18. Ada

881 120 7
                                    

Suasana terasa tenang namun serat dengan ketegangan halus. Mobil yang dikemudikan oleh supir pribadi Arfan melaju pelan di jalan perkampuangan yang sepi dan gelap, hanya diterangi oleh lampu depan kendaran.

Elmira duduk di kursi belakang bersama Arfan, menatap keluar jendela dengan pandangan yang melamun lantas menghela nafas berat ketika pikirannya terus mengingat masa lalu suaminya bersama temannya.

Jauh sebelum kembali bertemu dengan Elmira, rupanya Arfan sudah menjalin hubungan dengan Helen empat tahun. Pantas saja, tidak ada serat kecanggungan diantara Elmira dan Arfan ketika kembali bertemu seakan tidak pernah terjadi apapun diantara mereka, seakan kemarahan Arfan saat Elmira mengusirnya tak pernah ada. Padahal ia ingin sekali mengungkitnya dan meminta maaf namun fokus terhadap masa kini dan masa depan jauh lebih penting hingga Elmira menganggapnya sebuah kesalahan yang harus diperbaiki sebagai bentuk permintaan maaf

Sebetulnya Elmira tidak ingin bertindak lancang dengan menggali masa lalu Arfan lebih dalam tetapi Yusuf dengan gamblangnya menceritakan penyebab putus mereka yaitu perselingkuhan. Tidak sekali, tetapi beberapa kali, bahkan Yusuf sempat mengumpat betapa sabarnya Arfan ketika menghadapi Helen yang berlibur bersama pria lain tetapi dia pura-pura tidak tahu. Hingga pada akhirnya kemarahan Arfan memuncak saat mendapati Helen sedang  bergelung di ranjang bersama seorang pria yang kini menjadi suaminya, Anthony.

Arfan yang malang

Elmira pernah mencampakkannya disaat ia menjadi cinta pertamanya Arfan, beranjak dewasa, ia menemukan perempuan yang kiranya menjadi pelabuhan terakhir namun menjadi belati mematikan hingga membuat hatinya kebas untuk merasakan kembali cinta.

Arfan melipat kedua tangannya sembari bersandar dengan mata terpejam, ia tahu Arfan tidak sepenuhnya terlelap, maka dengan lembut Elmira menarik lengan kiri suaminya yang langsung membuat dia tersentak menoleh ke arah Elmira yang kini memeluk tangannya dan menumpukan kepala di bahu Arfan, Berharap suaminya menyadari kehadirannya, bahwa ia akan selalu ada disampingnya.

"Dingin?" bisik Arfan yang hampir tak tahan menahan kantuk, tangan kananya memijat batang hidungnya

Broto membiarkan dirinya untuk pulang bersama Elmira setelah takziah ke kediaman Mano dengan di temani salah supir pribadi Arfan yang kebetulan datang takziah dan juga Niken yang tidak pernah jauh dari Elmira.

"Mau saya kecilin AC nya mbak?" tanya Niken yang tak sengaja mendengar percakapan mereka

"Ga usah, saya mau selimutan aja" Elmira mengambil selimut yang selalu tersedia di box kecil yang berada di mobilnya

"Matiin aja kalau dingin" sahut Arfan ikut membenahi selimutnya, memastikan tubuh istrinya mendapat perlindungan hangat. Namun Elmira malah membagi selimut itu dengannya hingga akhirnya mereka sama sama bergelung di bawah selimut dengan Elmira yang menyender nyaman di bahu Arfan serta memeluk lengan pria itu.

"Liat di luar gelap tiba-tiba pengin selimutan" ucap Elmira "Disekitar sini beneran ga ada rumah warga?"

"Itu hamparan sawah sama bukit, kalau siang pemandangannya bagus"

"Oh ya?" Elmira menekan tombol power window, seketika rambutnya tergerak oleh angin malam, Arfan buru-buru menutup jendelanya kembali

"Masuk angin"

Elmira tertawa kecil. Membuktikan bagaimana Arfan berusaha memastikan dia baik-baik saja, dan menjadi kesal karena dia melanggar membuatnya terhibur, betapa keselamatannya sangat penting bagi Arfan dan itu sudah cukup membuat Elmira merasa aman walau bukan cinta yang menjadi dasar Arfan bersikap seperti itu.

"Ga takut?"

"Takut kenapa?"

"Gelap"

"Ngga dong, kan ada bulan" tunjuk Elmira menujuk bulan sabit yang menggantung di langit gulita

Be My Husband (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang