23. Mine

13.1K 977 201
                                    

Berlarian di bawah derasnya hujan, Gita terus berteriak memanggil nama Kathrina tanpa lelah. Semua tenaga ia kerahkan, berusaha mencari gadis yang kini entah di mana keberadaannya.

"KATHRINAAA!" panggilnya secara terus menerus. Gita tahu bahwa Kathrina takut akan hujan dan gemuruh. Ditambah, dengan langit yang mulai berubah menggelap. Hal ini membuat Gita semakin khawatir.

Misya, Clara, Hazel, dan juga Fadel ikut mencari Kathrina. Keempatnya berteriak saling menyahut, memanggil nama gadis yang menghilang. Clara mengusap wajahnya frustasi. Hujan deras yang tak kunjung berhenti, beserta langit yang perlahan menggelap, menyulitkan dirinya dan juga temannya yang lain dalam misi pencarian ini.

Hazel akhirnya menyerah, begitu pun dengan Misya dan Fadel. "Gue gak sanggup. Kalo kita maksain lebih lama, nanti kita semua sakit!" teriak Hazel di bawah derasnya hujan yang mengguyur kelimanya. Gadis berambut coklat itu menarik bahu Gita kuat, sedikit membentak, "Kalo kita sakit, gimana bisa cari Kathrin?"

Ucapan Hazel benar, namun Gita terus menutup telinganya dan tetap mencari Kathrina. "Kathrina harus ketemu hari ini juga!" bentaknya tak kalah keras kepala, membuat keempat orang lainnya menatap Gita kosong. Entah mengapa, Gita yang sangat keras kepala membuat mereka merasa bahwa Gita benar-benar tulus kepada Kathrina.

"Git ... "

"Kalo kalian mau pulang, pulang aja. Kathrina tanggung jawab aku." Dengan wajah datarnya, Gita menatap keempat orang di belakangnya tajam secara berurutan.

Gita kembali berteriak memanggil nama Kathrina, mencari kemana gadis itu berada. Tanpa mereka sadari, gadis yang baru saja keluar dari gudang menatap mereka dari kejauhan. Tersenyum tipis, kemudian melanjutkan langkahnya menjauh dari lokasi dengan jas hujan berwarna hitamnya.

Rasa pusing dan lelah kini mulai menyerang Gita. Ia lupa makan pada jam istirahat, membuatnya kini hampir tumbang. Namun, gadis itu terus berusaha walaupun langkahnya mulai tertatih-tatih. Sampai pada akhirnya, ia berhasil menemukan gudang terbengkalai yang berada di halaman paling belakang sekolah tersebut.

Gita menggedor pintu gudang beberapa kali, memastikan apakah Kathrina berada di dalamnya. Menoleh ke arah kanan dan kiri, gadis itu berusaha mencari sesuatu yang dapat membuka gembok serta rantai yang mengunci rapat pintu tersebut. "Gita. Think, Gita!"

Jika kalian kira keempat anggota The Pillars telah pulang setelah mendapat gertakan dari Gita, jawabannya adalah tidak. Keempatnya berlari menghampiri Gita kemudian melihat hal apa yang dapat mereka bantu. Mereka berpencar, mencari pintu masuk lainnya. Tetapi, semuanya terkunci membuat mereka kembali berkumpul di pintu depan.

"Semuanya dikunci!" panik Clara, Misya mengangguk setuju.

"Pintu lainnya juga dikunci, gak ada jendela," jelas Fadel yang baru saja kembali bersama Hazel.

Gita mengeraskan rahangnya, gadis itu mulai mendobrak pintu dengan tubuhnya. Hazel kembali memutar otaknya, gadis itu berlari mencari satpam atau siapa pun yang dapat menolongnya. Fadel membantu Gita mendobrak pintu secara bersamaan. Sedangkan Clara dan Misya kembali berpencar mencari sesuatu yang dapat membuka gembok pintu tersebut.

Fadel menggelengkan kepalanya lemah. "Gak bisa, Git." Bersamaan dengan Fadel yang menyerah, Hazel kembali namun segera menggelengkan kepalanya, ia tak menemukan apa pun. Bahkan, satpam sekolah pun tidak memiliki kunci cadangannya.

Gita kembali memukul pintu, berharap ada suara dari dalam. "Kath! Kalo kamu di dalem, jawab aku!" Lagi dan lagi, Gita berusaha mendobrak pintu. Sampai pada akhirnya, gadis itu mengambil sebuah batu besar, memukul gembok tersebut yang akhirnya berhasil terbuka. Gita menendang kuat pintu, membuat pintu gudang tersebut berhasil terbuka lebar.

Obsessed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang