35. Crazier

10.5K 771 202
                                    

Sinar mentari berhasil mengganggu tidur pulasnya, membuat gadis itu perlahan membuka matanya. Suara berisik dari keyboard yang ditekan berkali-kali sudah terdengar, membuat Gita dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Ia menghela napasnya kemudian bangkit dan mendudukkan tubuhnya.

"Masih pagi, udah ngelanjutin main game," ketusnya pelan yang kemudian berganti dengan senyum tipis kala matanya menangkap sudah ada segelas susu dan roti panggang di atas nakas yang berada tepat di sebelah kasurnya. "Kath, ini kamu yang bikin?" tanya Gita sedikit lantang.

Karena Kathrina hanya menggunakan sebelah headphonenya, gadis itu segera menghentikan permainan yang tengah ia mainkan. Beruntung game tersebut merupakan game yang bisa dihentikan sejenak, membuatnya segera menghampiri Gita dengan sumringah. "Morning, sunshine! How's your sleep last night, hm?"

Gita tersenyum manis lalu mengangguk. "Nyenyak," jawab Gita singkat membuat Kathrina sedikit mengerucutkan bibirnya. Gita yang melihat perubahan ekspresi pada wajah Kathrina hanya mengerutkan dahinya. "Kenapa? Ada yang salah dari ucapanku?"

Kathrina menggeleng pelan. "Ngga, hehe." Gadis itu segera mengecup kilas pipi Gita kemudian memeluk gadis itu erat. "Thank you for everything, Gita." Tak berselang lama, ia melirik sarapan yang telah ia buat untuk Gita. "Oh, I've made a toast for you. I hope you like it!"

Gita mengangguk. "Tapi, aku gak mau makan di kamar, mau sambil nonton. Temenin aku, ya?"

Kathrina tersenyum manis, tangannya segera terangkat untuk mengelus pucuk kepala Gita begitu lembut. "Anything for you, Gita," jawabnya tak lupa mencubit pipinya pelan. "Mandi dulu, abis itu kita sarapan. Kamu bebas mau pilih film apa."

"Kamu baik kaya gini bukan karena ada maunya, 'kan?" tanya Gita yang kini sudah memicingkan matanya, menatap Kathrina tajam.

Kathrina menggeleng pelan lalu menangkup wajah Gita. "Udah dikasih sama kamu." Kathrina mengecup lembut bibir gadis di hadapannya kemudian menatap wajahnya lekat. "So ... now, I wanna treat you like a queen, my one and only queen. Let me do it for you, ya?"

Sial. Gita tahu bahwa Kathrina memang memiliki sisi manis. Namun, ia tak mengetahui bahwa sisi manis itu dapat membuatnya salah tingkah. Gadis itu mengulum bibirnya, mengalihkan pandangannya kala Kathrina terus menatapnya dengan tatapan teduh nan menenangkan. Senyum itu terus mengembang tanpa ia sadari. "Udah, jangan diliatin terus akunya."

"Kenapa gak boleh liatin pacarku sendiri?"

Gita mendorong pelan bahu Kathrina kemudian bangkit dari kasur tersebut dan melenggang pergi menuju kamar mandi. Kathrina yang melihat hal itu, kini tatapannya terus tertuju pada Gita yang pergi begitu saja. Ujung bibirnya terus terangkat, matanya berbinar setiap kali melihat Gita. Ia menghela napasnya panjang. Bagaimana bisa gadis yang dulu ia rundung, kini menjadi pacar yang selalu buatnya mabuk kepayang? Sepertinya Kathrina kehilangan akalnya.

Senyumnya, gelak tawanya, suara halus nan merdunya, segala hal tentang Gita, Kathrina suka. Apapun itu, jika hal itu bersangkutan dengan Gita, Kathrina akan menyukainya. Satu hal yang tak ia sukai tentang Gita hanyalah karena keduanya memiliki ayah yang sama.

Namun, sedetik kemudian ia segera melupakan hal itu. Kathrina yakin bahwa Gita tidak memiliki hubungan darah dengannya. Mama Gita menikah dengan Papanya pasti karena hal yang hanya dipahami oleh orang dewasa, bukan begitu?

Setelah beberapa saat, Gita telah usai membasuh tubuh serta rambutnya. Dengan rambut yang masih basah, gadis itu tersenyum manis menatap Kathrina yang kini termenung kala menatapnya. Ia terus mengeringkan surai panjang hitamnya dengan handuk yang berada dalam genggamannya. "Gak usah sampe bengong gitu kali, Kath. Itu awal air liurnya netes."

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang