Elmira mengeratkan genggaman pada ponselnya sambil beberapa kali mengehela nafas berat mengingat obrolan terakhir dengan suaminya. Ia keterlaluan mengatakan bahwa Arfan tidak berperasaan hanya karena satu kejadian, padahal ia tidak tahu sedalam apa luka yang di rasakan Arfan atas perbuatan Helen.
"Mas Arfan udah dari tadi?" tanya Elmira pada seorang pria paruh baya yang menjadi satpam rumah ini
"Betul, bu, sekitar jam enam sudah ada di rumah"
Elmira mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah yang sangat sepi, hanya diterangi oleh lampu temaram dari beberapa ruangan yang masih menyala. Ia lupa bahwa saat ini sudah pukul sebelas malam, dan Arfan pasti sudah tertidur.
Elmira mengambil bunga melati itu, memeluknya, dan mencium aromanya penuh syukur dan rasa terima kasih, Ia melanjutkan langkahnya mencari keberadaan Arfan di kamar.
Dugaan Elmira benar, Arfan sudah tidur nyenyak di ranjang mereka sambil memeluk guling. Menaruh bunga di meja kecil samping tempat tidur, Elmira duduk di tepi ranjang dengan hati-hati tak ingin membangunkan suamianya, perlahan jarinya terangkat mengusap rambut Arfan dengan sayang.
Namun gerakan tangan Elmira membuat Arfan terjaga dan perlahan membuka matanya, memandang lurus istrinya.
"Maaf buat kamu ke bangun" ibu jarinya mengusap lembut pelipis Arfan.
Alih-alih terlelap kembali, Arfan mengubah posisinya terlentang dan mengangkat tangan di atas dahi, seakan tak mengidahkan keberadaan Elmira. Tetapi bukan berarti Elmira ikut mengabaikannya dan merasa kecewa, ia justru memeluk Arfan yang kini tersentak dengan gerakan tiba-tiba istrinya "Maaf" bisiknya
"Aku keterlaluan menilai kamu ga berperasaan, my bad" perlahan tangan Arfan yang menggantung menyentuh punggung Elmira dengan sorot mata yang tak sekeras sebelumnya
"Sejak kapan kamu tau?"
"Sejak liat foto kamu sama Helen di rumah bang Mano" Elmira menghela nafas berat "Yusuf ceritain semuanya termasuk penyebab kalian putus"
Jemari lentiknya menyusuri leher jenjang suaminya "Ternyata dia perempuan yang kamu cintai dengan hebat, mas?"
Elmira sempat mengira bahwa ia adalah perempuan satu-satunya yang mendapatkan sisi romantis Arfan hingga pria itu menyimpannya di barisan pertama, namun menjadi pertama tidak menjamin mendapatkan cinta yang paling banyak.
"Saya ga mau bahas dia"
Elmira menegakan kembali tubuhnya seraya menyampirkan semua helaian rambutnya di sisi kanan, matanya menatap lembut Arfan "Mas Arfan bersikap seperti ini karena masih belum terima putus sama Helen atau memang belum terima sama penyebab kalian putus?"
Arfan mendudukan diri dan membalas tatapan Elmira dengan tajam "Menurut kamu, penting bahas masa lalu saya?"
"Penting"
"Aku harus memastikan kalau suamiku ga membawa nama perempuan lain di rumah tangga ini" ucapnya pelan namun penuh penekanan pada setiap kata
Arfan terkekeh sinis, bahkan saat lidahnya terpaksa harus menyebut nama perempuan itu, ia merasa terhina "Kalaupun masih ada atau tersisa sedikit perasaan itu, saya tetap mempertahankan dia dan ga mungkin menikah sama kamu"
"Lalu alasan kamu masih jaga jarak sama aku apa?" Elmira menatap kedua mata Arfan bergantin "Kebayang Helen waktu sama ak-"
"Tolong jangan sebut nama dia dihadapan saya, Mira" ucap Arfan cepat
Elmira mengangguk pelan dan menatap suaminya sangat dalam seakan sorot matanya itu buku terbuka yang sedang ia baca dan pahami.
Perlahan sudut bibirnya naik "Aku paham kalau perbuatan dia membuat kamu terluka, mas, tapi maaf kamu ga bisa libatin aku atas masa lalu kamu sama dia"
![](https://img.wattpad.com/cover/363586775-288-k13627.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband (End)
RomanceElmira Knourish Kusumoatmadja, seorang perempuan yang telah memasuki usia dua puluh sembilan tahun, memiliki target untuk menikah yang telah ia susun beberapa tahun lalu. Meskipun ia telah mencoba meminta dijodohkan dengan laki-laki pilihan kakeknya...