Enjoy the story~❤️
"Cieee, berangkat pake mobil baru" - Ayu.
"Tau tuh Mas Aska. Tiba-tiba mobil baru, gue kan terkejoed."
"Mas lo gabutnya beda ya," - Bagas.
"Dia tuh kemaren kan belum kasih hadiah waktu nikahan gue, itu hadiahnya."
"Buset, hadiah nikahannya mobil BMW. M4 gak sih itu?" - Dika.
"Iya anjir! Gue tadi inget-inget, mobil apa ya itu? Eh bener, M4 ternyata!" - Bagas.
"Lo bukannya pake itu juga?" - Ayu.
"Iya, tapi warnanya beda. Gue punya warnanya hitam," - Bagas.
"Eh iya, gue baru inget. Tadi ada tamu yang cari lo, mudah-mudahan dia belum pulang" - Ayu.
"Anjir! Kenapa baru bilang?? Sekarang mana tamunya?"
"Ada di cafe kantor. Buruan lo temuin deh, takutnya tamu penting" - Ayu.
"Oke deh. Sampein ke bos ya, gue ada meeting di café kantor."
Gue ambil tab sama hp yang biasa gue pake buat chat/telepon Joshua. Setengah lari, gue pergi ke café kantor. Takut tamunya kelamaan nunggu terus dia pulang.
"Ansen?"
"Akhirnya kamu dateng. Ayo duduk," - Ansen.
"Mau ngapain kamu kesini?"
"Duduk dulu. Biar aku jelasinnya juga enak," - Ansen.
"Kalo bahas kerjaan, aku mau duduk."
"Aku minta kamu kesini buat bahas kerjaan, bukan yang lain" - Ansen.
"Oke," gue duduk di depan dia.
Sebelumnya, gue udah chat Joshua buat kabarin dia kalo gue lagi ketemu Ansen di café kantor.
"Ini rincian produk yang harus diiklanin," Ansen ngasih map merah ke gue.
"Oke. Aku baca nanti sekalian diskusi sama tim. Ada lagi yang mau kamu sampein?"
"Apa kamu bahagia sama dia?" - Ansen.
"Aku rasa, aku gak perlu jawab pertanyaan kamu soal itu. Kamu bisa liat dan nilai sendiri, Sen."
"Aku gak bahagia, Cel. Aku nyesel banget udah ninggalin kamu dulu. Andai aja tujuh tahun lalu aku gak pergi," - Ansen.
"Sen, sorry. Aku sibuk, boleh aku naik sekarang?"
"Oke. Next time, aku dateng lagi kesini" Ansen senyum terus dia pergi.
Setelah dia pergi, lima menit kemudian gue baru balik ke atas.
"Celine."
"Ya?"
"Darimana, sayang?" - Joshua.
"Bukannya aku udah chat? Kamu gak baca?"
"Aku tau, aku baca. Aku mau denger langsung dari kamu," - Joshua.
"Habis ketemu Ansen, dia kasih ini. Beberapa makanan yang harus kita iklanin," gue kasih mapnya ke dia.
"Oke. Nanti kita bahas sama tim," Joshua nerima mapnya sambil senyum.
"Kamu, gak marah?"
"Kenapa harus marah? Ini kan soal pekerjaan," - Joshua.
"Beneran gak marah? Aku ketemu Ansen loh."
"Gak, aku gak marah. Kita makan siang yuk!" - Joshua.
"Aku."
"Sayang, liat sini" - Joshua.
"Hm," gue natap mata dia.
"Aku gak marah, apalagi kecewa sama kamu. Sekarang kita makan ya. Mau makan apa?" - Joshua.
"Kita makan di rumah bunda mau? Tadi aku udah janjian sama bunda."
"Boleh. Kita ke rumah bunda sekarang," - Joshua.
"Oke."
Habis ambil tas sama hp, gue sama Joshua langsung cuss ke rumah bunda.
"Bunda," gue turun dari mobil sambil senyum.
"Eh, cantiknya bunda. Kirain gak jadi dateng," - bunda.
"Jadi dong, bunda."
"Bun," - Joshua.
"Nah, ini nih yang daritadi ditungguin sama ayah. Kamu duluan deh, ayah udah nanyain tuh" - bunda.
"Iya, bun. Aku duluan ya," - Joshua.
"Iya. Nanti aku nyusul."
"Ayo! Bunda masakin makanan favorit kamu. Ada tumis kangkung, tongkol balado, sama telur balado" - bunda.
"Gak pake ikan goreng, bun?"
"Udah ada tongkol balado. Ayah bosen, katanya makan ikan goreng lagi" - bunda.
"Nah itu, ayah juga bingung akalinnya" - ayah.
"Kenapa sih, yah? Masih soal kamar belakang?" - bunda.
"Iya, bun. Itu ruangan kosong. Kalo dibiarin malah jadi sarang hantu," - ayah.
"Kalo difungsiin jadi ruang laundry gimana, yah? Biar yang bagian depan bisa buat jemur. Kan kena sinar matahari langsung," - Joshua.
"Ayah juga mikir gitu, tapi belum ada temen buat rombak" - ayah.
"Weekend ini ya, yah. Nanti saya bawain materialnya," - Joshua.
"Ayo makan siang dulu, ngomongin materialnya nanti aja. Kalian gak laper?" - Bunda.
"Ayo, kita harus duduk. Kalo gak, ini semua nanti langsung ludes sama Celine" - ayah.
"Ayah, gak gitu juga kali. Aku gak serakus itu."
"Iya-iya, makan deh. Habisin juga boleh," - ayah.
Habis makan siang, gue sama Joshua balik ke kantor lagi. Sorenya kita mampir ke rumah bunda lagi buat omongin masalah perbaikan kamar belakang.
"Jadi, ini bisa dibuat begini di bagian belakang" Joshua gelar karton di meja ruang tengah.
"Kamu kapan bikin beginian?"
"Tadi, setelah kita pulang dari sini" - Joshua.
"Oh, ini ruang laundry yang kamu bilang tadi?"
"Iya. Bunda sama ayah kan belum ada ruang laundry. Nanti pintunya bisa dibuat dari teras belakang, yah. Di samping sini kita bisa ruang lagi buat jemur baju, tapi gentengnya pake yang bening biar sinar mataharinya bisa masuk" - Joshua.
"Biar kalo hujan, bunda sama bibi gak lari-lari angkatin baju" - ayah.
"Terus ini," - Joshua.
"Selamat sore. Ayah, bunda."
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Penerjemah Hati - Joshua
Romance⚠️ Gak usah pake deskripsi langsung baca aja ya biar penasaran🤣🤣