Syafa Elzahra Idzihar !Suara yang bersumber dari toa ruangan Mahkamah santri / ruangan penyidagan setiap anak yang bermasalah, tak ada angin tak ada hujan entah apa kesalahan ku sehingga berulang kali nama itu mereka sebut-sebut.
Huftttt gara-gara suara itu sholat Dhuha ku kini terganggu _ batinku.
Tak ingin menambah masalah lagi dengan terburu-buru aku segera berlari ke arah sumber suara, mungkin hampir 20 menitan suara itu tak henti-hentinya memanggil namaku.
Tok-tok....
Dengan segera aku mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu "Assalamualaikum," ucapku
"Waalaikumsalam," terdengar suara sautan dari dalam.
Detik itu juga nampaklah sosok Laras dan kedua temannya yang datang membukakan pintu dengan wajah sangarnya, to the poin saja aku pun langsung di perbolehkan masuk
Huh, untung ajah gak jadi bawa Nazma kalo bawa euh pasti dia juga bakalan kena batunya_ batinku tak henti-hentinya mendumel kesal melihat ekspresi mereka.
"Adabnya ilang kemana ? Emang Anda sudah disuruh duduk ?" Perkataan itu membuatku mati rasa ketiga pasangan mata yang tak hilang dari menatapku.
Tanpa menjawab aku pun segera bangkit dari dudukku, berdiri lemas dengan hati yang deg-degan. Takut !
Aku paling benci situasi seperti ini mendapat panggilan dan diadili, benci ! Entah apa salah ku sampai-sampai harus mendapat panggilan tanpa sebab yang jelas.
Semua itu aku rasakan juga selama masa SMA ku di sekolah Nusa Bhakti, cihh sungguh sangat lucu bukan dihukum karena kesalahan orang lain alias aku yang di adu dombakan oleh teman sekelas ku bernama Siska.
Membersihkan satu ruangan besar ini seorang diri dan belom lagi dua hukuman lainnya yang belom aku jalani.
Hampir satu jam aku membersihkan ruangan MS _ mahkamah santri ini, kini tinggal berlanjut ke hukuman yang kedua.
Menyapu halaman depan ruangan MS, yah bisa dibilang sangat kotor. Dedaunan yang setiap harinya selalu gugur membuat siapa pun jengah dan greget melihatnya.
Hari semakin siang begitu pun matahari yang mulai terasa sangat panas, aku yang sedang menunaikan ibadah puasapun merasa sangat kehausan
Bagaimana tak haus bayangkan saja dihukum dari jam 08.15 sampai sekarang pukul 10.20 menurut kalian parah gak sih ?
"Sedari malam kami khawatir mencari kamu Syafa, tapi kamu sendiri enak sedang tertidurtidur manis," kata mba Laras selaku ketua asrama.
"Ingat ya Syafa kamu disini sedang mendapatkan pendidikan jadi jangan karena kamu dekat dengan keluarga ndalem jadi kamu memanfaatkan kebaikan mereka," ucap syasya selaku keamanan putri
"Iya apalagi sampe caper sama Gus Hasbi." Perkataan terakhir itu benar-benar membuat ku ingin tertawa.
Perkataan mereka masih terngiang di telinga ku, entah apa yang telah ku perbuat sehingga dimana pun aku tinggal pasti disitu hinaan datang.
Merasa sangat lemas hingga aku memutuskan untuk rehat sejenak, duduk termenung di bawah pohon mangga yang rindang. Surga dunia bangettttt rasanya, dengan angin yang sepoi-sepoi mengenai wajahku.
Kini aku pun membenamkan wajahku kedalam tanganku, duduk bersandar mengistirahatkan tubuh yang terasa pegal-pegal.*
Bang mba Syafa kena hukuman loh gegara Abang. Ucap bocah dari balik telfon.
Sekarang mba mu dimana ? Tanyanya khawatir
Ya lagi kena hukumanlah, kalo Abang peduli buruan pulang. Setelah mengatakan hal tersebut bocah itupun langsung mematikan telfonnya sepihak.
Sementara di sebrang sana pria dengan Koko hitam itu panik, ia pun dengan terburu-burunya menemui sang Umi.
Berbicara dengan sangat hati-hati tanpa menggangu acara kedua keluarga itu, setelah mendapatkan izin ia pun bergegas Pergi dengan mengendarai mobilnya.
__
"Wih bersih banget nih," ucap gadis itu merasa takjub.
Ia pun menyusuri taman yang nampak ramai itu. Berbagai macam tanaman tersedia disini, dan tak lupa dengan sepasang kekasih yang nampak sangat menikmati asrinya taman.
Tak hanya satu-dua melainkan banyak sekali pasangan yang mengunjungi taman ini meski panas melanda tapi tak mengugurkan kebahagiaan mereka.
Disudut dekat ayunan sana seorang wanita tememani Sanga kekasih yang berbaring tidur di atas pahanya, tak lupa dengan tangan yang mengelus lembut kepalanya
Kini ribuan sepasang kekasih tengah beradu memamerkan ke romantisan nya masing-masing, entah kenapa tiba-tiba saja awan hitam datang dan nampak wajah-wajah disana seperti marah.
Semua pasang mata kini tak absen dari menatap kearah ku, sejenak aku perhatikan semuanya kini berlari menghampiriku saat itu juga angin serta hujan lebat turun
Aku pun takut dengan cepat aku berlari menghindari kerumunan yang mengejarku itu, air hujan yang cukup deras mengenai wajahku sangat terasa sakit diwajahku.
Heh bangun loh....
Suara itu sangat-sangat mengagetkanku, buru-buru aku terbangun dari dudukku dan ternyata tadi hanyalah mimpi semata.
Nafas memburu akibat mimpi yang seperti nyata itu membuat tubuhku lemas berlipat-lipat ganda.
Kini yang ku lihat didepan sana nampak Gus Hasbi yang tengah tersenyum kearahku_ senyuman bahagia.
Tak lupa aku pun membalas senyuman memabukkan itu
"Nih anak konslet apa gimana si,"_ Wanita itu pun nempak geram dibuatnya.
Dengan cepat ia menginjak kaki ku sangat kencang "awsss sakitt," rintihku kesakitan.
"Lama-lama kamu kayak orgil tau gak, saya muak liat muka kamu cepat sana pergi ke masjid terus menghadap ke MS," ucapanya jengkel dengan nada menegaskan.
Senyum merekah ku kembali masam kala mendengar cacian itu tanpa berlama-lama lagi aku pun pergi ke masjid,
Karena salat Dzuhur yang Sudah terlaksana 30 menit yang lalu, aku segera mengerjakannya saja secara munfarid ( salat sendiri ).
"الله اكبر...."
🍂🍂🍂
Sangat hati-hati aku mengetuk pintu itu takut-takut penghuni dalam marah kepadaku untuk yang kedua kalinya, eitss...
Tapi sepertinya tak hanya satu-dua kali tapi berkali-kali aku membuat mereka marah dan mungkin bahkan sekarang ada dalam tahap benci.
Suka jadi benci- benci jadi suka .
Bisakah rasa benci mereka terhadap ku berubah menjadi suka, artinya tak ada rasa amarah lagi yang menyelimuti hati mereka dan tak ada prasangka jelek lagi tentangku dalam pandangan mereka.
Entahlah semua itu membuatku dilema, sekali ketukan kembali ku beranikan tapi nyatanya tak ada sahutan sama sekali dari dalam sana.
Apa lagi tidur ya_ pikirku.
Ingin kembali tapi takut sang empu marah, pasti mba Laras akan tambah kesal kepadaku..
"Eh kasihan banget ya si Syafa baru anak baru dah kena urusan ajah sama tuh Mak lampir yang gak tau hati," ucap wanita berhijab maroon itu.
Kedua wanita yang ternyata satu angkatan dengan Laras itu tak henti-hentinya membicarakan rasa iba mereka terhadap ku sepanjang jalan yang nyatanya masih samar terdengar di telingaku.
Huftttt andai kata ku bisa memilih, ku akan memilih tinggal bersama Umi-Abi disana.
"Maaf pasti sudah lama menunggu."
_To be continued_
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi satu Hati >>> ENDING
Novela Juvenil🏅juara Harapan 3 MWC Navi Publisher ***** Kisah tentang seorang gadis yang sedang mencari kebahagiaannya.... Akan kah pribahasa 'berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ' berlaku padanya ? Y...