"Kak kenapa mereka suka banget bully aku, apa salah aku kak ?" Isak tangisku sedari tadi tak juga usai bayangkan saja betapa malunya tadi diriku, jilbab yang kukenakan dengan mudah mereka tarik dan terlepas."Mereka iri sama kamu Fa, gak papa mereka benci asal bukan Allah yang membenci karena setiap perjalanan itu pasti menemukan rintangan." Ujarnya sambil memeluk tubuhku erat.
Memang benar apa yang Hasbi katakan jika dalam hidup ini hanya ada kesenangan tanpa adanya kesedihan maka semua orang akan terlena.
"Allahumma ya Allah cepat datangkan lah jodoh lauhul Mahfudz hambamu ini amin," monolognya yang terdengar jelas oleh teman-temannya termasuk aku yang semula menangis kini berhenti saat mendengar perkataan itu.
"Yaelah HASBI udah lah pelukannya kasihan tuh si Jupiter," katanya yang membuat atensi semua orang tertuju ke arah Neo yang tengah memeluk bantal guling sambil menggulingkan tubuhnya kesana kemari..
Macam cacing tanah yang kebakar.
"Stop dulu Bi ngumbar kemesraannya sekarang Lo jelasin ke kita," katanya menuntut untuk di beri penjelasan.
🍂🍂🍂
POV Hasbi.
Flashback___
Hari sudah larut malam kini waktu pun menunjukkan pukul 00.30 atau sama dengan jam setengah satu pagi, hujan turun dengan derasnya ingin menerobos tapi sepertinya tidak memungkinkan.
Sayapun kembali masuk ke dalam masjid, sepertinya saya akan benar-benar bermalam di disini. Mata yang perlahan mulai sayu, cuaca diluar sangat dingin sekali. Maka orang waras mana yang ketika hujan deras, cuaca dingin disertai gemuruh tidak terundang untuk tertidur ? Saya pun kini mulai mengantuk.
Tepat saat mata saya akan benar-benar terpejam tapi sialnya saya malah terbangun Sebab samar-samar mendengar suara jeritan yang sangat histeris, terkesan horor.
Tapi saya tak tinggal diam segera saya beranjak dari tempat duduk dan segera menuju ke luar masjid. Mata saya terus mencari kearah sekitar, takut-takut ada seseorang yang dalam bahaya begitulah pirik saya.
Lantas hampir 10 menit saya mencari tak ada hasil, lantas saya kembali masuk tapi lagi-lagi saya dikejutkan oleh suara teriakan itu. Suaranya ? Ya seperti suara seorang perempuan dan sepertinya saya mengenali suara itu, kini saya teringat jika di rooftop masjid sana terdapat Syafa yang tengah sendiri, saya pun tahu sebab Nazma lah yang memberi tahu.
Cepat saya berlari kesana dengan menerobos hujan yang dengan derasnya turun. Tepat ketika saya sampai diatas sana saya melihat sosok tersebut tengah berdiri di atas sana.
"Istighfar Syafa," teriak saya yang membuat sang empu menoleh terlonjak kaget alhasil kakinya terpeleset dan terjatuh ke arah kanan.
Melihat hal itu saya segera berlari ke arahnya, "Hey Syafa bangun," kataku yang mencoba untuk membangunkannya.
Aku melihat sekitar ada sebuah buku yang tergeletak di bangku sana, tepat saat saya ingin membopong tubuh itu tapi saya malah di kejutkan dengan.
"Ya Allah," katanya yang ketika melihat sebuah darah mengalir di bagian pelipisku, tanpa lama saya segera mengangkatnya dan tak lupa saya membawa buku itu yang perkiraan milik Syafa.
Huftttt lumayan lama juga ya😁.
*
Tuk-tuk.
"Umi-Buya," panggil saya.
Nihil tak ada jawaban lantas tanpa persetujuan dari mereka saya membawa sang empu ke dalam kamar, agar bisa beristirahat.
Panik dibuat dirinya saya segera menelepon dokter keluarga tapi tak kunjung ada balasan, tepat saat Umi-Buya datang kami langsung membawanya ke rumah sakit.
Saya panik ! Saya khawatir !
Singkatnya kata Dokter Syafa sedang mengalami koma, hal negatif menyelimuti pemikiran saya termasuk setelah saya membaca buku diary itu.
Hati saya berdenyut nyeri, ternyata perasaan saya selama ini terhadapnya tanpa sadar terbalaskan. Tapi kenapa saya harus tahu ketika dalam keadaan seperti ini, saya berjalan gontai menemui Umi-Buya yang tengah duduk menunggu mata sembab itu, sungguh memalukan sejarah utama bagi saya untuk menangis.
"Umi-Buya, Abang sayang sama Syafa, Abang gak mau Syafa kenapa-kenapa, Umi-Buya Syafalah satu-satunya perempuan yang sudah lama Abang Sukai." Derai tetesan air mata tak berhenti terjatuh.
"Umi-Buya, Abang pengen jadi pelindung Syafa, Abang gak kuat liat Syafa terus menerus menderita kalo Umi sama Buya izinkan Abang mau secepatnya menikahi Syafa," ungkap saya.
Tepat ketika hari ke lima Syafa koma ia sempat tersadar dan kata dokter Syafa baik-baik saja. Alhasil saat itu juga Buya setuju walaupun harus dengan berbagai cara saya membuatnya agar setuju.
Pukul 06.15
Dengan dihadiri keluarga besar dari kedua mempelai, akad nikahpun terlaksana.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur hallan." Ijab kabul adalah bacaan yang sakral pada prosesi akad nikah, setelah mengucapkan lafadz sakral tersebut dengan gemetar saya mencium kening Syafa penuh kasih sayang. Eyaaaaa.....
Flashback off.
"Emang bowlehhh segampang itu, minta kawin hap langsung bisa," kata Kenzo histeris begitu pun dengan yang lainnya, tak disangka-sangka sekali kini sosok es kutub itu tak lagi melajang sebab kini ia telah memiliki seorang istri yang jelita.
"Kawin-kawin, nikah dulu dodol," sarkas Marvin tak biasa saja.
"Len Lo kapan nyusul adek Lo ?" Tanya Kendrick menggoda.
"Gue masih mau sendiri, masih banyak urusan yang belom gue kelarin," ujarnya sambil fokus menonton televisi.
Tepat sebelum ashar tadi keempat sahabat Hasbi termasuk Galen pun telah pulang ke rumahnya masing-masing, "Yang ayo bangun kita salat ashar dulu," kata Hasbi membangunkan.
Aku pun melenguh terbangun dari tidur, "Udah Ashar ya kak ?" Aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Empat rakaat telah kami laksanakan, seperti biasa setelah salat Hasbi selalu mencium keningku dan aku menyalimi tangannya, "Oh ya kak temen kak Hasbi udah pulang ?" Tanyaku yang teringat jika disini tak hanya mereka berdua saja melainkan ada teman-teman Hasbi.
"Sudah pulang tadi pas sebelum ashar." Aku mengangguk faham.
Tanpa aba-aba Hasbi menarik tubuhku lalu terjatuh ke dalam pelukannya, mata kami kini saling bertemu satu sama lain. Mata kami seperti mengatakan sesuatu terpancar sebuah perasaan yang mendalam "Fa aura perempuan itu terasa ketika ia memaksa dirinya untuk berhijab disaat orang lain berlomba-lomba mengumbar mahkotanya sendiri." Tiba-tiba saja Hasbi berkata seperti itu, mendengar penuturannya membuat hatiku menghangat.
"Terimakasih, terima kasih kak sudah mau terima Syafa dihidup kakak, Syafa janji Syafa bakal berusaha untuk menjadi istri yang baik," kataku meyakini.
Setelah itu kami saling berpelukan penuh cinta. "Yuk Fa kita buat tabungan," bisiknya sensual.
"Tabungan apa ?" Tanyaku yang masih dalam pelukan hangat itu. Detik berikutnya aku mendongak ke arah wajahnya.
"Nabung buat debay," ujarnya dengan senyum menggoda, melihat ekspresinya membuat ku malu. Apa coba maksudnya, huahhhh berdenyut jantungku salting dibuatnya.
"Issss apaan si aku masih sekolah tau," kataku sambil malu-malu.
"Kan dah sah," katanya semakin menjadi-jadi.
"Dasar genit, tau ah aku mau mandi nih." Kak Hasbipun melepaskan pelukannya.
Cup...
Saat aku ingin beranjak dengan tanpa izin ia mengambil first kissku, lagi-lagi aku di buat malu olehnya. Secepat kilat aku langsung berlari ke kamar mandi tanpa membawa baju salin.
Gimana baper gak kawan😁😁😁
Yuk spam komen nya 👇👇👇 vote dan follow juga ya._To Be continued_
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi satu Hati >>> ENDING
Fiksi Remaja🏅juara Harapan 3 MWC Navi Publisher ***** Kisah tentang seorang gadis yang sedang mencari kebahagiaannya.... Akan kah pribahasa 'berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ' berlaku padanya ? Y...