🍂 Chapter 4

39 11 1
                                    

🍂🍂🍂

"Teh Syifa ____" jeritan histeris yang aku berikan, .. Syok melihat tubuh Syifa yang sudah kaku membiru terendam di bathtub.

Pusing ini yang kurasakan mata yang kunang-kunang buram saat melihat ke arah sekitar, aku pun memaksakan untuk duduk dan menyender ke kepala ranjang perlahan aku pun memijat pelan kening ku yang terasa sangat pusing.

"Non Syafa sudah bangun." Tanya Bi Nani yang menghampiri ku dengan tangan yang membawa nampan berisi minum dan makan.

"Bi teh Syifa mana ?" Tanyaku.

"Bibi kenapa kok mukanya murung ?" Tanya ku lagi.

Tak buru menjawab Bi Nani malah duduk di samping ranjang dan dengan kasih sayang ia membelai Surai hitam ku.

"Non bibi tau Non Syafa masih belom ikhlas tapi bibi mohon Non, jangan kayak gini bibi sedih lihatnya." Perkataan Bu Nani membuat ku tak faham.

"Maksud Bibi apa ? Aku gak faham Bi, belom ikhlas ?" Tanya ku

Seketika ingatanku kembali berputar dan __

'tubuh kamu yang membiru' tidak ku harap ini hanya mimpi, aku pun segera menepis pikiran jelek ku.

"Bi kak Syifa mana aku mau ketemu, mau minta kak Syifa buat ajak aku jalan-jalan." Melihat Bi Nani yang tak berkutik membuat ku memutuskan untuk pergi ke kamar kak Syifa langsung.

Aku ingan membuktikan bahwa itu hanya lah mimpi, meski terasa nyata tapi aku harap itu sekedar mimpi.

Tepat saat aku sampai di sana, tubuh ku lemas sebab tak menemukan Syifa sama sekali.

"Nona harus ikhlas, Non Syifa udah gak ada, nona harus ingat itu." Deg ___ jantung ku berdegup kencang.

"Bi berarti mimpi tadi itu nyata ?" Tanya ku yang lalu berhambur dalam pelukan Bi Nani.

"Nona harus sabar, harus kuat nona gak boleh berlarut-larut dalam kesedihan nona masih punya kehidupan yang harus dijalani, lagian kematian ini sudah Allah atur." Ucap Bi Nani yang menguatkan ku.

Rasanya semua ini seperti mimpi.

_____

Satu Minggu setelah kepergian kak Syifa, aku pun memutuskan untuk kembali pergi sekolah. Entah hal apa yang akan aku dapat kan setelah kepergian kak Syifa.

Sebab selama ini ketika aku di rundung oleh mereka kak Syifa lah pembelanya, kak Syifa akan maju menjadi garda terdepan dalam hidupku.

Pahlawan ke dua setelah kepergian ayah, tapi kini semuanya telah pergi. Entah apa yang harus aku lakukan 😔

"Widihhh ada anak bau nih." Cibir aura selaku teman sekelas ku.

Bingung ! Sebenarnya hal apa yang sudah aku lakukan sampai semua benci padaku. Tak pernah aku merasakan satu hari tanpa mendapat gangguan, semuanya tega padaku.

"Duh perut ku perih banget." Tepat saat jam pertama di mulai tiba-tiba saja perutku terasa sangat perih,

"Syafa ada apa dengan kamu ?" Tanya Bu indri yang sadar dengan tingkah aneh ku.

"Perut Syafa sakit Bu."_ Aku

"Kalo begitu mending di bawa istirahat saja, ibu izin kan kamu untuk istirahat di UKS." Ucap Bu indri

"Terimakasih Bu Syafa izin dulu." Setelah mendapat anggukan aku pun segera beranjak pergi ke UKS sesuai instruksi Bu indri tadi.

Setiba di UKS, aku pun segera merebahkan tubuhku di atas brankar memejamkan mata ku yang terasa ngantuk serta perut yang terasa sangat nyeri, tak lupa aku pun mengelus-elus pada bagian yang sakit.

Narasi satu Hati  >>> ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang