Kathrina sampai di rumah tepat pukul tujuh malam. Entah mengapa, perasaannya sangat baik malam ini. Mengingat kejadian siang tadi membuat senyum miringnya kembali mengembang. Gadis itu kembali terkekeh setiap saat mengingat wajah Gita yang menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Polos sama bego kok beda tipis."
Ia turun dari mobil saat sang supir telah menghentikan mobilnya pada halaman rumahnya. Gadis itu berjalan menuju pintu masuk yang kemudian langsung dibukakan oleh para pelayan di rumahnya. Baru saja melangkahkan kakinya di rumah tersebut, ia terkejut bukan main. Pasalnya ...
... ada Gita disana.
Sepasang mata bertemu. Keduanya sama-sama terdiam. Kathrina yang semakin menyunggingkan senyumnya, sedangkan Gita yang membelalakkan kedua matanya, menatap Kathrina tidak percaya. Degup jantungnya terasa sangat cepat, napasnya kembali memburu layaknya seekor rusa yang bertemu dengan seekor harimau.
"Non Kathrina, selamat datang," sapa pelayan yang membukakan pintu untuk Kathrina. Kathrina pun tersenyum dan menganggukkan kepala kepada pelayan tersebut.
Gadis tinggi itu berdeham. "Maksudnya apa ya ini? Kenapa ada dia ya, Bi?" tanya Kathrina ramah seraya menunjuk Gita. "Kenapa dia tau rumah saya?"
"Loh, saya kira Non Kathrina sudah berkenalan dengan Non Gita. Ini kan kakak tirinya, Non Kathrin, toh?" sang pelayan menjawab pertanyaan Kathrina dengan pertanyaan.
Senyum Kathrina perlahan memudar. Kini gadis itu menatap Gita tajam, ia menyisir rambut panjang itu dengan jemarinya ke belakang lalu menghela napasnya panjang. "Kakak ... tiri?"
"I-iya Non. Kalo gak salah, Non Gita lebih tua beberapa bulan aja sama Non Kathrin, makanya kalian satu sekolah," jelasnya lagi. Mendengar fakta itu, senyum Kathrina kembali merekah.
Target perundungan yang sangat tepat, pikirnya. Ini semakin menarik bagi Kathrina karena ia dapat bertemu dengan korban selanjutnya setiap hari, setiap saat. Kathrina pun berjalan mendekati Gita, membuat Gita mundur satu langkah ke belakang.
Gadis yang lebih muda meletakkan keduanya tangannya pada bahu gadis yang lebih tua. "Halo, Gita. Kita ketemu lagi." Kathrina menangkup wajah Gita, mengusap pipi kanan Gita perlahan. "Kayanya kita bakal sering ketemu, ya?"
Gita membeku, ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya seolah terhipnotis oleh tatapan dalam Kathrina. Ia pikir, Kathrina adik tirinya bukanlah Kathrina yang saat ini berada tepat di hadapannya. Gadis yang jelas-jelas merundungnya beberapa jam lalu.
Kathrina memeluk Gita erat, cukup erat untuk membuatnya sesak, kesulitan bernapas. Gadis yang lebih muda mendaratkan dagunya pada bahu Gita, mendekatkan bibirnya pada telinga Gita. "Ternyata dunia sempit, ya?" bisiknya pelan.
"Selamat datang di kandang rubah, wahai tupai kecil."
Kathrina melepas pelukan tersebut dari gadis di depannya kemudian melanjutkan langkahnya melewati Gita. Satu persatu, Kathrina menaiki anak tangga menuju lantai atas, letak dimana kamarnya berada. Meninggalkan Gita yang masih membeku, menatap punggungnya tidak percaya.
Gita menelan salivanya susah payah. "Gak mungkin ... " Dari banyaknya siswi dengan nama Kathrina, kenapa adik tirinya harus Kathrina yang telah merundung dirinya? Gita bertengkar dengan batinnya sendiri.
"Ini pasti salah. Kumohon, ini cuma mimpi, 'kan?"
•
•
•Eli menatap Gita bingung sedari tadi. Gita seperti orang sakit hari ini. Walaupun wajahnya sering tampak pucat, tapi kini berbeda. Wajahnya memucat, lebih pucat dari biasanya. "Git, kamu teh kenapa atuh? Kamu teh lagi sakit, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (END)
Fanfiction"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana dan menyenangkan, tiba-tiba berubah menjadi mewah namun begitu menyesakkan? Mulai dari masalah kelua...