🍂 Chapter 22

17 4 0
                                    


"Maaf pasti sudah lama menunggu." Suaranya mengejutkan ku

Pria bertubuh jangkung itu berjalan menghampiriku, tatapan matanya selalu mengalahkan dan membuat ku luluh. Pria itu mengambil sebuah kunci dan segera membuka pintunya.

"Yu masuk," ajaknya

Aku pun masuk berjalan dibelakangnya. Ruangan ini yang sudah menjadi saksi bisu kemarahan ketiga seniornya, perlahan aku duduk disalah satu sofa yang ada.

Tatapanku menelisik setiap gerakan pria tersebut, berjalan bolak-balik seperti orang yang sangat sibuk. "Cari apa kak ?" Tanyaku bersuara

"E-e-ng-gak ini cuma lupa ajah cari kunci mobil," kelakarnya.

Heran itu yang aku rasakan. Kenapa tiba-tiba sikap pria itu berubah menjadi aneh, aku yang lelah melihat pergerakannya yang terlihat seperti orang gelagapan. Aku berjalan menghampirinya, tepat mataku mengintimidasi curiga kearahnya

"Kakak oke ?" Tanyaku yang segera ia angguki.

Aku berjalan semakin maju kearahnya, sangat dekat. Melihat wajahnya yang__
"Kakak kenapa ?" Mimik wajahnya sangat lucu sekali ketika sedang salting.

"Kakak salting ya," ucapku dengan wajah yang lebih dekat, lalu setelah itu aku pun tertawa tak tahan melihat ekspresi itu.

Keheningan itu berganti menjadi heboh sebab aku yang tak bisa menahan ekspresi yang Gus Hasbi tampakkan, tak biasanya ia seperti itu bahkan biasanya dia lah yang hobi sekali membuat jantungku terasa ingin copot dari tempatnya.

"Apaan si kamu Fa siapa lagi yang salting kamunya ajah kali yang kegr-an," Belanya.

Flashback on.

Pagi yang membosankan bagiku. Jika boleh ku meminta pada sang pencipta agar tak ada lagi pagi ataupun siang aku hanya ingin gelapnya malam.

Langit yang gelap tapi tetap indah saat bintang-bintang menyebar ke seluruh langit serta terangnya bulan yang menjadi sinar, aku lebih suka itu .

Gelap tapi membuat ku nyaman dari pada terang membuat ku tersiksa,

Pagi ini cuaca nampak mendung mungkin sisa-sisa waktu malam tadi untungnya aku segera sampai di depan sekolah sebab tak tau jika akan ada hujan dibeberapa menit nantinya, akupun berjalan perlahan berhati-hati agar terhindar dari genangan air

Tiba-tiba

Tin-tin...

Suara klakson mobil mengagetkan ku, mobil sport berwarna merah itulah ulah dari segalanya, "Astagfirullah Amel," ucapku

Ya siapa lagi jika bukan ulah Amel si ratu drama dan kawan-kawannya, bertepatan dengan kejadian tadi tak disangka pagi ini hujan kembali turun.

Semua siswa berlari berbondong-bondong menuju kelasnya. Tidak denganku, aku malah terdiam ditempat dengan santai.

Merasakan setiap tetes demi tetes air hujan itu membasahi permukaan kulit wajahku.

"Woy buruan nanti baju Lo basah," teriak pria yang sama percisnya dengan siswa yang lain, berlari.

Tak hanya satu-dua tapi lebih dari itu mereka meneriaki ku dan bahkan mengatai ku yang tidak-tidak.

Terbiasa bukan ?

Ku menengadah kan wajahku agar semakin merasakan derasnya hujan, mata yang terpejam hal ini sungguh membuat pikiranku tenang.

"Udah selesai ?" Batinku

"Tapi kok masih kedengaran suara hujan ?" Pikir ku lagi.

Saat aku membuka mata ternyata ada sebuah payung yang tengah memayungiku, tapi siapa sosok tersebut ? Tepat saat aku menoleh ke belakang terdapat pria berseragam percis dengan punya miliknya

Narasi satu Hati  >>> ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang