"Jauh banget sih perginya? Kalo makan kan bisa di deket-deket rumah. Kenapa harus ke Puncak segala? Lagian, sejak kapan pake aku-kamu? Biasanya juga pake saya. Kaku, kayak kanebo kering."
"Aduh, kamu ini. Nanti aja cerewetnya. Sekarang kita makan dulu. Kamu mau apa?" - Joshua.
"Apa?"
"Ini menunya. Kamu mau makan apa?" - Joshua.
"Terserah."
"Aduh. Maaf ya, mbak. Istri saya lagi gak bagus moodnya. Kamu mau makan apa, sayang?" - Joshua.
"Terserah."
"Mbak, saya pesan menu paket barbeque satu. Minumnya jangan bir atau sejenisnya," - Joshua.
"Ada lagi?" - Pelayan.
"Ramennya satu," - Joshua.
"Baik. Silakan ditunggu," - pelayan.
"Apa? Tadi aja curiga, sekarang pake sayang-sayang. Mau nyogok pake makanan Korea segala lagi. Tau aja saya suka makanan Korea."
"Celine," - Joshua.
"Apa??"
"Kamu tuh lucu kalau lagi marah. Oke. Aku minta maaf soal yang tadi, yang kemaren juga. Bukannya aku curiga sama kamu, aku cuma gak suka sama caranya Ansen perhatian sama kamu kemaren" - Joshua.
"Terus kamu dengan gampangnya gak percaya sama istri sendiri? Kan Ansen yang begitu, sayanya belum tentu begitu."
"Iya, makanya aku ajak kamu kesini sekalian minta maaf. Mau kan maafin aku?" - Joshua.
"Oke, tapi ada syaratnya."
"Apa?" - Joshua.
"Semua pesanan tadi, kamu yang bayar."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apaan sih?? Kok malah ketawa?!"
"Kamu lucu," - Joshua.
"Makan aja deh mendingan!"
"Kamu itu lucu, Celine. Pasti aku yang bayar dong. Gak ada suami yang ngajak makan di luar, tapi malah istrinya yang bayar. Suami pelit itu namanya. Kamu makan aja sampe kenyang, gak usah mikirin biayanya" - Joshua.
"Borong restoran ini boleh?"
"Boleh. Mau beli restoran ini juga boleh," - Joshua.
"Ngaco! Udah, makan aja!"
Setelah makan, ekspetasi gue tuh dia ajak gue cari penginapan buat bermalam disini. Satu malem gak papa lah. Seenggaknya biar dia gak cape gitu loh. Tapi ternyata, dia maunya malah langsung pulang ke Jakarta.
Bener-bener gila sih. Gak ekspek banget gue, dia bakal bolak-balik nyetir Jakarta-Puncak-Jakarta dalam semalem. Sampe rumah ya kita langsung istirahat karena beneran cape banget.
🔎🔎🔎
"Kenapa?"
"Mobil baru kamu?"
"Hah? Mana?" - Joshua.
"Itu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu mungkin beli mobil baru," - Joshua.
"Uang darimana?"
"Atau mungkin ini paket yang Aska bilang kemarin?" - Joshua.
"Paket? Oh! Jadi, paketnya mobil?"
"Maybe. Coba chat atau telepon dia," - Joshua.
"Sekarang?"
"Ya iya," - Joshua.
"Gak usah. Orangnya udah telepon duluan."
"Paketnya udah sampe?"
"Udah. Pantesan lo bilang udah dibayar lunas. Lo beliin mobil buat gue?"
"Itu bisa lo pake kalo misalnya Joshua lagi gak bisa berangkat bareng atau kalo lo main ke rumah, tapi Joshua gak bisa anter."
"Thank you so much. Mobilnya pasti gue pake kemana pun gue pergi."
"Your welcome. Udah ya. Gue lagi sama Erika nih. Salam buat Joshua."
"Oke. Salam juga buat Mbak Erika."
"Benar kan?" - Joshua.
"Iya. Udah ada platnya lagi, tinggal dipasang. BPKB-nya juga ada, STNK. Untung SIM-ku masih berlaku."
"Berarti hari ini berangkat pakai mobil baru," - Joshua.
"Boleh," gue senyum.
"Kita cari sarapan dulu atau kamu mau masak?" - Joshua.
"Udah masak kok. Tadi keluar karena dipanggil sama bibi, dia gak berani terima paketnya."
"Ayo sarapan dulu, habis itu kita test drive. Masak apa pagi ini?" - Joshua.
"Roti, telur ceplok, sayuran, saos, mayonais."
"You mean sandwich?" - Joshua.
"Yes, it's sandwich. Tapi, kamu plating sendiri."
"Gak papa deh. Yang penting, sarapan bareng istri tercinta."