Bab 7 - Kejutan

50 13 1
                                    

Gelombang kejut berkekuatan tinggi tak bisa dihindari kematian masal tengah terjadi, ledakan yang tercipta memaksa si jago merah terus meluap membakar setiap bagian tubuh para siswa yang terpental dengan panasnya yang begitu intens, bahkan hingga mampu menembus setiap inchi lapisan kaca gedung SMA Ganesha Indonesia semuanya habis dalam satu ledakan.

Percikannya membuat Thea kehilangan pandang ketika ia harus menutupi indera pengelihatannya dengan kedua tangan, dapat ia rasakan jelas ketika api mulai membelai kulit sampai gelap menyita dunianya. Serupa Thea teriakan demi teriakan hanya terdengar lirih di antara suara ledakan yang menguasai gedung, hingga sedetik kemudian tubuh Thea terhuyung cukup keras ketika Lizal menabraknya saat tengah asik bercanda dengan Farez, cowok beralmamater itu. Keduanya terus tertawa tanpa memperdulikan cewek yang berdiri membeku di ambang pintu.

"Sorry... sorry...," tukas Lizal berbalik sesaat setelah itu hanyut kembali dalam candaannya seraya mendekati titik tengah yang sama.

"Thea, lo kenapa?" suara cowok berkalung headphone dari balik punggung cewek itu mengembalikan daya pengelihatan Thea yang semula gelap untuk beberapa saat. "Lo gak papa kan?"

Seolah permainan cahaya yang terjadi dalam beberapa detik sekelebat sinar putih dan hitam saling bertabrakan dalam waktu yang singkat bersama dengan dengungan berfrekuensi tinggi hingga tak terdengar lagi. Nafas gadis itu tersentak ketika ia kembali dari alam bawah sadar yang merenggut dunia nyata, Thea mengerjapkan mata kecilnya untuk mencari kesadaran dari titik buta.

Thea mendapatkannya ia mampu melihat bagaimana semua temannya begitu antusias untuk saling menerka isi dari kotak putih di sana itu. Juna menjadi yang terakhir masuk setelah Lizal dan Farez yang mendahuluinya. Cewek pemilik poni mengembang itu telah akrab dengan apa yang baru saja terjadi padanya, sangat merepotkan ketika sebuah visual acak tak nyata muncul dalam kepalanya sejak empat tahun terakhir.

"Hei, ada sesuatu?" tanya Juna karena tak mendapatkan respon sebelumnya.

"Eh enggak, bukan apa-apa."

Tak seperti sebelumnya kini jawaban itu menyambar cepat sama halnya dengan Thea yang meninggalkan Juna begitu saja di ambang pintu. Tak mengerti apa yang terjadi Juna hanya bisa terdiam ketika cewek itu mengabaikannya, hampa dikala setiap pertanyaan yang ia lontarkan hanya berbalas singkat tanpa penjelasan. Ia termangu di ambang pintu untuk beberapa saat sembari menatap punggung yang telah pergi, Thea bergabung bersama yang lain sembari merangkul lengan Selyn serta mendaratkan kepalanya pada pundak cewek itu, ia mendapat sambutan hangat darinya.

Setelah membeku untuk beberapa waktu Juna akhirnya turut mengelilingi kotak, ia duduk di ujung meja yang telah tersusun rapi dengan tatapannya yang tersita pada benda itu seperti yang lain. Semuanya kembali normal ketika penutup kotak itu telah Chio angkat dengan begitu antusias ia mengarahkan pandangan hingga ke dalam kotak, kelopak matanya seketika terbuka lebar ketika ia sampai pada titik temu.

"Wah... kita punya coklat nih temen-temen!" seru Chio, membiarkan apa yang ia pegang jatuh tanpa memperdulikan pendaratannya.

"Coklat? seriusan?!" tanpa aba-aba gadis periang itu mengarahkan tangannya masuk ke dalam kotak tetapi tertahan.

"Ets... tunggu sebentar Ilona." Chio menggenggam pergelangan tangannya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Ilona. "Supaya adil dan semuanya kebagian. Biar Juan, ketua kelas kita aja yang membagikannya, gimana?" ia menyisir seluruh temannya untuk mendapatkan jawaban.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang