Suami Cemburuan, tapi Gengsian

40 7 0
                                    

Enjoy the story~❤️

"Manten baru cemberut aja. Kenapa sih?" - Bagas.

"Bingung."

"Pegangan," - Dika.

"Ih! Gue serius, Dik. Masa itu bos kasih gue izin proyek bareng si Ansen, tapi dia harus ikut setiap kali gue meeting sama Ansen."

"Kalo dia ada jadwal lain?" - Bagas.

"Tetep ikut. Katanya, dia gak peduli."

"Lah, kok aneh?" - Dika.

"Bukan aneh sih kalo gue bilang. Dia lagi cemburu," - Bagas.

"Mang eak, Yu?" - Dika.

"Iya," - Ayu.

"Gue udah bilang gitu, tapi dia gak mau ngaku. Gengsinya gede. Mana hari ini gue ada meeting lagi sama Ansen."

"Hari ini bos gak ada jadwal meeting di luar kan?" - Ayu.

"Gak. Makanya gue bingung. Pasti nanti bakalan gak nyaman suasananya. Tapi kalo gue gak turutin, gue yang durhaka nanti."

"Ansen sih emang bener-bener ya. Dari dulu demennya cari perkara mulu," - Dika.

"Lo aja deh, Dik yang gantiin gue."

"Gak bisa. Hari ini gue ada meeting juga di luar. Ayu aja tuh," - Dika.

"Ayu ada proyek sama gue," - Bagas.

"Udah, emang takdir lo harus ketemu sama mas mantan. Bonusnya ditemenin suami," Ayu senyum sambil nepok pundak gue.

"Semangat-semangat!"

Ayu, Dika, Bagas nepuk pundak gue terus mereka balik ke ruangan masing-masing.

At 10:30 AM

"Silakan duduk," - Joshua.

"Ini."

"Ini proposal dari perusahaan kami. Di dalamnya sudah tertera cara kerja dan price list yang sudah disepakati sebelumnya oleh tim kami" - Joshua.

"Boleh saya baca dulu?" - Ansen.

"Silakan," - Joshua.

"Kalo misalnya ada yang kurang jelas."

"Silakan tanya ke saya. Saya akan jelaskan secara detail," - Joshua.

Nih orang ya, kalo gak lagi di kantor udah gue gebuk daritadi. Dia tuh sebenernya cemburu, tapi gengsinya itu loh. Segede gaban, seluas samudera.

Tapi dia tuh juga sabar banget ngeladenin si Ansen, walaupun gue tau dia sebenernya juga gak nyaman juga. Ini mah namanya gue yang nemenin dia meeting.

"Kita bisa mulai syuting besok," - Joshua.

"Oke. Saya tunggu di restoran. Terima kasih sebelumnya. Saya permisi dulu," - Ansen.

Habis salam-salaman, gue sama Joshua anter si Ansen sampe ke depan lift aja. Kenapa? Ya Joshua tuh larang gue buat ketemu lama-lama sama Ansen.

Kalo tau akhirnya bakal begini, mending dia yang meeting aja gak sih tadi? Gue kan jadi gak buang-buang waktu cuma diem aja di meeting room. Mending tadi gue ngerjain yang lain.

"What? Gak usah protes ya. Kalo Bagas, Dika sama Ayu gak sibuk sama urusannya masing-masing, saya juga gak mau kali handle proyek ini."

"Iya, saya tau itu" - Joshua.

"Kalo tau, kenapa tadi omongan saya disela mulu? Kan gak enak, kesannya jadi kita yang gak profesional."

"Oke. Saya minta maaf soal itu, tapi" - Joshua.

"Minta maaf kok pake tapi. Gak ikhlas itu namanya! Saya tau kalo situ cemburu, tapi tolong bedain urusan pribadi sama urusan kerjaan ya. Saya ini profesional."

"Siapa yang cemburu?" - Joshua.

"Udah ah! Sana! Saya mau lanjutin kerjaan yang sempet tertunda gara-gara meeting tadi!"







To be continue

Penerjemah Hati - JoshuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang