21. Tidak berperasaan?

1.2K 143 19
                                    

Elmira berdiri di tengah kerumunan yang suasananya begitu semarak dengan lampu-lampu ballroom yang bersinar. Saat ia melanglah ke podium, sorot lampu panggung menyorot wajah cantiknya dan tubuhnya yang dibalut dengan setelan putih. Dihadapannya para tamu undangan duduk dengan penuh perhatian, menunggu kata-katanya. Elmira mengedarkan pandangannya, sayang sekali ia tidak ditemani oleh seseorang yang sangat familiar, pemilik tatapan yang dapat memberinya ketenangan akhir-akhir ini.

Suaminya itu sedang disibukan dengan workshop di Singapura sebagai salah satu persiapan  menjadi COO di salah satu anak perusahaan Opanya. Suaminya itu sudah diberi tawaran oleh Opa untuk langsung menduduki kursi jabatan tersebut, namun Arfan dengan profesionalismenya memilih cara yang sama dengan kandidat lain. Sebagai istri, Elmira, sangat mendukung keputusan Arfan walaupun di moment berharga ini Arfan tidak hadir.

"..... Proyek V2G ini merupakan langkah penting dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia. Dengan teknologi V2G, kita dapat memanfaatkan kendaraan listrik tidak hanya sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai penyimpanan energi yang dapat dikembalikan ke jaringan listrik saat dibutuhkan. Ini akan membantu mengurangi beban puncak jaringan listrik dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi terbarukan...."

"Kami telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri otomotif, dan penyedia layanan energi, untuk memastikan implementasi teknologi ini berjalan lancar. Kami yakin bahwa dengan kolaborasi yang kuat, kita dapat mencapai target emisi rendah dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia"

Proyek V2G tersebut di resmikan oleh bapak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Opanya selaku pemilik Inko Group. Selanjutnya Elmira berbincang dengan para tamu termasuk pak Menteri, untuk membahas langkah-langkah berikutnya dan memastikan semua berada di jalur yang sama.

o0o

Elmira duduk didepan cermin kamar hotelnya, membuka anting-antingnya. Bayangan di cermin memantulkan wajah yang tampak lelah dan kurang tidur

"I know things were difficult today, but tomorrow will be better" Elmira menghela nafas panjang,  "You're doing your best, Elmira, and that's more than enough" baru saja ia meletakan anting terakhir di meja, bunyi bel pintu hotel mengejutkan.

"Siapa malam-malam begini?" gumamnya, melangkah menuju pintu dengan alis terangkat

Elmira membuka pintu dan dihadapannya kini, seorang pria menjulang tinggi, mengenakan kemeja hitam, tangan kanannya menahan ransel dan tangan lainnya menggenggam buket bunga.

Aroma melati menguar di sekitar indera penciumannya "Mas" pekik Elmira tertahan, ia langsung memeluk leher suaminya "Kamu kenapa ga kabarin dulu mau kesini" Elmira mengurai pelukannya sementara Arfan menahan pinggang Elmira sembari menutup pintu

"Sengaja biar kamu kaget"

Arfan mengulurkan buket bunga melati itu "Maaf ya saya ga bisa hadir secara langsung, semoga kamu suka sama bunganya" binar mata istrinya semakin cerah saat menerima buket bunganya, dan Arfan mengelus puncak kepala Elmira yang tengah berseri-seri itu.

Elmira berjinjit mengecup pipi Arfan "Thanks, baby" bisik Elmira di depan pipi suaminya

Bisikan Elmira membuat tubuhnya meremang dan alisnya berjengit memastikan "Bilang apa barusan?"

Elmira memundurkan wajahnya dan membalas tatapan Arfan "Baby"

"Menurutku panggilan sayang itu penting dalam  hubungan, supaya lebih eksklusif dan romantis, menurut kamu gimana?"

"Terserah kamu" jawab Arfan cepat, melepas pelukan Elmira dan segera menyingkir, ia melangkah lebih dalam dan menyimpan tas ranselnya di salah satu kursi

Be My Husband (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang