8. Prinsip

791 88 0
                                    

Hari liburnya, Elmira habiskan dengan berkunjung ke Cafe miliknya yang bernama Olitera. Ia tak sekedar mengecek administrasi dan kinerja karyawannya, melainkan ikut andil dalam mengolah makanan karena semua menu yang di sajikan di sini murni resepnya.

Dengan mengenakan masker, epron, dan penutup kepala, Elmira mengaduk Tom Yum pasta yang menjadi menu andalan Olitera

Sesekali Elmira mengoreksi kerja karyawan bagian dapur seperti cara memasaknya dan cara membersihkannya, ia paham semua itu karena pernah mengambil sekolah masak di Paris.

Tahu ilmunya, membuat Elmira optimis mengembangkan bisnis kulinernya di berbagai negara seperti Perth, Thailand, Jakarta, Bali, dan Dubai.

Elmira membawa beberapa menu dari cafenya untuk di bawa pulang, setelah itu menyuruh ART nya menghidangkan semuanya untuk makan malam.

"Favorite Opa nih, Pain Suisse buatan cucu Opa" ucanya penuh bangga dan diiringi tawa kecil kemudian melahap Pain Suissenya "Ini kamu yang buat langsung?"

"Iya, tadi sekalian buat Pain Suisse sama Berry  cake" Elmira menuangkan Tomyum pasta disertai udang di atasnya

"Favoritnya Arfan kalau Berry cake, sayang sekali sudah pulang"

"Mas Arfan bisa pesan langsung di Olitera, kalau dia mau"

"Tapi dibuat langsung oleh pemilik resepnya pasti beda, menu kamu enak, chef kamu berkualitas, tapi langsung dari tangan kamu jauh lebih enak"

Opa menghela mendengus pasrah "Turunan Kamianti Kusmoatmadjo, memang tidak  diragukan lagi kalau soal makanan" sorot rindu terpatri di bola mata Opa ketika membicarakan Oma yang sudah meninggal lima tahun lalu

Buyutnya adalah juru masak orang Belanda pada masa penjajahan, untuk mengetahui rasa masakan buyutnya bisa hanya mengandalkan dengan mencium aromanya tanpa mencicipi. Bakat itu menurun ke Oma sehingga Oma berkecimpuh di industri pengolahan makanan yang kini produknya bisa ditemukan di super market.

"Pasti banyak laki-laki yang tersihir dengan masakan kamu, El, seperti Oma yang membuat Opa jatuh cinta karena sup ayamnya" jelas Opa yang mengingatkan Elmira pada suatu hal

"Buktinya aku masih single dan ga lagi dekat sama siapapun sekarang" jawab Elmira jujur

"Itu karena kamu terlalu fokus mengejar karir dan pendidikan, banyak kolega Opa mempromosikan anak-anaknya supaya kalian dekat, tapi Opa masih hargai perasaan kamu drngan membebaskan memilih lelaki manapun yang mau kamu jadikan pasangan"

Elmira mengangguk mengiyakan "Terima kasih Opa, tapi aku ga mau menginvestasikan banyak waktu buat cari pasangan"

Opa membersihkan sisa remahan di bibir menggunakan serbet sambil menatap Elmira dengan ragu "Opa belum paham yang kamu maksud"

"Aku mau menikah tahun ini dengan laki-laki pilihan Opa, Opa pasti lebih tau laki-laki mana yang pantas menjadi suamiku"

Dunia percintaan Elmira bisa dibilang tidak semulus itu, jika melihat kebelakang. Ia pernah beberapa kali kagum dan menyukai seseorang namun seringnya terhalang oleh agama. Kemudian ia pernah dekat dengan pria asal Mesir yang menjadi teman kelasnya, tiba-tiba menjauh saat tahu latar belakang Elmira. Teman-teman disekitarnyapun membantu mendekatkan Elmira dengan kenalan mereka namun tidak cocok dengan pergaulan dan budayanya. Lebih baik ia serahkan semuanya pada Opa, urusan perasaan atau cinta seiring berjalannya waktu akan tumbuh, Elmira percaya itu.

"Opa tidak masalah kalau kamu serahin semuanya sama Opa tetapi apa alasan kamu menikah tahun ini sementara kamu masih single?"

"Aku punya target menikah di usia 29 tahun, salah satu alasannya aku mau punya anak di usia  produktif untuk hamil" kemudian Elmira menatap lurus piring di depannya

Be My Husband (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang