Round 2

29 5 0
                                    

Enjoy the story~❤️

Satu part lagi selesai, guys~~~

"So, ini konsep iklan and budget yang kami tawarkan. But, this is not final concept. Ini gambaran aja, kita tetap menyesuaikan budget yang Anda punya saat ini."

"Sebenarnya kita gak mau yang terlalu besar, tapi semua orang bisa liat produk kita gitu" - client.

"Oke. How about baliho? Nanti iklan produknya kita pasang di setiap sudut jalan. Untuk ukurannya balik lagi ke budget yang Anda punya," gue senyum.

"Not bad. Itu kan dipasang di pinggir jalan ya. Otomatis setiap pengguna jalan yang lewat pasti liat iklan produk ini," - client.

"That's right. Anda bisa bawa pulang dulu proposalnya. Kalo setuju, bisa langsung hubungi saya. Ini kartu nama saya."

"Oke. Senang bisa bertemu langsung dengan Anda," - client.

"Terima kasih. Kami menunggu kabar baiknya," gue berdiri sambil senyum.

"Kami permisi," client tadi senyum terus pergi.

"Dari semua tempat yang ada di Jakarta, kenapa harus restorannya Ansen?"

"Kalo aja saya bisa nolak permintaan client, saya pasti akan tolak. Tapi ini masalah profesionalitas perusahaan, tante" gue senyum.

"Kamu belum bisa move on dari anak saya?" - Tante Siska.

Gue gak jawab. Gue cuma senyum sambil nunjukin cincin di jari manis kanan sama perut gue yang udah gede.

"Oh, kamu mau pamer. Sekarang udah sukses, punya suami yang baik, kerjaannya juga enak. Sementara Ansen disini menderita karena gak bisa move on dari kamu," - Tante Siska.

"I think it's not entirely Celine's fault."

"Josh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Josh?"

"Bukan sepenuhnya salah Celine? Terus salah siapa??" - Tante Siska.

"You can ask your favorite future son-in-law. only he can explain everything in detail to you.

"You can ask your favourite future son in law. Only she can explaining everything in detail to you," Joshua bawain barang terus gandeng gue keluar.

"Thank you. Tadinya aku udah mau marah karena kalimatnya yang pertama, tapi untungnya aku masih bisa tahan" gue senyum.

"Good job, darling" Joshua ngusap punggung tangan gue sambil senyum.

"Tadi Tante Siska bilang, aku datang ke restoran Ansen karena mau pamer. Sekarang udah punya suami, sementara anaknya masih belum bisa move on dari aku."

"Kamu udah makan?" - Joshua.

"Udah tadi sekalian meeting. Kamu pasti belum ya? Mau mampir makan dulu?"

"Aku tadi makan siang di kantin bareng Bagas sama Dika. Kamu yakin mau ke kantor lagi?" - Joshua.

"Iya. Aku mau kasih laporan meeting ini ke kamu sama timnya Dika."

"Kita bahas di atas aja," - Joshua.

"Tasnya?"

"Biar aku bawa," - Joshua.

"Josh."

"Hm?" - Joshua.

"Kayaknya kita ke rumah bunda aja deh. Perasaan aku gak enak."

"Kalo gitu, aku antar ini dulu ke timnya Dika. Kamu tunggu sini aja ya," - Joshua.

"Jangan lama-lama."

"Iya."




To be continue

Penerjemah Hati - JoshuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang