Bab 15 - Celemek Lusuh

59 12 0
                                    

Desing....

Langit-langit memancarkan selusin bohlam yang berpijar dengan sinarnya yang berkedip secara berkala, ruang putih dikuasai berbagai jenis alat tempur sang juru masak. Di sisi dinding rak berbahan stainless menyimpan bubuk rahasia dari sebuah hidangan, bersanding dengan satu set kompor tanam serta cerobong asap di bagian atas. Spatula, teflon dan penyaring yang digantung didominasi dengan material serupa.

Desing....

Setelah beberapa kali berkedip kini lampu terpancar sempurna, cahayanya menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Sejajar dengan tumpukan panci dan sejenisnya di kolong rak sepasang kaki bersepatu booth berdiri tegak. Tak sampai satu meter dari wastafel sebuah meja panjang menjadi pusat pemilik kaki itu.

Desing....

Melodi bergairah tercipta dari manusia berjumpsuit hitam yang tengah memainkan mata pisau daging dengan pengasahnya tepat di atas tubuh yang berbaring sempurna. Di permukaan meja yang letaknya tak jauh dari kepala berselimut kain hitam itu sebuah topeng berwarna serupa tergeletak di sisinya, penutup wajah pemilik lima mata dadu itu seolah memang diletakkan di sana.

Diiringi suaranya pisau terus diasah ketika tubuh yang mengenakan seragam dengan rok pendek tak sedikitpun menunjukkan pergerakan dari kehidupan, terbujur kaku sudah seorang siswi di atas meja silver yang memantulkan cahaya lampu. Hingga jari jemari bersarung tangan hitam sosok misterius itu meletakkan pengasah dengan kasar tak jauh dari topengnya.

Namun tidak dengan pisau daging yang diangkat melayang tinggi dan siap mendarat pada objek mangsanya, akan tetapi tanpa sebab rangkaian lampu kembali berkedip seketika menghentikan geraknya. Dari balik tudung jumpsuit yang dikenakan sosok itu menengadah menatap langit ruangan beberapa saat, hingga detik berikutnya sekali lagi ia melayangkan cepat pisau untuk melancarkan kehendaknya.

***

Tok!

Pisau membelah otot, arteri, daging bahkan tulangnya sekalipun, sebelah paha telah berpisah dengan anggota tubuhnya untuk bergabung bersama potongan yang lain. Tak berhenti sampai di situ benda tajam itu masih terus memisah setiap bagiannya mulai dari kedua sayap, sepasang kaki hingga kepala ayam yang telah mati dan kehilangan tumpukan bulunya. Di atas alas kayu bebercak cairan merah beberapa belah daging disisihkan setelah dipotong.

"Bu saya beli dagingnya tiga kilo ya," ucap seorang wanita dengan membawa kantong kresek merah belanjaannya.

"Baik Bu, tunggu sebentar ya," jawab wanita bercelemek merah lusuh dari seberang meja sang pembeli yang berdiri.

Usai dengan eksekusinya Andriana membawa potongan-potongan daging ayam itu ke atas timbangan portabel untuk menyesuaikan dengan keinginan sang pembeli, ia susun sedemikian rupa sembari melihat angka yang keluar dari alat ukur berat. Tanpa melibatkan sepasang kaki, sayap dan bagian kepala Andriana membungkus daging mentah itu dalam satu kantong kresek putih. Seraya tersenyum ramah Andriana memberikan pesanan wanita itu yang bertukar dengan uang secara bersamaan.

"Terima kasih Bu...," tukas Andriana tetap dengan senyumnya.

"Iya, saya akan datang lagi lain waktu." wanita itu berkutat kini dengan dua kantong belanjaannya.

Mengambil langkah berbalik wanita berpredikat ibu rumah tangga itu berlalu melewati pintu kaca yang di buka oleh pelanggan berhoodie hitam dengan tudung kepala yang menghilangkan wajahnya. Bersamaan dengan suara kerincing pintu yang tertutup dering dari benda pipih mengalihkan perhatian Andriana dari sang pelanggan.

Kala itu pula Andriana membersihkan kedua tangan dengan kain lap yang kemudian bergegas merogoh ponsel dari saku celemek merahnya. Fokusnya seketika terbagi pada pelanggan yang baru saja tiba dan pada panggilan masuk dari alamat yang ia tak kenal hanya berupa angka, Andriana berusaha mengabaikan panggilan itu tapi deringnya terus mengusik.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang