Suasana pagi hari ini entah mengapa terasa menyenangkan. Pagi ini Gita bahkan sudah bersiap dan duduk untuk sarapan. Tak henti-hentinya gadis 18 tahun itu tersenyum. Nampaknya ia sudah melupakan kejadian pada hari sebelumnya.
"Selamat pagi!" sapa Jinan kemudian menghampiri Gita di meja makan. Gadis itu duduk di samping Gita sama seperti sebelumnya. Senyum manisnya membuat suasana terasa hangat walaupun pada hari ini ia hanya sarapan berdua dengan Jinan. "Udah rapi aja kamu Gita. Gak kaya Kathrin." Jinan sedikit mengusak rambut Gita, membuatnya terkekeh pelan.
"Apa perlu aku samperin, Kak?" Gita beranjak dari duduknya, namun dengan cepat Jinan menahan pundak Gita dan menariknya untuk kembali duduk.
"Gak usah, biarin aja. Mending kamu temenin aku makan abis itu berangkat sama aku lagi."
"Tapi,"
"Kamu rela tinggalin aku dan biarin aku makan sarapanku sendirian?" Jinan memelas, membuat Gita akhirnya lebih memilih untuk mengikuti kata-katanya.
Ia menghela napasnya panjang. "Oke, aku temenin Kak Jinan aja," ucap Gita seraya tersenyum manis saat menatap Jinan.
"Nah, gitu dong. Temenin aku sarapan. Papa sama Mama soalnya lagi gak ada. Jadi, atleast, kamu yang temenin aku sekarang. Gak enak tau makan sendirian." Jinan tersenyum puas lalu mulai memakan roti panggang yang telah disediakan.
Gadis itu ikut memakan sarapannya bersama Jinan. Jujur saja, sebenarnya ia merasa tidak enak dengan Kathrina karena sampai saat ini ia tidak pernah bertemu dengan gadis itu. Karena pada saat resepsi saja, ia tak hadir. Hanya ada Jinan disana.
Gita bingung apa yang harus ia lakukan. Namun, untuk saat ini, bungkam adalah satu-satunya cara untuk menghormati orang disekitarnya. Diam, bukan berarti tak memperhatikan. Begitulah prinsip Gita.
Tak berselang lama, kini Jinan dan Gita pun sudah bersiap untuk berangkat dengan mobil milik Jinan sama seperti kemarin. Selama perjalanan, Gita dan Jinan berbincang cukup banyak. Hal itu membuat Gita merasa mulai nyaman berada di dekat Jinan.
Sampai tiba-tiba, kembali terbesit dipikirannya. Lagi dan lagi, itu tentang Kathrina. Gita berdeham pelan, ingin bertanya, "um ... Kak Jinan. Aku jadi penasaran. Kathrina itu orangnya kaya gimana, sih?"
Perlahan, senyum Jinan menghilang, sesaat setelahnya Jinan kembali tersenyum tipis. "Dia tuh anaknya manja banget tau, gemes pokoknya. Tapi," Jinan menggantungkan ucapannya.
"Tapi?"
Jinan menggeleng pelan seraya terkekeh. "Udah, jangan banyak tanya. Nanti juga kalian ketemu. Kalo udah kenalan, aku harap kalian bisa akrab satu sama lain."
Benar, keduanya suatu saat pasti akan bertemu. Namun, satu rumah dengannya saja, Gita tidak pernah bertemu dengan gadis yang disebut. Apalagi di sekolah? Rasanya sangat sulit untuk bertemu dengan Kathrina.
Terlebih, gadis yang memiliki nama Kathrina pasti ada banyak, bukan?
•
•
•Jam istirahat berbunyi, menandakan waktu para siswa dan siswi untuk beristirahat dan memakan bekal yang mereka bawa. Sama seperti yang lainnya, Gita dan Eli pun ikut keluar dari kelas menuju kantin.
"Hari ini kamu mau makan apa?" Ellian membuka pembicaraan.
Sama seperti sebelumnya, Gita kembali kehilangan nafsu makannya. Gadis itu mendengus pelan. "Gak tau, kayanya aku mau jus aja deh."
Sesampainya di kantin, mereka langsung memesan apa yang mereka inginkan. Namun, karena tempatnya berbeda, Ellian dan Gita berpisah. "Aku pesen minumku dulu, ya," jelas Gita kemudian mulai melangkahkan kakinya dan membeli jus yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (END)
Fanfiction"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana dan menyenangkan, tiba-tiba berubah menjadi mewah namun begitu menyesakkan? Mulai dari masalah kelua...