06

599 31 0
                                    

AUTHOR POV

aksel masuk ke kelas nya, dia sengaja datang lebih cepat hari ini, untuk menghindari teman teman nya yang akhir akhir ini sering memerhatikan dirinya.

Dia memakai hodie dilapisi jaket, udara pagi ini sangat dingin, karena semalam hujan sangat deras.

Dia beruntung, karena dengan begitu, tidak akan ada yang tau tubuh dia yang penuh luka akibat pukulan ibunya kemarin.

Aksel meletakkan tas nya di samping meja, kemudian membuka handphone nya, memakai headset dan menyalakan musik untuk menemani pagi nya, kelas nya masih sepi, belum ada orang sama sekali.

Dia menatap kebawah lapangan melalui jendela kelas nya, ruangan nya berada di lantai dua sekolah ini karena dia berada di kelas sebelas, gedung sekolah nya tiga tingkat, lantai 1 untuk kelas sepuluh, lantai 2 untuk kelas sebelas, dan lantai 3 untuk kelas dua belas, seperti nya 2 bulan lagi dia akan menempati lantai tertinggi di sekolah nya ini.

Sekolah nya termasuk sekolah elite di kota ini, ini bukan semata mata karna orang tua nya ingin dia bersekolah di sekolah terbaik, dan dia juga tidak berharap orang tuanya akan peduli dia bersekolah dimana, alasannya hanya satu yaitu hanya sekolah ini yang dekat dengan rumah barunya di kota ini, masuk sekolah ini juga tidak terlalu sulit karena nilai Aksel dari rapor di sekolah sebelumnya tidak terlalu buruk, jadi dia bisa masuk dengan mudah dan bersekolah disini.

Dia terpaksa masuk sekolah hari ini, karena pagi pagi sekali ayah dan ibunya sudah bertengkar, ayah nya pulang pagi lagi hari ini dan ibunya yang ingin pergi ke toilet tidak sengaja melihat ayahnya yang pulang pagi, alhasil mereka bertengkar pagi pagi sekali, sebenarnya dia juga bingung dengan ayahnya yang selalu pulang pagi, tapi ayahnya sudah sering seperti itu, ayahnya beralasan dia lembur dan Aksel tidak tau itu benar atau tidak. Yang penting ayahnya masih memberikan nafkah untuk mereka, itu sudah cukup baginya.

Dia yang masih tidur malah terbangun dan memutuskan untuk bersekolah agar dia tidak mendengar pertengkaran orang tuanya. Bahkan pagi ini dia pergi lewat jendela kamarnya, agar tidak berjumpa dengan ayah dan ibunya. dia sudah biasa pergi tanpa pamit dengan kedua orang tuanya, dan seperti nya orang tuanya juga tidak peduli dengan itu.

Aksel yang sedang melamun dikejutkan oleh pukulan bertubi-tubi di pundaknya, dia sudah tau siapa pelakunya, namun dirinya tidak berusaha menghentikan si pelaku, buang buang waktu, begitulah pikir nya.

"Heh es cabul, Lo pasti sengaja kan ga Dateng kemarin buat ngehindarin gw, Lo itu udh cabul, ngeselin, sok cool, sok cuek, nyebelin Lo"

Aksel sebenarnya bingung, kemarin  dia tidak sekolah bukan karena ingin menghindari Kayla, tapi baguslah kalau Kayla berpikir seperti itu, dia tidak susah mencari jawaban lain sebagai alasan dia tidak datang.

Kayla terus memukul nya di lengan, di bahunya sehingga luka luka ditubuhnya yang belum sembuh sepenuhnya malah makin sakit. Aksel sedikit mengadu kesakitan dengan pukulan Kayla, setelah itu dia pergi dari sana dengan raut wajah datar agar Kayla tidak curiga Dengannya

Kayla yang sempat mendengar rintihan aksel saat dia pergi menjadi bingung dengan sikap nya pagi ini.

"Perasaan gw mukul nya biasa aja ga terlalu kenceng, kok dia kayak orang kesakitan gitu ya"

Memutuskan untuk tidak menyusul Aksel, dia meletakkan tasnya di samping meja kemudian duduk dan memainkan gawai nya.

............

Semenjak kejadian pagi itu dikelasnya, Aksel seperti menghindari Kayla, dia yang biasanya hanya duduk di kursi dari pagi sampe pulang, sekarang akan pergi apabila Kayla hendak berniat untuk mengajak nya berbincang, ralat Karna mereka tidak pernah berbincang, hanya Kayla yang sering menghampirinya untuk mengomel atau pun memarahi nya Karna dia tidak membalas chat nya, atau sedang kesal padanya.

CLASSMATE  (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang