Persiapan Pernikahan

31 9 0
                                    

Enjoy the story~❤

Gak terasa udah dua bulan sejak beredarnya gosip di kantor kalo gue mau nikah sama si manajer baru yang ketampanan menggemparkan perusahaannya ayah.

Udah dua bulan juga gue gak ketemu sama Ansen karena gue limpahin kerjaan ini ke Bagas sama Dika.

Yang bikin lega adalah, orang-orang di perusahaan papa tuh orangnya gak julid. Jadi, gosip antara gue sama Joshua cuma bertahan selama dua minggu aja. Sisanya ya it's a normal day.

"Gimana? Udah disebar semua undangannya?" - Bunda.

"Udah, bun. Tadi aku sebar di grup kantor, grup alumni sekolah, grup alumni kampus terus ke client juga udah."

"Kamu gak kasih ke Ansen?" - Bunda.

"Bunda tau darimana Ansen ada di Jakarta?"

"Mas mu. Kemaren dia ketemu sama Ansen di butik, waktu nemenin Erika belanja" - bunda.

"Masih ada satu, tapi aku bingung. Menurut bunda, kasih atau gak?"

"Bunda sih terserah kamu," - bunda.

"Tau ah."

"Eh, mau ngapain?" - Bunda.

"Mau ke bawah. Tadi kata bunda, Tante Eve nyariin aku."

"Oh iya, lupa" bunda ketawa.

Gue matiin AC dulu baru ke bawah. Di ruang tengah udah ada Tante Eve sama Joshua.

"Morning, tante" gue senyum.

"Morning. Udah selesai kerjaannya?" - Tante Eve.

"Udah kok, tante. Tadi cuma rapiin berkas buat meeting besok."

"Tante ganggu nih," - Tante Eve.

"Ah gak, tante. Aku malah seneng tante sama Josh kesini," gue senyum.

"Gimana nih? Undangan udah kesebar semua?" - Tante Eve.

"Udah, tante. Sisa satu link lagi. Aku mau minta saran tante."

"Saran apa, sayang?" - Tante Eve.

"Tadi bunda kasih saran, link undangan itu kasih ke Ansen aja. Tapi aku gak mau, tante. Takutnya nanti malah canggung. Tapi kalo gak diundang, gak enak juga."

"Her ex, mom that I told you last week" - Joshua.

"Ah, iya-iya. Kalo menurut tante, meskipun udah jadi mantan, tali silaturahmi gak boleh putus. Tapi kalo kamunya kurang nyaman, mending kamu nanti kasih souvenirnya aja" - Tante Eve.

"How about you?" Gue liatin Joshua.

"I agree with my mom," - Joshua.

"Semua keputusan ada di kamu," - Tante Eve.

"Makasih ya, tante sarannya" gue senyum.

"Sama-sama. Tante mau ketemu bunda dulu. Kalian ngobrol deh ya," Tante Eve nepuk telapak tangan gue terus masuk.

"Nanti biar saya yang kasih," - Joshua.

"Hm? Kasih apa? Kasih ke siapa?"

"Undangan ke Ansen," - Joshua.

"Waktu terakhir ketemu kemaren, saya belum sempet jelasin apa-apa ke dia."

"Gimana kalo hari ini saya temani kamu ketemu sama dia?" - Joshua.

"Really?"

"Yes, I'm sure," - Joshua.

"Saya pamit dulu ke dalem."

Gue lari ke kamar buat ambil dompet habis itu pamit ke bunda sama Tante Eve.

At restoran Ansen

"Kenapa?" - Joshua.

"Gak jadi deh. Gak enak juga sama Tante Eve. Masa mau undang mantan?"

"Celine, look at me" - Joshua.

"Hm?" Gue natap dia.

"I believe you. Saya percaya kamu gak akan macam-macam," - Joshua.

"Ya emang saya gak akan macem-macem, tapi dia? Gak ada yang bisa jamin tau."

"Makanya tadi saya bilang, saya aja yang kasih ke dia" - Joshua.

"Punya nomornya?"

"Saya tinggal minta sama kamu atau orangnya langsung," - Joshua.

"Tapi saya kan tetep harus masuk."

"Kamu tunggu sini, saya gak akan lama" - Joshua.

10 minutes later

"Katanya sebentar, tapi ini sampe 10 menit."

"Maaf, tadi ada sedikit kendala. Kita makan siang di luar, tadi bunda chat saya. Bilang, mau pergi sama mom" - Joshua.

"Kenapa gak makan siang sekalian disini?"

"Gak."






To be continue

Penerjemah Hati - JoshuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang