Bab 4 - Simbol

101 27 1
                                    

Ujian Terakhir....

Kring.....

Setiap bel yang terpasang di sisi gedung secara bersamaan berbunyi begitu nyaring, menandakan serangkaian ujian bagi para siswa kelas dua belas telah usai. Setiap guru pengawas yang bertugas di kelasnya masing-masing meminta para siswa untuk mengumpulkan setiap lembar jawaban atas soal-soal yang diujikan.

Satu persatu dengan cemas yang menyelimuti, seluruh siswa harus menyerahkan hasil kerja mereka pada sang guru yang tengah berkeliling menyusuri setiap bagiannya. Sebagai yang pertama Dian Purbasari keluar dari kelas XII IPA 1 yang ia jaga, disusul Ria yang muncul dari ambang pintu.

"Bagaimana Bu Ria? aman?" sapa Dian dengan pertanyaan.

"Berjalan dengan kondusif seperti hari-hari sebelumnya," jawab Ria sembari melangkah beriringan. "Pak...," kini giliran Ria yang menyapa dengan senyum tipisnya.

"Mari," sahut Daniel yang mengikuti langkah dua wanita itu dari depan pintu kelas XII IPA 3.

Detik berikutnya Falicia pun keluar setelah melalui seorang siswa di meja paling depan dekat pintu yang termangu menatap meja kosong di belakang sana, ia bergabung dengan ketiga guru yang berlalu. Mereka meneruskan langkah menyusul tiga guru lain yang baru saja meninggalkan jajaran kelas IPS sembari membawa tumpukan kertas dalam gendongan.

Langkah yang mereka bawa memiliki tujuan sama, hentakan sepatu yang menyapu lantai nampak berirama. Obrolan kecil mengenai masa ujian beberapa waktu lalu menjadi topik pembahasan singkat sebelum akhirnya mereka masuk melewati pintu dengan plakat bertuliskan 'Ruang Guru' di atasnya.

Sisi ruangan ditempati barisan lemari yang menampung berbagai berkas dan dokumen para siswa, dinding putih dihuni oleh tangkapan gambar yang terbingkai indah di kedudukannya, tak ketinggalan segala jenis ornamen dan atribut yang mengisi ruangan. Menempati mejanya masing-masing, ketujuh guru itu meletakkan tumpukan kertas jawaban para siswa di atas meja tepat di sebelah banyaknya berkas yang lain.

Kursi hitam di balik mejanya menjadi pendaratan paling nyaman setelah berdiri untuk jangka waktu yang lama, seraya menghela nafas ia renggangkan otot lengan serta lehernya serupa yang lain akan tetapi detak jam memperoloknya untuk mengalihkan fokus, berkutat dengan kertas-kertas di hadapannya.

Setiap lembar ia buka untuk sekedar mengecek kelengkapan dari isinya namun aktivitas Falicia harus terhenti ketika ujung sepatunya menemukan sesuatu di bawah meja. Keinginan tahuannya yang tinggi ia pun merogoh kolong meja hingga mendapatkan sebuah kotak merah berukuran 10×10 cm. Sifat harfiah manusia Falicia membuat kotak itu kini telah berada di atas tumpukan kertas jawaban.

Falicia memperhatikan setiap inci dari kotak merah itu sampai retina matanya mendapati rangkaian bentuk yang menjelma menjadi rangkaian pola gambar lingkaran tak sempurna dengan garis lurus yang memotong di bagian tengah, melambangkan unsur simbol power tepat di penutup kotak.

"Kotak apa sebenarnya ini?" gumam Falicia.

Bukan hanya wanita itu, setiap guru yang datang bersamaan dengannya juga menemukan kotak serupa di kolong mejanya masing-masing, mereka saling bergumam menanyakan perihal yang sama. Tak ingin termakan penasaran cukup lama Falicia membuka kota itu untuk mengetahui isinya, hingga ia menemukan sebuah kertas berwarna biru gelap bertuliskan kata dalam bahasa Inggris berwarna emas menyala di bagian depan, Falicia meraihnya untuk memperjelas kejutan yang ia terima.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang