Elmira tersenyum hangat saat Arfan dengan cermat memotong ayam di hadapannya menjadi beberapa bagian. Mereka berdua menikmati suasana taman yang tenang, duduk berhadapan di tengah meja kayu yang telah diisi dengan hidangan lezat yang dibawa Yunita.
"Dia, orang yang lagi dekat sama kamu, mas?"
Arfan meliriknya sambil menuangkan ayam ke dalam piringnya dengan gerakan hati-hati.
"Kamu ngga berhak tau siapa orangnya," jawabnya dengan nada serius.
Elmira mendengus kecewa, namun dengan cepat ia mengamati potongan ayam yang baru saja diletakkan di piringnya oleh Arfan. Dengan cermat, ia menekannya sedikit sebelum menghirup aroma harumnya, seakan seorang ahli masak yang sedang menilai sebuah masakan yang baru dihidangkan. Semua itu tak luput dari pengamatan Arfan.
"Menurut kamu, ini enak?" tanya Elmira dengan serius, sambil menyisir rambutnya yang halus agar tidak mengganggu bibirnya.
"Enak,"
"Ayam bacem ini sesuai kriteria kamu?" tanya Elmira dengan lembut
"Kriteria saya, ayam bacem buatan mama," jawab Arfan tanpa ragu
"Ada bedanya sama buatan mama?" tanya Elmira penasaran
"Mama lebih manis, dan ayamnya lebih lembut,"
Elmira mengangguk paham dan kembali memakan potongan ayam itu, tetapi tiba-tiba sendoknya terjatuh ketika ia hendak mengambil minuman.
"Sebentar," kata Arfan sambil bergerak hendak mengambil ponselnya untuk menghubungi OB agar membawa sendok baru.
"Ngga usah," sahut Elmira,
"Mau pakai tangan?" tanya Arfan tak yakin
"Pakai sendok kamu," jawab Elmira tanpa ragu.
Arfan menatapnya keberatan. "Jangan aneh-aneh, ganti yang baru."
Elmira mencondongkan tubuhnya, menatap Arfan dengan berani dan menantang, "Suapin aku."
"Mira, saya buru-buru," ujar Arfan, menunjukkan keterbatasannya dalam waktu, terutama sebelum ia harus pergi menemani Broto ke luar kota. Namun, menyuapi Elmira? Hubungan mereka tidak sedekat itu untuk berbagi sendok.
"Yaudah, cepet suapin aku," jawab Elmira dengan santai.
Arfan mengulurkan sendoknya. "Pake sendiri."
"Oke, aku lama disini," sahutnya sambil melipat kedua tangannya di dada, membalas tatapan Arfan.
Pria itu diam terperangah dengan sikap langka Elmira. Meskipun begitu, ia dengan sabar menyendok nasi serta lauk Elmira.
"Ayamnya kegedean," komentar Elmira saat melihat sendok di depan bibirnya. "Sambalnya tambah lagi," lanjutnya dengan tatapan yang tak lepas dari Arfan
"Kriteria perempuan yang kamu sukai yang pintar masak?"
Arfan tak langsung menjawab, mengumpulkan nasi dan lauknya yang kemudian di ulurkan depan bibir Elmira
"Kriteria perempuan yang saya sukai hanya satu" sahutnya setelah Elmira menerima suapannya, gadis itu terlihat penasaran dan menunggu kalimat selanjutnya
"Harus saya yang pertama suka perempuan itu"
Elmira memelankan kunyahannya dengan terperangah, tiba-tiba merasa kesulitan saat menelan makanan
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband (End)
RomanceElmira Knourish Kusumoatmadja, seorang perempuan yang telah memasuki usia dua puluh sembilan tahun, memiliki target untuk menikah yang telah ia susun beberapa tahun lalu. Meskipun ia telah mencoba meminta dijodohkan dengan laki-laki pilihan kakeknya...