamu tidak mungkin mengunjungi Mama ditengah malam seperti ini tanpa mengharapkan sesuatu bukan?" Mega sudah sangat hafal kebiasaan putranya, Ferdinan tidak akan mengunjungi dirinya tanpa bermaksud apapun terlebih ditengah malam seperti ini.
Tawa Ferdinan terdengar membuat Mega berdecih muak namun biar bagaimanapun Ferdinan tetaplah putranya sehingga ia biarkan saja Ferdinan tertawa sepuasnya. Setelah tawanya reda Ferdinan kembali memperlihatkan wajah datarnya pada sang Ibu.
"Aku hanya ingin meminta satu hal pada Mama." Ferdinan melangkah mendekati Ibunya, perlahan ia dekatkan bibirnya pada telinga sang Ibu. "Singkirkan setan kecil itu dari perusahaan atau aku benar-benar akan menyingkirkannya dari dunia ini."
Mega menatap putranya dengan tatapan nyalang namun lidahnya terasa kelu. Ia sungguh tidak menyangka jika dirinya benar-benar telah membesarkan seorang monster. "Enyah dari hadapanku Ferdinan!" Gertak Mega yang justru membuat Ferdinan tertawa terbahak-bahak.
"Oh aku sungguh takut melihat Mama marah seperti ini. Hahahaha!" Ferdinan terus mengejek Ibunya sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan kediaman Ibunya.
Sepeninggalan Ferdinan putranya tiba-tiba Mega merasakan sakit dibagian dadanya. Tubuh tuanya seketika merasa lemah sampai ia tersungkur ke lantai. Wanita itu mengerang kesakitan sebelum kedua matanya tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guard's Love
ChickLitNext story aku jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa..