19

44 5 2
                                    

Happy reading;)



Tandai typo 🚫



_______________________________________________________

Ardan dengan langkah yang lemas masuk kedalam rumah ayahnya, ia menghampiri bundanya yang sedang menonton tv. Ardan yang tiba-tiba menidurkan badannya dengan berbantal paha Cahaya membuat Cahaya terkejut akan kedatangan putranya.

"Loh? Kamu kok disini? Cantika kemana?" cerca Cahaya pura-pura.

Ardan mulai menangis, "Kenapa anak bundaa?" tanya Cahaya dengan lembut.

"Bun.. " lirih Ardan.

"Ardan salah, Ardan udah durhaka sama istri Ardan, Ardan gagal jadi suami yang baik" ujar Ardan terisak.

Cahaya tersenyum sambil melirik Bintang yang baru saja masuk.

"Kenapa kamu?" tanya Bintang basa-basi.

Ardan langsung melompat dari sofa dan langsung memeluk ayahnya membuat Bintang terkejut dan sedikit terhuyung.

"Kenapa sih?" bukannya menjawab, Ardan malah naik ke gendongan ayahnya. Bintang yang merasakan punggungnya yang berat pun menepuk pantat Ardan yang sekarang anteng di punggungnya.

"Udah SMA ngga ngertiin punggung ayahnya!" kesal Bintang.

"Hibur Ardan yah" pinta Ardan, Cahaya lantas tertawa.

"Sehat-sehat lelaki penghibur" ujar Cahaya dengan tawanya.

Bintang berdecih, "Gue tilem juga lo" gertak Bintang.

*Tenggelemin

"Ngga boleh gitu sama anak sendiri" tegur Cahaya.

Ardan yang merasa di bela pun menjulurkan lidahnya mengejek.

"Mau kemana?" tanya Bintang.

"Kemana-mana"

"Kenapa sih?!" kesal Bintang.

"Berantem sama Ria" lirih Ardan.

Bintang naik ke kamar Ardan dengan Ardan yang masih nyaman di punggungnya, "Minta maaf lah" ujar Bintang santai.

"Dia selingkuh, dia bentak Ardan" adu Ardan lagi.

"Kamu bentak dia ngga tadi?"

"Itu karena dia ngga mau jujur sama Ardan"

"Darimana kamu tau kalo Cantika ngga jujur?" Ardan diam.

"Kamu udah dari kecil sama Cantika, sekarang kamu ngga percaya sama dia? Coba, ayah mau denger alasan Cantika" bukannya menjawab, Ardan malah kembali menangis sampai Bintang masuk ke kamar Ardan.

Bintang menurunkan Ardan di kasurnya, "Mau nangis sampai kapan kamu?" tanya Bintang pada Ardan yang masih menangis.

"Ardan marah tapi Ardan ngga bisa benci" jawab Ardan sambil terisak.

Bintang menghela nafas, "Makanya kontrol emosi kamu, Ardan" ujar Bintang memperingati.

"Ardan udah berusaha ayah, tapi ngga bisa"

Cahaya masuk dengan segelas air, "Udah cari tau kebenarannya?" tanya Cahaya lembut.

"Jangan mandang kejadian dari satu sisi, kamu harus cari betul-betul kebenarannya" lanjut Cahaya.

"Ria ilang, dia ngebut pake motor, Ardan ngga tau Ria dimana" Ardan memeluk bundanya dari samping.

Cahaya yang mulai tidak tega mendengar tangisan Ardan pun menatap Bintang dengan memelas, Bintang yang ditatap seperti itu lantas menghela nafas panjang.

"Kamu tau perjuangan ayah pas bunda kamu ngilang ninggalin ayah ke negara luar?" Bintang ikut duduk disamping Ardan yang masih menangis di pelukan bundanya.

Ardan terlihat menggelengkan kepalanya, "Ayah 5 tahun menyendiri sambil terus nyari bunda kamu, ayah terpuruk kalo kamu selalu nanyain kanar bunda kamu, sampai akhirnya kita ketemu saat ayah ada kerjaan di negara luar dan saat itu ayah ketemu lagi sama bunda kamu" beber Bintang.

"Berarti Ardan harus nunggu 5 tahun kedepan?" beo Ardan sambil menatap ayahnya.

Bintang reflek memukul belakang kepala Arda, "Ngga gitu juga pinter!" gemas Bintang.

"Sakitt" Ardan mengusap belakang kepalanya.

"Cari sampe ketemu, itu anak gadis orang kalo ilang beneran kamu bisa dicincang sama Alex" ucap Bintang.

"Bantu cariin" rengek Ardan.

"Lah? Itu istri kamu kok ayah yang repot?"

"Itu kan mantu kesayangan ayah"

"Itu kan istri kesayangan kamu"

Ardan dan Bintang terus berdebat menghiraukan Cahaha yang menatao mereka dengan datar, "Berantem mulu, bunda kasih pisau satu-satu sekalian, mau?!" ancam Cahaya yang membuat Ardan dan Bintang langsung kicep.

Pagi subuhnya, Ardan merasa sesak nafas, dahinya basah akan keringat dan jangan lupa kan rasa sakit yang dirasakannya dibagian kepala. Cahaya yang tadinya oergi kekamar Ardan untuk memeriksa apakah putranya sudah sholat apa belum tiba-tiba dikejutkan dengan kondisi Ardan.

Cahaya langsung memanggil Bintang dan membawa Ardan ke rumah sakit, Aqeela yang ada dikamar langsung keluar dan ikut masuk ke mobil.

"Gaga cepetan!" ujar Cahaya khawatir.

"Bunda.. Sakit.. " lirih Ardan.

"Kepala Ardan sakit.. " lanjutnya.

Bintang dengan tangan yang gemetar menambah kecepatan mobilnya, Aqeela yang takut memilih untuk memejamkan mata.

Sampai di rumah sakit, Ardan langsung dibawa masuk ke ruang IGD dan ditangani oleh Dokter yang memang sudah lama merawat Ardan.

"Ayah, abang kenapa?" tanya Aqeela dengan tangisnya.

"Abang ngga papa, Aqeela do'a in abang ya" jawab Bintang sambil menggendong Aqeela menghampiri Cahaya yang berdiri didepan pintu ruang IGD.

"Gaga.. " lirih Cahaya.

Bintang mengusap air mata Cahaya yang menetes, "Ngga papa, duduk ya" ujarnya lembut.

"Bisa kamu telfon Cantika ngga? Dia nyariin Cantika" pinta Cahaya.

"Iyaa, Gaga telfon sekarang" Bintang menelfon Cantika sesuai keinginan Cahaya.

Di rumah, Cantika berlari menghampiri orang tuanya, "Ayah! Ayo anterin Cantika ke rumah sakit! " seru Cantika.

"Apa? Kenapa?" tanya Alex yang terkejut.

"Ayo pah, kak Dzaki masuk rumah sakit, ayo anterin Cantika" ulang Cantika dengan air mata yang mulai mengalir.

"Jangan nangis, papah anter sekarang" ucao Alex saat melihat air mata dari putrinya.

"Ayo mamah ikut"

Pagi itu semua nya dibuka dengan kericuhan, Cantika merasa bersalah dan tanpa disadarinya, Ardan juga merasa bersalah. Keduanya sama-sama merasa bersalah akan sikap mereka, Ardan yang merasa bersalah karena sudah membentak Cantika dan Cantika yang merasa bersalah karena mengikuti rencana dari ayah mertuanya.

Dua jiwa yang saling terikat membuat keduanya merasakan apa yang dirasakan oleh salah satu dari mereka, kejadian kecil terkadang menjadi bumbu di setiap hidup seseorang atau bahkan pasangan.

Tbc

ARDANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang