Happy reading;)
•
•
•
Tandai typo🚫
•
•
•
_________________________________________________________"ARDAN SAYANGKUUU!!!"
"Berisik monyet!"
Ardan yang sedang menonton tv di kamarnya dikejutkan oleh pintu kamarnya yang didobrak oleh Ferdian.
"Kalian ngapain kesini?" tanya Ardan pada sekumpulan orang yang kini sudah duduk santai di karpet.
"Jenguk lo lah, pake nanya" jawab Yuda.
"Jenguk apaan njir, kalian lebih ke tamu tidak diundang"
"Lo dijengukin malah ngata-ngatain, mati aja sana" sarkas Dinda.
"Sialan" umpat Ardan.
Cantika yang sedari tadi diam sekarang sudah merebahkan tubuhnya di kasur milik Ardan, "Bunda, ayah sama Aqeela kemana?" tanya Cantika.
"Aqeela lagi main ke rumah temennya, ayah sama bunda lagi keluar" jawab Ardan dengan tangan yang mengelus kepala Cantika.
"Jangan gitu, ntar Ria ngantuk" ucap Cantika sambil menyingkirkan tangan Ardan.
"Si anying malah kelon, tunggu sebulan lagi napa si" cibir Ferdian.
"Iri" balas Dinda tak kalah sinis.
"Idih" Dinda dan Ferdian melemparkan tatapan sinis satu sama lain.
"Ntar jatuh cinta mampus lo berdua" celetuk Alya.
"Amit-amit"
Yuda yang fokus menonton tv tiba-tiba dikejutkan dengan lemparan bantal yang terkena kepalanya.
"Apa suuu! Ngga usah ganggu, lagi tegang nih" kesal Yuda dan lanjut menonton film upin & ipin series hantu durian.
"Udah SMA juga" ujar Ferdian yang dianggap angin oleh Yuda.
"Btw ini kalian beneran bulan depan nikah?" tanya Dinda.
"Iya, undangan juga udah jadi" jawab Ardan.
"Anjir, punya ponakan gue!" seru Alya.
"Goblok, mereka baru mau nikah anjir" umpat Dinda.
Ditengah-tengah para sahabatnya yang saling mengolok-olok satu sama lain, Ardan berusaha membujuk Cantika untuk mempunyai rumah sendiri nanti setelah melangsungkan hijab qobul.
"Biar mandiri Riaa" ujar Ardan.
"Tapi nanti sepi kak, Ria ngga mauu" rengek Cantika.
"Kan nanti kita sewa pembantu" kekeh Ardan.
"Tetep aja ngga seseru bundaa"
"Ria.. " lirih Ardan.
"Engga"
Ardan menghela nafas panjang, "Gue pengin hidup serumah sama lo Ri, gue ngga mau ada campur tangan orang lain tentang hubungan kita, gue pengin kalo kita punya masalah cukup kita yang tau, tolong nurut yaa"
"Ya udah" putus Cantika dengan bibir yang melengkung ke bawah.
Malamnya, Ardan duduk dihalaman belakang ditemani ayahnya yang juga sedang merokok disitu.
"Masuk sana, dingin ini juga ayah lagi ngerokok" usir Bintang.
"Ardan masih pengin disini" Bintang yang mengalah pun mematikan rokoknya yang masih setengah itu.
"Kenapa?" tanya Bintang peka.
"Kenapa apa?"
"Mikirin apa?" Ardan terdengar menghela nafas panjang.
"Ria mau nya tinggal disini, Ardan ajak tinggal berdua ngga mau" jawab Ardan yang membuat Bintang langsung faham.
"Kan kamu tau sendiri Cantika masih belum bisa mandiri" ujar Bintang sambil mengelus kepala Ardan.
"Makanya itu kita harus belajar mandiri yah, Ardan pengin biar apapun yang terjadi sama keluarga Ardan, Ardan dan Ria aja yang tau" beber Ardan.
"Ayah faham, tapi kamu juga harus mikirin Cantika juga, walaupun kamu tinggal sama ayah sama bunda kan kita juga ngga bakal selalu liatin kalian ada masalah apa engga" jelas Bintang
"Jangan biarin Cantika tertekan, jangan paksa dia kan kamu tau sendiri kalo kamu sama Cantika itu sama-sama ngga mau dipaksa"
"Iya ayah, Ardan ngerti" putus Ardan.
"Udah kan? Ayo masuk, nanti masuk angin"
•••
Suasana subuh menyapa, udara sejuk dan menenangkan menyambut adzan yang dikumandangkan dengan fasih memanggil para kaum musli untuk melaksanakan sholat subuh begitupun Ardan. Ardan terbangun setelah mendengar adzan subuh, ia mengucek matanya lalu pergi ke kamar mandi.
15 menit kemudian, tercium aroma wangi dari sorang laki-laki yang baru saja keluar dari kamar mandi menggunakan baju putih bersih.
Ardan yang baru saja akan melaksanakan sholat subuh terhenti karena ketukan dari pintu kamarnya.
Dibukanya pintu kamar memperlihatkan bunda nya yang memakai mukena, "Udah sholat?" tanya Cahaya.
"Ini mau sholat" jawab Ardan sambil menunjuk sajadah yang ia gelar.
"Ya udah sana sholat, bunda kira kamu masih tidur" ujar Cahaya lalu pergi dari depan kamar Ardan.
Ardan kembali masuk ke kamarnya lalu melaksanakan sholat subuh yang tertunda, suasana subuh yang sejuk membuat Ardan melaksanakan sholatnya dengan khusyuk dan jangan lupakan suara bacaan surah pendek yang merdu membuat kesan menenangkan dikamar Ardan.
Selesai menunaikan sholat subuh, Ardan membuka lemari es di dapur untuk mengambil buah apel, baru saja tangan menyentuh gagang pintu ucapan Cahaya membuat Ardan menghentikan gerakannya.
"Hayoo masih subuh mau apa?" tegur Cahaya.
Ardan menyengir kearah bundanya, "Mau apel bun"
"Tunggu jadi adem dulu, jangan makan yang dingin" ujar Cahaya sambil membuka lemari es.
"Iya"
"Sana ke kamar dulu, nanti bunda bawain yang udah dipotong" ucap Cahaya.
"Oke bunda, makasih" Ardan kembali ke kamarnya setelah mencium pipi bunda nya.
Di tangga, Bintang berkacak pinggang menatap Ardan yang mencium Cahaya.
"Jangan cium-cium istri ayah!" peringat Bintang.
"Apa? Ayah mau dicium juga?" tawar Ardan.
"Ngga mau, sana ke kamar" usir Bintang.
Cahaya yang masih memotong apel menggelengkan kepalanya mendengar keributan dari dua lelaki kesayangannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDANA
Teen FictionMuka datar,sifat dingin,irit bicara. itulah ciri khas seorang ARDANA DZAKI AL FATIH putra dari Cahaya dan Bintang. Ardana yang biasa dipanggil Ardan oleh orang-orang memang mempunyai sifat dingin,tapi sifat dingin itu pupus digantikan dengan sifat t...