07. Maaf

13.1K 1K 195
                                    

Pulang sekolah, Gita kembali memberanikan diri untuk menemui Kathrina. Entah apa yang ada di pikirannya, ia hanya terus menuruti semua ucapan Kathrina layaknya telah terhipnotis oleh gadis itu.

Gita berjalan menuju lorong sepi dimana biasanya Kathrina dan teman-temannya berkumpul. Gita mendeham pelan, membuat Kathrina merubah atensinya penuh mengarah Gita. Seraya tersenyum tipis, Kathrina berjalan mendekat, menghampiri Gita.

"Ada ap-," ucapan Gita terhenti sesaat setelah Kathrina meletakkan jari telunjuknya tepat di depan mulut Gita. Baru saja berhadapan dengan Kathrina, tiba-tiba gadis itu mendorong Gita, menabrakkan tubuhnya ke tembok.

Hal itu tentu berhasil membuat Gita meringis kesakitan. Kepalanya masih terasa pusing sedangkan punggungnya terbentur cukup keras membuat napasnya sesak. Ia menatap Kathrina tajam. "Apa lagi salah aku? Sakit, Kath!" bentaknya membuat Kathrina semakin mencengkram pundak Gita.

"Gue tau lo yang nyebarin rumor."

Gita menatap Kathrina heran, sedikit memicingkan matanya. Gadis itu terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mengetahui faktanya. "A-aku gak nyebar apapun, ke siapa pun, Kath!" Gita masih berusaha melepaskan dirinya dari Kathrina.

"Kalo bukan lo, siapa lagi, Regita Sekar?"

"Aku gak tau!" Gita menaikkan nada suaranya. Membuat hal itu terdengar seperti sebuah bentakan bagi Kathrina. Sial, Kathrina sangat tidak suka dibentak. Ia beralih mencekik Gita, membuatnya semakin kehilangan napasnya. "Kath!"

Kathrina tidak suka dibentak, tapi pemandangan ini adalah hal baru untuknya. Melihat Gita yang kesulitan bernapas, meronta-ronta agar dapat melepaskan tangan miliknya dari leher jenjangnya. Kathrina kehilangan akalnya. Ringisan Gita terdengar sangat menyenangkan pada indra pendengarannya. Kathrina ... menyukainya.

Tepat di belakang Kathrina, keempat temannya hanya menatapnya, sesekali ikut meringis melihat korban Kathrina. "Uhm ... Kathrina kelewatan deh kayanya." Fadel melirik ketiga temannya yang lain. Namun, yang lain hanya menaikkan bahu tak acuh.

Gita terus meronta, berusaha melepaskan cengkraman Kathrina dari lehernya. Napasnya menipis, penglihatannya mulai memburam, bahkan ia tak dapat mengeluarkan suara sedikitpun karena lehernya tercekat. Kathrina benar-benar mencengkeram leher Gita dengan seluruh tenaganya.

Beberapa saat kemudian, Clara angkat bicara, "biasanya dia gak akan main fisik separah ini, tapi kali ini ... iya. Dia kelewatan." Dengan cepat Clara menghampiri Kathrina, menarik pundaknya kuat. "Kath, stop it! Cukup!"

Kathrina yang pundaknya ditarik langsung melepaskan kedua tangannya dari Gita. Membuat Gita jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi, memegang lehernya sendiri yang lecet dan memerah kebiruan. Gadis itu kembali berusaha menetralkan deru napasnya yang sebelumnya tercekat.

"Apa sih?! Ganggu kebahagiaan gue aja!" Kathrina menatap Clara tajam membuat Hazel, Misya, dan Fadel mengalihkan pandangannya secara bersamaan. Tak ingin ikut campur dengan Kathrina yang saat ini sedang meluapkan emosinya.

"Hey." Clara memegang pundak Kathrina, mengusapnya pelan, berusaha menenangkan. "Lo gak boleh main fisik apalagi sampe mencekik target lo kaya tadi, Kathrina Permata Adhyaksa."

Rahang Kathrina masih mengeras. Padahal saat mencekik Gita, Kathrina merasakan sensasi baru yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Deru napasnya masih tak beraturan. Rasanya, ia seperti kerasukan roh jahat. Clara beralih menangkup wajah Kathrina, memaksanya untuk menatap matanya. "Jangan sampe dia luka."

"Lo lupa? Reputasi lo bakal kaya gimana kalo tiba-tiba rumor yang beredar malah jadi fakta?" Clara masih berusaha menenangkan Kathrina. "Think about it, Kath," pinta Clara. Jemarinya mulai mengusap pelan pipi Kathrina.

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang