Round III

33 5 0
                                    

Enjoy the story~❤️

"Kok lama?"

"Tadi cari Dika dulu. Ternyata dia gak ada di ruangannya. Terus aku mampir ke ruangan aku dulu buat ambil barang yang ketinggalan," - Joshua.

"Tapi ketemu, kan sama Dika?"

"Ketemu. Berkasnya juga udah sampe di tangan dia," - Joshua.

"Makasih ya, sayang" gue senyum.

"Kita ke rumah bunda sekarang," - Joshua.

"Tadi aku chat bunda, katanya ada Mas Aska sama keluarganya di sana."

"Bagus dong. Kamu jadi gak berdua aja sama bunda," - Joshua.

"Kita mampir dulu di depan itu buat ambil pesenan aku."

"Kamu pesen apa?" - Joshua.

"Macaroon kesukaannya Evel sama choco brownies kesukaannya ayah."

"Biar aku aja yang ambil, kamu tunggu sini aja" - Joshua.

"Eh, tapi. Ya ampun, udah keburu turun. Padahal mau bilang kalo belum dibayar."

Gak lama dia balik lagi. Dua tangannya penuh sama kantong belanja. Padahal gue pesennya cuma dua jenis kue, tapi dia malah borong satu toko.

Emang sih. Dari kita PDKT sampe sekarang, dia tuh hafal banget kalo ini tuh toko favorit gue. Dan gue pasti beli roti isi coklat kalo kesini. Gak heran dia kalo balik dari sini pasti ngeborong roti isi coklatnya.

"Onty Ceyin!"

"Kok kamu di luar? Sendirian lagi. Yang lain mana?"

"Di dayem. Kok onty cendili?" - Evel.

"Gak sendiri kok, ada uncle juga. Masuk yuk! Aduh, kamu tuh ya. Kebiasaan main sendiri di luar begini. Kalo diculik gimana?"

Gue gandeng Evel terus masuk. Sambil bawa belanjaan tadi ya. Gak mungkin gue biarin Joshua nenteng belanjaan sebanyak itu sendiri.

"Loh, kamu sendiri?" - Bunda.

"Gak. Ada Josh di luar, bun lagi bongkar muat."

"Bongkar muat apa?" - Ayah.

"Roti isi coklat kesukaannya Celine, yah" - Joshua.

"Oh iya. Onty juga beli macaroon kesukaan Evel. Yang ini choco brownies kesukaan ayah," gue naroh plastiknya di meja.

"Tapi, Cel. Kenapa baju bawahmu basah? Kamu ngompol?" - Mbak Erika.

"Gak, aku. Astaga!"

🔎🔎🔎

Three months later

"Kita emang harus sesuain budget yang client punya, tapi gak gini juga konsepnya. Masa platform iklannya sekecil ini??"

"Ya dia cuma kasih budget under 100jt. Ukurannya harus segede apa dong?"

"Ya kan kemaren udah gue kasih konsepnya, Dik."

"Gue salah nih?" - Dika.

"Salah!" - Gue + Bagas.

"Kompak bener," - Dika.

"Ya udah gini aja. Kita tetep pake konsep yang diajuin sama client, tapi buat ukuran platform tetep disesuaikan sama budget yang mereka punya."

"Jadi, tetep di surat kabar?" - Bagas.

"Iya. Inget ya, kepuasaan client itu yang utama."

"Oke. Berarti gue mulai koordinasi sama timnya Ayu deh," - Bagas.

"Diminum dulu deh, kopinya keburu dingin nanti."

"Thanks. Btw Cally kemana?" - Dika.

"Di kamar sama bapaknya. Mau ketemu?"

"Gak dulu deh, lagi ada pawangnya" - Dika.

"Eh iya, kalian makan dulu deh disini. Gue tadi minta bibi buat beli makan. Gue gak masak, laki gue minta beli aja buat makan siang."

"Dengan senang hati. Kebetulan kita juga bosen sama makanan di kantor," - Dika.

"Gue tinggal bentar ya."

Gue balikin laptop sama berkas tadi ke ruang kerja baru ke kamar, nyusulin Joshua buat ajak dia makan siang. Habis makan siang, Dika sama Bagas pamit pulang. Gue balik lagi ke rutinitas biasanya.

Baru aja gue mau menikmati masa tenang mumpung Cally tidur siang, eh ada suara teriak-teriak dari luar. Dan kalian tau siapa pelakunya? Ya. Vina sama Tante Siska. Berani-beraninya mereka dateng ke rumah gue.

"Cari perhatiannya begini amat sih. Ini tuh jam orang istirahat. Kalo mau bertamu liat waktu dong."

Gak, gue gak bukain pagernya. Enak aja. Keenakkan mereka nanti kalo gue persilakan masuk. Lagian nanti Cally bisa bangun denger suara mereka yang kayak kaleng rombeng.

"Gak usah teriak-teriak. Kan bisa ngomong baik-baik. Pendengeran gue masih normal kok."

"Buka pintunya! Gue mau cari Ansen! Gue tau dia ada di dalem!" - Vina.

"Aduh, mbak. Kalo mau cari Ansen tuh jangan disini, salah alamat. Bisa baca tulisan di kotak surat di dinding itu kan? This is Joshua's house and I, his wife."

"Gak usah bohong. Kembalikan anak saya. Saya tau kamu kan yang menyembunyikan anak saya?!" - Tante Siska.

"Honey, what's happen? So noisy. Cally almost woke up."

"See

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"See. Di rumah ini cuma ada saya, suami, dan anak saya. Ngapain saya umpetin anak tante? Kurang kerjaan!"

"Who's that?" - Joshua.

"Just people have the wrong address. She thought this was her son's house."

"I think no. She is Ansen's mother and Vina, Ansen's fiancè" Joshua natap gue.

"Yes, she is. They come here to looking for Ansen. They thought, I was hiding him here. It's crazy right? Why would a married woman hide another man in her house?"

"Please, come in. You can looking for Ansen inside. But I beg you, don't scream. Our daughter was taking a nap in the master bedroom," - Joshua.

Begitu dia buka gerbang kecilnya, Tante Siska sama Vina tuh langsung nyelonong masuk ke dalem. Kita juga ikut masuk, tapi kita tunggu mereka di ruang tengah.

Sesuai perjanjian, mereka gak teriak. Mereka mulai geledah satu per satu ruangan yang ada di rumah ini. Puas banget liat mereka malu. Akhirnya mereka pulang tanpa membawa hasil yang mereka mau.




To be continue

Penerjemah Hati - JoshuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang