🍂 Chapter 27

23 5 0
                                    


Suara takbiran menggema di masjid Al-JABAL

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.....

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ....

Gema takbir yang membuat siapa saja pasti akan tersentuh hatinya, tepat jam 00.02 atau sama dengan tepat jam 12 dini hari suara takbiran masih terdengar sangat menggema.

Sudah menjadi tabiat Di desa Santri ini tiap malam lebaran tiba suara gema takbir tak putus untuk di kumandangkan, seperti halnya saat ini tepat di pondok pesantren Al Jabal Ar Rahman meski para santri sedang masa perpulangan, kesepian tak menyelimuti sekitar sebab bila menjelang Hari Raya idul Fitri semua keluarga besar berkumpul tak terkecuali satupun.

Termasuk Bi Nani dan pak Agung yang telah resmi menjadi orang tua angkat akupun ikut berkumpul.

Kini aku dan kak Hasbi baru saja pulang dari itikaf di masjid, awalnya aku ingin beri'tikaf lebih lama lagi seperti yang lain tapi sayang kak Hasbi yang merasa jika aku telah kelelahan jadilah beliau menyuruhku untuk pulang saja alhasil akupun nurut.

Ramadhan kali ini aku bolong puasa sebanyak 9 hari, 7 diawal dan 2 di akhir, tepatnya kini aku memang sudah suci dari hadas besar ku, entah kenapa darah haid ku terbilang keluar cukup sedikit dan tepat saat menjelang magrib aku putuskan untuk bersuci,

Tak sekali dua kali aku mengalami masa haid secepat ini, bisa jadi saja hal itu terpengaruh sebab jika aku sedang haid maka mood makan ku menurun, aneh bukan ? entah benar atau tidak tapi asumsiku berkata pola makan yang jarang saat haid itu memengaruhi siklus keluarnya darah haid.

Maka dari itu aku memutuskan bersuci saja, toh lagian dari kemarin pun tinggal sisa-sisa kecoklatan saja.

"Kak Hasbi ihh cuci kaki sama cuci muka dulu," kataku lalu berjalan ke arah kamar mandi.

3 menit sudah aku menghabiskan waktu di kamar mandi, tepat saat aku keluar aku melihat kak Hasbi yang sedang tertidur.

Tabiat ku yang selalu membasuh muka dan kami sebelum tidur yang sudah sangat melekat sekali sehingga jika melihat orang disekitar yang ingin beranjak tidur tapi belum membasuh kedua hal tersebut maka akan aku terus paksa sampai terlaksana.

Begitu pun ketika aku tidur di asrama akan ku ajak mereka sampai mau, dan kini malam ini aku melihat suamiku sendiri tak bersih-bersih terlebih dahulu aku pun tak tinggal diam.

"Ya ampun kak Hasbi cuci kaki dulu nanti kasurnya gatal-gatal," titahku sambil mencoba membangunkan tubuhnya yang berat itu, heheh memang nyatanya kak Hasbi sangat besar sekali.

"Iya sayang," ujarnya

"Iya-iya udah buru nanti gampang lanjut tidur lagi," kataku dan berhasil membuatnya terbangun.

"Yuk," ajaknya yang kini sudah menarik tanganku masuk ke dalam kamar mandi.

"Ya Allah Kakak," ucapku yang tak sadar malah mengucapkan asma Allah.

"Iss gak boleh bilang itu," tegurnya, seketika akupun membekap mulutku dengan kedua tangan.

Entah kerasukan setan apa kak Hasbi yang melihat aksi ku malah tertawa kecil, "kok ketawa ?" Tanyaku dengan tangan yang masih membekap mulut.

Narasi satu Hati  >>> ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang