First Time He Come to My House

33 5 0
                                    

Enjoy the story~❤


"Bi."

"Ya, bu?" - Bibi.

"Josh mana?"

"Bapak baru aja keluar, bu. Katanya, mau cari cemilan di minimarket" - bibi.

"Jalan kaki?"

"Gak, bu. Tadi kayaknya pake mobil," - bibi.

"Oh, ya udah. Makasih ya, bi."

"Sama-sama, bu" - bibi.

"Panas banget ya. AC ruang tengah mati ya?"

"Iya, bu. Bapak kemarin udah panggil tukang. Mungkin siang ini datangnya," - bibi.

"Aduh. Bisa gawat kalo begini. Ini mau ada tamu atau gimana?"

"Iya, bu. Tadi kata bapak, ada temennya yang mau kesini. Makanya bapak cari cemilan," - bibi.

"Emang di rumah gak ada cemilan? Kalo bilang, saya bisa bikin kue daritadi" gue jalan ke dapur terus ngecekin bahan buat bikin kue di lemari.

"Bahan ada, tapi bapak yang gak izinin saya buat bilang ke ibu kalo ma ada tamu" - bibi.

"Ya udahlah. Lagian dia juga udah beli cemilan. Bikin kue takutnya gak habis juga nanti."

"Iya, bu. Saya. HAAA!" Bibi tiba-tiba teriak.

"Kenapa sih?? Liat AAAA!"

"Why? Kenapa??" Joshua ikutan panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Why? Kenapa??" Joshua ikutan panik.

Sabar, Celine. Itu bukan penampakan. Bener-bener ya cowok satu ini. Kalo bukan suami, udah kusambit itu kepala pake panci ini. Pergi gak bilang, pulang gak ada suara. Hadeuh.

"Kenapa kamu tanya?? Kamu pikir aja! Ngapain coba berdiri di situ?? Kalo dateng tuh manggil kek, jangan diem aja di situ kayak patung. Hampir aku sambit kamu pake panci ini."

"Ya jangan dong. Masa kamu mau sambit aku pake panci? Dosa loh nanti," - Joshua.

"Udah tau dosa, jangan menguji keberanian istrimu! Ah! Kamu darimana?"

"Ini, beli cemilan buat tamu. Dia nunggu di depan, katanya mau nyapa kamu dulu. Bi, tolong ini disusun di keranjang cemilan" - Joshua.

"Dimana tamunya?" Gue ikut dia keluar.

"Itu," - Joshua.

"Itu," - Joshua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ansen?"

"Hai," Ansen naroh hpnya terus senyum ke gue.

"Kamu," gue liatin Joshua.

"Iya. Aku cuma mau bahas proyek yang dikasih ayah kemarin. Daripada keluar, lebih baik disini kan? Aku bisa kerja, bisa nemenin kamu juga. Gak papa kan?" - Joshua.

"Iya, gak papa. Oke. Kamu kerja, aku masuk. Mau bikin minum buat kalian" gue senyum.

"Tamunya siapa, bu?"

"AAA! Hah! Bibi nih, 11 12 sama dia. Kaget tau!"

"Apa?? Kenapa lagi??" Joshua tiba-tiba nongol dari balik dinding.

"Ini bibi, bikin kaget. Udah sana. Nanti minumnya aku minta tolong bibi buat anter ke depan. Aku males ketemu dia."

"Iya udah. Kamu istirahat aja di kamar ya," - Joshua.

"Hm."

"Maaf ya, bu" - bibi.

"Celine cuma kaget," - Joshua.

Daripada gue makin bete di bawah, gue putusin buat rebahan di kamar aja. Lumayan lah. Ngadem sambil netplikan. Nonton film-film yang belum sempet gue tonton. Gue juga nelpon si Ayu sama Yeni buat temen. Sekalian nitip makanan sama mereka.

Sambil nunggu mereka, gue mau nonton drakor dulu. Cuci mata dulu sama yang ganteng-ganteng soalnya kalo nonton bareng Ayu sama Yeni, mereka pasti milihnya film horor.

Ceklek

"She's here."

"Makasih."

Jadi, kamar yang gue pake ini adalah ruangan yang paling gede di rumah ini. Kalo mau liat ke arah pintu kamar, kita harus ngintip sedikit dulu. Karena antara kasur sama pintu kamar gue letaknya cukup jauh dan dibatasi sama sekat tembok.

"Turun 10kg gue kalo main ke rumah lo, Cel" - Ayu.

"Bagus dong. Lo jadi gak perlu cape diet ketat lagi," gue ketawa.

"Gue gak salah liat kan?" - Yeni.

"Kenapa?"

"Yang di bawah itu Ansen kan?" - Yeni.

"Iya. What's wrong?"

"What is he doing here?" - Ayu.

"Oh. Dia lagi bahas proyek yang dikasih ayah. Mereka yang jadi penanggung jawabnya."

"What??"



To be continue

Penerjemah Hati - JoshuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang