🍂 Chapter 3

61 13 2
                                    

🍂🍂🍂

Pagi itu ketika aku ingin berangkat sekolah tatkala aku menyaksikan dua insan dengan usia yang sama tengah asyik melakukan keuwuwan itu. Malas ! Pemandangan itu selalu membuatku berdesir nyeri tapi aku harus bagaimana lagi karena itu satu-satunya sumber kebahagiaan kak Syifa, tapi disisi lain aku selalu merasa bersalah karena ___

"Pokoknya umi pesen sama kalian jangan sampai kalian ikut-ikutan trend gak jelas itu, apalagi kalo umi sampe tahu diantara kalian ada yang pacaran umi blacklist dari kartu keluarga titik gak ada koma pokok umi gak suka."_ Zahra

"Tuh dengerin ya putri Abi yang cantik-cantik ini."_ Izdhar

"Ihhh Masya Allah dong Abi nanti cantiknya Syifa luntur lagi karena ain."_ Syifa

Suara gelak tawa mereka terdengar merdu di ingatan ku, tapi nyatanya hal itu hanyalah masa lalu yang tak bisa terulang kembali.

Aku pun kembali tersadar ketika suara bariton dari arah meja makan menyadarkan ku yang terlihat melamun dan vakum di tengah-tengah anak tangga.

"Syafa ayo sarapan dulu." Ajak kak Syifa yang masih setia duduk disana.

"Iya nanti kamu telat lagi kayak kemarin." Suara bas itu mampu mengalihkan perhatian ku, lalu tatapan mata yang saling bertemu membuat bulu kuduk ku merinding.

Gak pokoknya aku gak boleh telat lagi kaya kemarin kejadian kemarin gak boleh terulang lagi_ batinku

"Syafa kok bengong lagi ayo sarapan dulu." Tegur Syifa

"Emm kak Syifa aku berangkat sekolah duluan ya." Ucap ku

"Eh gak sarapan dulu ?" Tanyanya

"Nggak deh kak soalnya buru-buru."

"Buru-buru ngapain ?" Suara itu lagi-lagi nyambung seperti aliran listrik saja.

"Heh lupa belom ngerjain PR MTK." Memang benar nyatanya aku lupa belum mengerjakan PR MTK yang pak Arya berikan sewaktu Minggu kemarin.

Tanpa menunggu jawaban lagi aku pun segera menyalimi tangang kak Syifa dan segera pergi.

_______

Teng_ teng_ teng_

Suara bell masuk telah berbunyi untung nya aku tidak lagi terlambat jika saja saat pagi aku tak duluan habis nasib ku yang akan bertemu para lelaki tak terdidik itu.

"Huftt Alhamdulillah." Akhirnya aku pun selesai mengerjakan PR MTK itu tepat ketika bell masuk berbunyi.

"Woy Syafa Lo udah mandi belom si kok badan Lo bau sampah." Ucapan itu langsung membuat seisi kelas riuh semuanya menertawakan ku.

Nyatanya aku sudah mandi jadi tak mau ambil pusing soal omongan mereka sebab menjadi bahan tawaan satu kelas bahkan satu sekolah pun sudah menjadi asupan ku sehari-hari.

Soal bau sampah ___

Aku ingat pasti ini semua ulah kak Galen dan kawan-kawan, saat aku keluar dari kamar mandi tadi aku sempat bertemu mereka.

Disana mereka bersikap ramah kepada ku, cukup aneh si tapi aku tak mau banyak suudzon aku pun menimpali sapaan mereka meski terkesan sok akrab.

"Hy Syafa."_ Galen, aku hanya tersenyum simpul tak minat untuk membalas sapaan nya.

"Untung Lo gak telat lagi." Timpa Hasbi yang berdiri di samping Neo.

"Alhamdulillah kak Hasbi." Aku melihat raut wajah tak suka dari Kak Galen saat itu, mungkin karena sapaan nya tak ku balas.

"Ekhem Lo pagi ini cantik banget si bahkan menyaingi kakak Lo."_ Galen

"Hemm parfum Lo wangi banget." Sambung nya yang dengan mendekat kan kepalanya ke arah ku.

Lalu berbisik "Tapi sayang bau sampah." Setelah mengatakan demikian seketika tujuh lelaki itu menutup hidungnya.

"Em bau apa nih ?" Tanya Kenzo

"Menurut Lo ?" Ujar Galen yang malah bertanya balik.

"Sampah gak si." Sambung Hasbi

Seketika kelak tawa mereka menggelegar, pertemuan tadi pagi lah dalang dari semua ini.

"Baik anak-anak ku karena bell istirahat sudah berbunyi bapak akhir pembelajaran pagi ini."

Selepas jam pembelajaran terakhir tadi aku memutuskan untuk segera pulang ke rumah, menyendiri dan tak di temani adalah takdirku.

Tapi aku tak merasa sedih karena masih ada kak Syifa yang selalu ada buat aku, kini ku berjalan ke arah kamarnya.

Hari-hari yang ku lewati hanya ku habiskan di dalam rumah sekali pun aku pergi ke mall atau kemanapun itu atas ajakan kak Syifa.

Krekek ___

"Kak Syifa." Panggil ku yang berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Suara keran di kamar mandi membuat ku berfikir 'pasti kak Syifa lagi mandi' pikir ku.

Mandi setelah pulang sekolah adalah kebiasaan nya ingin ku meniru tapi rasa malas selalu meliputi ku.

Ku pikir ulang dan selalu ku pikirkan pantas saja banyak pria yang tergila-gila kepada nya sebab kak Syifa jauh lebih sempurna dari pada aku yang selalu menjadi bahan bullyan mereka.

"Kenapa kamu ?" Tanya kak Syifa sehabis keluar dari kamar mandi.

"Heh capek teh."

"Dah makan belum ?"

"Belum... Teh!"

"Iya."

"Kenapa semua orang benci sama aku teh ?" Tanya ku sambil menahan air mata yang akan turun.

"Kata siapa ? Mungkin mereka lagi ada masalah dan mood kamu yang kurang baik jadi kamu beranggapan mereka semua benci padahal enggak, iya gak ?" Tak ada jawaban, melainkan suara deru nafas orang yang tengah tertidur pulas.

"Kata siapa ? Mungkin mereka lagi ada masalah dan mood kamu yang kurang baik jadi kamu beranggapan mereka semua benci padahal enggak, iya gak ?" Tak ada jawaban, melainkan suara deru nafas orang yang tengah tertidur pulas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kak Syifa yang sedari tadi fokus merias dirinya tak ngeh bila lawan bicaranya sudah masuk ke alam mimpi.

"Ya ampun tuh anak biasa banget, siapa yang curhat gue yang di abaiin."

"Sabar ya dek." Ucapnya sambil mengelus pipiku lembut dan mengecup hangat kening ku.

_To be continued_





Narasi satu Hati  >>> ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang