11. Terngiang

683 101 22
                                    

Fortuner abu abu baru saja menepi di halaman rumah, menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang kemudian mengintip dari balik jendela kaca. Ia segera membuka pintu, wajahnya dipenuhi dengan senyuman hangat saat melihat si pengemudi keluar dari mobil.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Arfan menghampiri Ane, mamanya, kemudian mencium tangannya "Tumben, ngga ngabarin dulu mau pulang,"

"Ada libur dua hari"

Ane menatap sekitaran halaman rumahnya lantas menutup pintu dan mengikuti anaknya, beberapa paperbag di simpan di atas meja.

"Bapak udah tidur?"

"Dari jam 8 juga udah nyenyak"

Mama Ane mengintip isi paperbag itu dengan gurat bahagia sementara Arfan duduk disalah satu sofa, menempelkan punggungnya dengan nyaman sambil membuka ponsel untuk memeriksa beberapa pesan yang belum sempat dia balas

"Udah makan, Fan, mama bikin ayam bacem, tinggal di angetin aja, mau?" tanyanya menoleh ke arah Arfan

"Nanti, mama istirahat aja"

"Ngga lah, kamu bersih-bersih aja sana, biar mama yang siapin makan malam" ujarnya seraya berdiri dan membenahi ikatan raambutnya

o0o


Setiap satu bulan sekali anak bungsunya itu selalu menyempatkan pulang dan menginap di rumah, namun sudah satu bulan lebih Arfan tidak pulang karena padatnya jadwal kunjungan Pak Broto akhir-akhir ini.

"Fan, oleh-olehnya boleh mama bagi ya ke Yunita" ucap mama Ane di sebrang mengamati anaknya yang lahap memakan masakan favoritnya

"Terserah mama mau bagi bagi siapa"

"Yunita bentar lagi ulang tahun, mama mau kasih kado piring dari kamu sama tas" jelasnya sambil tersenyum membayangkan gurat bahagia Yunita, gadis cantik yang ingin ia jadikan menantunya.

Bukan hanya Ane yang ingin menjadikannya menantu, mungkin para ibu-ibu di desa ini menginginkan hal yang sama. Siapa yang tidak mau memiliki menantu seorang bidan yang cantik dan sopan

"Kapan ulang tahunnya?" tanya Arfan menatap mama Ane

"Besok lusa. Kamu siapin kado buat dia ya?" pinta mamanya penuh harap

"Iya nanti"

"Terus besok lusa kamu antar mama ke rumah Yunita, ya, Fan?"

"Jam berapa?"

"Sepuluhan"

"Abis subuhan, aku berangkat, sorenya harus ketemu orang"

Mama Ane mendengus kecewa, anaknya itu selalu banyak alasan kalau ia suruh bertemu dengan Yunita. Sudah hampir satu tahun ia mendekatkan Arfan dengan Yunita, namun bertemu saja belum lebih dari empat kali.

"Enak Fan?" tanya mama Ane melihat Arfan yang mengambil potongan ayam ke tiganya

"Ngga pernah ngga enak"

Mama Ane tersenyum senang "Bisa aja kamu, istri kamu nanti harus paham nih suaminya suka bacem ayam"

"Minggu kemarin Yunita kirim mama bacem ayam, ternyata enak lho Fan, rasanya ngga jauh beda sama buatan mama. Kapan-kapan mau mama suruh masakin buat kamu" lanjutnya

"Ngga usah mah, jangan repotin dia" sahut Arfan dengan lembut

"Justru Yunita seneng direpotin sama kamu, inget ngga pudding cokelatnya yang kamu habisin? itu dia seneng banget dan tambah semangat belajar masak"

Be My Husband (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang