Tak hanya untuk para tamu, para ART, pengawal, keluarga, juga staff pribadi Opa ikut bersenang-senang, kecuali beberapa petugas keamanan yang menjaga rumah ini.
Mereka bernyanyi membawakan lagu tahun 90an. Yang mencuri perhatiannya adalah Arfan, pria yang mengenakan kemeja biru muda itu sedang bernyanyi namun caranya memegang microphone dan caranya menggerakan kepala mirip seperti bapak-bapak. Sejak tadi senyumnya lebar bahkan tak jarang Elmira mendapati Arfan yang tertawa bersama tamu di sini.
Bagaimana bisa pria bermata elang itu memiliki senyum yang manis dan terlihat imut secara bersamaan.
Elmira menghampiri Arfan yang sedang mengobrol dengan seorang pria yang terlihat seumurannya, Arfan menepuk bahu temannya yang hendak pamit itu lantas menoleh ke arah Elmira, menyadari ada hal penting yang ingin disampaikan padanya
"Kenapa?" Tanya Arfan meletakan kedua tangannya di belakang,
"Helen ngga kamu undang, Mas?" Tanya Elmira melangkah lebih dekat agar suaranya terdengar
"Saya hanya mengundang teman dekat kamu"
Elmira memeluk sikutnya "Aku ngga punya banyak teman sekolah tapi tamu undanganku malam ini banyak termasuk Anthony. Kamu pasti tau dengan siapa aku terlibat projek di Jogja"
"Undangan itu di sebar dua minggu lalu sedangkan saya tau projek kamu kurang dari satu minggu" ucap Arfan yang merasa itu bukan suatu hal yang besar
Elmira ingin menyela namun seorang perempuan bergaun biru menghampirinya sambil memegang piring kecil yang diatasnya cake
"Ini, Kak Arfan ya?" Nina, teman smp Elmira, menatap Arfan memastikan. Ia sedang mengambil cake namun tak sengaja melihat interaksi Elmira dan pria yang tidak asing menurutnya
"Hei, apa kabar?" Tak sekaku menatap Elmira, tatapan pria itu berubah cerah, lantas mengulurkan tangannya
"Wah, masih ingat juga, lama ngga ketemu ya," sahutnya setelah mereka berjabat tangan
"Terakhir kali kita ketemu waktu nonton di bioskop itu kan? double date?" tebaknya sembari menjentikan jari.
Double date?
Elmira merasa tubuhnya tiba-tiba merinding dan seluruh aliran darahnya seperti bergumul di pipinya, berbeda dengan Arfan yang kini tertawa pelan
"Kalau ngga salah sambil rayain ulang tahun kak Arfan" lanjutnya
Lantas Nina menatap Elmira dan Arfan secara bergantian. "Aku udah curiga kalian bakalan awet, soalnya Elmira kelihatan bucin banget waktu itu, segala minta di suapin, terus kalau ada anak cowok yang deketin pasti di cuekin, padahal masih kelas 7 waktu itu." jelasnya diiringi tawa, tak menyadari bahwa wajah Elmira memerah, hal itu disadari Arfan yang sejak tadi mencuri pandang pada Nona nya
"Lo masih inget ngga waktu di kantin pernah bilang 'aku ngga mau sebangku sama Stefan, takut kak Arfan cemburu'? Gemes banget kan?" Nina menyenggol tangan Elmira menggodanya.
"Nin," Elmira menatap melerai Nina, tak ingin membahas masa lalu.
"Dari kecil emang udah bibit-bibit setia, kemana-mana selalu gandengan, lo dulu manja banget sama kak Arfan" gumam Nina semakin tersenyum lebar menggoda Elmira, temannya itu masih sama seperti dulu, malu-malu kalau membahas hubungan
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband (End)
RomanceElmira Knourish Kusumoatmadja, seorang perempuan yang telah memasuki usia dua puluh sembilan tahun, memiliki target untuk menikah yang telah ia susun beberapa tahun lalu. Meskipun ia telah mencoba meminta dijodohkan dengan laki-laki pilihan kakeknya...