🍂 Chapter 20

28 4 0
                                    


Setelah kepergok tadi oleh Gus Hasbi, dan aku yang sedikit menjelaskan kedatangan ku kemari kerumah ndalem tanpa basa-basi aku pun langsung  diajak olehnya masuk kedalam.

Tak lupa saat aku hendak masuk Gus muda itu membuat aksi yang dimana hal itu sontak membuat tubuhku bak tersengat listrik, sentuhan tangan itu membuatku mati rasa

Dan tepatnya sekarang aku tengah berduaan dengan Gus muda didalam sebuah kamar yang sempat aku tiduri, sebuah kamar dengan nuansa putih dan barang yang sangat tertata rapih

"Kok ngelamun ?"

Lagi-lagi suara itu berhasil membuatku terkejut, "Ah ng-nggak kok cuma belom ngantuk ajah," elakku yang ia angguki.

Perlu ku selalu ingat rupanya, nyatanya ternyata aku tak lagi lajang kini aku sudah memiliki seorang suami, imam, yang akan selalu ada buatku

Dikarenakan Ning Nalwa sudah tertidur, Umi dan Buya memutuskan acara kumpul akan diadakan besok dan finisnya mereka menyuruhku agar menginap saja

Sempat terpikir olehku hal ini hanyalah akal-akalan yang mereka buat tapi aku pun segera menepis pikiran negatif itu jauh-jauh Sebab takut barokahnya tak nular pada ku

"Nak Syafa maaf sudah merepotkan Buya minta maaf karena acara temu kangen keluarga menyambut kedatangan Ning Nalwa ditunda besok saja," katanya

"Nda papa kok Buya, Syafa seneng bisa diundang datang kesini oleh Buya dan Umi," ujarku

"Kalo gitu Syafa pamit pul__"

"Ah gak usah Fa lebih baik kamu menginap saja kali-kali kan nginep disini, iya gak Buya." Cegah Umi, dengan cepat Buya pun menyetujui usulan Umi itu.

Kerana obrolan jadilah kini aku dan Gus Hasbi sedang terduduk berdua diatas kasur dengan menahan rasa Canggu.

"Masih belom ngantuk juga ?" Tanyanya sekali lagi kepadaku

"E-em belom Gus," kataku

"Sudah saya kasih tau jangan panggil saya Gus jika kita sedang berdua," ucapnya dengan nada sebal

"Terus Gus mau saya panggil apa ?" Tanyaku balik

"Panggil sesuka hatimu dan_" sejenak ia melihat kearah mataku

"Jangan pake kata ganti saya, pake aku kamu saja seperti waktu kita SMA," lagi-lagi ia berbicara memperingatiku

Loh bukannya sekarang pun kita masih SMA__ batinku menegaskan

Oh Tuhan aku benci situasi ini, aku ingin seperti dulu jika berhadapan dengannya mempertaruhkan rasa malu hanya demi bisa dekat dengannya

Tapi kenapa sekarang malah sebaliknya "Aku panggil kakak ajah boleh seperti biasa," kataku ragu

"Emang gak ada panggilan lain gitu kaya zauji, Habibi, roohi, beb, at__" stop hal itu membuat ku malu setengah mati.

"E-em bukannya itu alay ya Gus ?" Rasanya aku ingin kabur dari sini, saat ini tubuh Gus Hasbi pun ia hadapkan kearah ku.

"Coba tatap mata saya sekarang," titahnya padaku, dengan ragu aku menuruti keinginannya.

"Pintar_" ia pun mengelus lembut kepalaku yang masih terbalut jilbab.

"Denger ya Fa setiap kegiatan yang suami-istri itu lakukan semuanya bernilai pahala, tugas saya sekarang adalah menjaga, menyayangi, memberi, dan membimbing kamu agar terjauhi oleh kemaksiatan dunia

Dan tugas kamu adalah menyenangkan hati saya sebagai seorang suami, jadi bolehkah saya meminta zaujati untuk memanggil saya dengan sebutan Habibi." Pyur... Semburan rona merah menghiasi pipiku, malu sekali Tuhan

Narasi satu Hati  >>> ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang