Bab 6 - Pengeras Suara

76 17 3
                                    

Gelak tawa yang tercipta di setiap tangkapan gambar yang diambil begitu erat diantara para siswa kelas XII IPA 4, Juan yang dingin sesekali ikut tertawa bahkan Geo pun seakan telah damai dengan ketakutannya. Tak ada cela diantara mereka hanya ada bahagia yang akan menjadi kenangan ketika semuanya telah usai.

"Hei kita lihat dulu hasil fotonya," tukas Gwen dengan kamera di tangannya yang ia bawa menyela tawa.

Dari layar LCD setiap gambar yang didapat bergeser bergantian, foto pertama nampak begitu formal memperlihatkan bagaimana mereka berbaris rapi sembari tersenyum menatap lensa kamera, foto berikutnya tak lagi ada tatapan yang teratur mereka berpose dengan sesuka hati bersama candaan di dalamnya, raut wajah yang ekspresif saling mereka perlihatkan.

"Cakep juga ya gua di situ," ungkap Chio yang langsung mendapatkan tatapan dari semuanya.

"Halah... itu mah lo yang narsis," sahut Atta seraya merangkul sobatnya disertai tawa.

Halaman setiap halaman dari foto yang dihasilkan Gwen geser, berbagai macam gaya para pengisi gambar ciptakan yang mampu diabadikan dalam setiap momennya. Sesekali tawa hadir ketika mengomentari sebuah pose yang terlihat lucu ataupun berlebihan, seperti halnya ketika Jafier yang memperagakan mimik wajah sang ketua kelas yang kaku, tak hanya itu ia pun sempat mempraktikkan menjadi Salyn yang memainkan helaian rambutnya dan saat itu pula tawa seketika pecah.

Hingga sekali lagi bel berbunyi dari sumber serupa yang mampu menghentikan semuanya, suara itu mengambil alih fokus para siswa kelas dua belas.

[Bunyi bel]

"Saatnya kegiatan inti dimulai, namun sebelum itu kalian diharapkan untuk berkumpul di ruang aula sekarang juga. Kalian bisa meninggalkan kamera itu di dalam kelas."

[Bunyi bel]

Diakhiri dengan melodi serupa secara bersamaan seluruh siswa meninggalkan kelasnya yang nampak jelas dari kaca transparan lantai dua gedung segerombolan remaja berseragam yang melintasi lorong. Didahului Atta dan Chio yang bergabung antusias dengan rombongan seisi kelas XII IPA 4 turut serta keluar mengikuti instruksi yang mereka dapat, menyisakan Gwen yang paling akhir karena harus meletakkan kamera dalam genggamannya kembali ke atas tumpukan buku di meja semula.

"Tungguin gue!" seru Gwen pada cowok berkalung headphone yang sampai di ambang pintu.

"Ayo buruan!" sahut Juna, berbalik.

"Iya bentar napa sih," gerutu Gwen seraya menutup layar handycam itu sebelum ia meletakkannya. "Nah udah udah, ayo...," ia mengambil langkah besar untuk menyusul Juna.

Seolah sebuah arak-arakan para siswa berbaris panjang untuk bergantian menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Tak serupa Juan, Geo serta Brian tiga spesies yang saling sendiri itu, Atta dan Chio selalu melangkah beriringan sulit dipisahkan begitu juga dengan Lucia dan kedua sahabatnya.

"Oh iya, Zara kemana ya?" suara itu berasal dari Ilona yang datang dari balik punggung Lucia. "Dia gak ikut?" imbuhnya juga dengan pertanyaan.

"Tadi sih waktu kita jemput, kata bokapnya dia lagi belajar," jelas Ellen yang berada di tengah kerumunan, bersamaan menuruni anak tangga.

"Belajar? hari gini masih belajar?" sahut cewek berambut kuncir kuda itu tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Ya... biasalah bokapnya kan protektif parah kalau soal belajar," ungkap Ellen dengan raut wajahnya yang ekspresif sembari membuat tanda kutip dengan jari jemarinya.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang