Bab 11 - Telah Berlalu

47 12 1
                                    

Bagaikan arus ilir yang saling beradu seluruh siswa SMA Ganesha Indonesia tengah melintasi lorong dengan kalimat yang terus mereka lantunkan, menerka setiap teka-teki yang mereka dapatkan dari kelasnya masing-masing. Mengambil arah saling berlawanan, setiap rombongan menyusuri gedung sekolah dengan tebakan terakhir yang menjadi keputusan bersama.

Sementara itu, dengan petunjuk yang berbunyi 'Kalian pernah di sini dalam waktu yang lama secara bersamaan, ada kursi pertama yang kalian duduki, tempat apakah aku?' menuntun para siswa dengan Juan sang ketua kelas menuju ruang yang menjadi awal mereka tinggal di sekolah itu, kelas X IPA 4 tepatnya. Setiap individu masih terkurung dengan benaknya, pertikaian kecil dua remaja menyisakan canggung antar mereka, namun bersikap seolah tak terjadi apapun mereka membawa langkah kaki itu menuju titik yang sama.

Setiap kelompok tak ada yang menghiraukan kelompok lainnya, tabrakan antar tubuh kerap terjadi sepanjang lorong yang menjadi lintasan karena arah yang berbeda. Menembus padatnya kerumunan, Lady yang melangkah dari ambang pintu menyusul Ilona yang mendahuluinya, ia buat langkah besar hingga cewek dengan poni tipis di kedua sisinya itu menepuk sebelah pundak Ilona dari belakang.

"Ilona!" panggilnya.

"Hmmm?" gadis periang itu menoleh tanpa minat setelah keterkejutannya.

"Tadi... lo kan ya yang terakhir nutup pintu sebelum coklat-" ucap Lady yang tertahan untuk memilih kalimat yang tepat. "Emmm... coklat di meja Zara ilang?" sambungnya dengan ekspresi bertanya.


"Jangan bilang lo... lo nuduh gua yang ngambil?" jawab Ilona ketus.

"Weh.... santai, gua gak nuduh kok," mengetahui temannya itu yang tersulut emosi, Lady pun mengangkat kedua tangannya setinggi kepala. "Gua cuma penasaran aja sama yang ngambil, kayak gak pernah makan coklat aja," jelasnya.

"Emang sih gue suka coklat, tapi ya gak punya temen juga kali gua embat."

"Iya iya, gua bercanda doang kali," papar Lady sembari mendaratkan rangkulan lengannya dengan terus melangkah beriringan, melintasi jajaran kaca tembus pandang pemilik plakat bertuliskan 'XII IPA 3' itu.

"Jangan-jangan lo kali, lad? Secara lo yang ada di dekat situ," sosor Ilona membalikkan pertanyaan.

"Nih anak ya... gak lah bukan gua."

Padatnya lorong serta kepergian dua cewek yang berlalu menjadi tonton untuk sang penerima hadiah spesial dari balik kaca bening ruangannya itu, seluruh pasang mata menatap mereka yang melintas seakan tengah berlayar dengan ujung yang tak sama untuk berlabuh dari setiap nahkodanya. Tak terkecuali Angga sang ketua kelas, sorot yang mereka perlihatkan penuh pertanyaan, terpaku tanpa kata dengan cemas yang beradu.

"Kira-kira mereka semua pada mau pergi kemana ya?" cewek dengan cardigan coklat muda itu memecah keheningan bersama suaranya.

"Hanya mereka yang tahu tujuan mereka," sahut Yuri sembari mengembalikan semuanya dengan rapi di atas meja, kotak putih itu pun ditutup lengkap dengan isinya semula.

Tanpa berpaling sedikitpun seluruh siswa XII IPA 3 mengarahkan sepasang bola matanya menembus jendela kaca dengan memandang mereka yang tengah sibuk dengan berlalu-lalang. Hanyut dalam terkaan serta pikiran yang berantakan seisi kelas terdiam, hingga cewek pemilik bola kasti di genggamannya.

"Kalaupun apa yang dikatakan tulisan itu benar, mereka pasti sedang mencari apa yang kita punya sekarang." Yuri memainkan bola itu dengan memindahkannya dari tangan satu ke yang lain. "Hadiah Spesial," imbuhnya.

Night Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang