22. Kesempatan dalam Kesempitan

417 22 1
                                    


Bukan Clara namanya jika tidak bangun dalam keadaan linglung. Mengira dirinya masih berada di kelab karena sibuk menangisi Aldrian, Clara malah mendapati dirinya sudah berada di kasur unitnya. Oh, ia pikir Meira yang membawanya kemari, karena kalau tidak salah wanita itu ikut menemaninya di kelab tadi malam, bukan? Bagus kalau begitu. Meira memang teman yang sanagt bisa diandalkan. 

Clara menyibak selimutnya seraya menguap lebar. Pertama kali yang ia rasakan saat bangkit dari posisi telentangnya ialah kondisi tubuhnya yang terasa ringan sekali beserta dingin AC yang langsung menerpa tubuhnya. Dahi Clara mengerut, melihat keadaan tubuhnya yang ternyata tidak memakai baju. Hanya pakaian dalam saja yang menutupi bagian tertentunya. Oh, mungkin tadi malam ia sempat muntah dan membuat Meira harus menanggalkan semua bajunya. Masuk akal. 

Clara yang tidak memusingkan akan kondisi tubunya kemudian menurunkan kedua kakinya dari kasur, menginjak lantai dingin unitnya sebelum ia menyadari jika terdapat pakaian asing yang berserakan di dekat kakinya. Pertanyaanya, sejak kapan Clara memakai kemeja? dan sejak kapan ia memiliki ikat pinggang beserta celana yang sangat menyerupai lelaki?

Kini otak Clara berpikir keras. Mencoba mengingat apa yang sebelumnya terjadi tadi malam, ia pikir ia tidak melakukan sesuatu yang salah, tapi entah mengapa Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres. 

"Guten morgen."

Kembali, Clara mendapatkan sesuatu yang lebih aneh dari sebelumnya karena mendengar suara serak khas milik pria yang kini terlantur di belakangnya. Otomatis membuat Clara menoleh ke belakang, dan terbelalak melihat oknum yang berada di sana. Sedang tersenyum nakal seraya melihat Clara. 

"KAU!" Clara benar-benar memekik setelahnya, tidak lupa bangkit dari duduknya dengan secepat kilat. 

"Ouch, dasar wanita, suka sekali berteriak," guman Kelvin agak kaget mendengar teriakan Clara. 

Tapi, Clara tidak peduli. Yang ia pertanyakan adalah keberadaan pria itu yang pagi ini berada di unitnya, ralat berada di kasurnya. 

"Mau apa kau ke sini, hah?" seru Clara galak, sudah memasang prasangka negatif terhadap Kelvin yang baru saja merubah posisinya menjadi duduk di kasur. 

Kelvin hanya menguap dengan tampang malas, tanpa menjawab pertanyaan Clara. 

"Hei, jawab aku orang gila!" sentak Clara lagi. 

"Ck, berisik sekali, sih." Kelvin berdumel malas. "Kenapa memangnya jika aku di sini? Kau tidak terima?" 

"Tentu saja. Kau tiba-tiba berada di unitku, tidur di sebelahku. Apa yang kau lakukan padaku, hah?"

"Kenapa bertanya begitu? Memangnya kau tidak ingat jika dari semalam kita tidur bersama?" celoteh Kelvin dengan santai. 

"Bullshit. Aku tidak mungkin tidur denganmu, gila." Clara yakin jika pria di depannya hanya mengada-ada. Toh, tadi malam ia pulang bersama Meira, bukan? Pasti, Clara yakin itu. 

Kelvin menghela napas panjang. Tahu jika wanita bar-bar itu pasti akan bereaksi seperti ini. Sudah Kelvin duga sebelumnya, makanya Kelvin cukup pintar untuk merencanakan sesuatu yang akan membuat wanita itu skak mat. 

"Kau memperkosaku, hah?" tuduhan itu bahkan dilayangkan oleh Clara saat sadar dengan kondisi mereka yang setengah telanjang. Tetapi, Kelvin bukan merasa tersinggung melainkan tertawa mendengar tudingan tersebut. 

"Mungkin jika tidak ada aku hal itu bisa terjadi, Quinn. Tapi, tidakkah kau ingat jika kita melakukan ini atas keinginan bersama?" Kelvin menyinggungkan senyum miring, melihat ekspresi pucat dari Clara membuatnya yakin jika ia berada di atas angin sekarang. 

Not A Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang