12.Kembali terluka

132 54 20
                                        

"Apa gue bisa bahagia?"

-Sahira Putri Adarafaya-

-
-
-

Saat ini Sahira sedang memakan bakso favoritenya di kelas ditemani oleh Kafhi. Tadi Kafhi menyuruh Fauzan untuk membelikan bakso Mang Tatang untuknya.

"Lo gak makan?" tanya Sahira.

Kafhi menggelengkan kepalanya pelan, lalu kembali menatap Sahira yang sangat lahap memakan baksonya. Lihatlah! melihat cara makan Sahira saja sudah membuatnya merasa kenyang.

"Berhenti liatin gue!" kesal Sahira, saat Kafhi terus saja menatap dirinya yang sedang memakan
bakso.

"Terserah gue"

"Yayayaya" ledek Sahira.

Kafhi terkekeh pelan saat melihat Sahira yang menunjukan wajah kesalnya, membuat Sahira tertegun, ini adalah kedua kalinya Sahira melihat Kafhi tertawa di hadapannya.

Sementara tanpa disadari keduanya, inti Dacrex yang bersembunyi dibalik tembok sedang mengintip interaksi mereka berdua sedari tadi saat Fauzan melaporkan bahwa Kafhi dan Sahira berada dikelas berdua.

"Anjir itu si bos kesurupan apaan" bisik Kaden saat melihat Kafhi tersenyum saat pertama kalinya.

"Ini kita harus tahlilan si" sahut Putra.

"Syukuran bego! tahlilan buat orang yang meninggal" ucap Ilyas menahan emosi.

"Si Kafhi gercep banget, padahal gue mau gebet dede Sahira" kalian tau bukan itu suara siapa? ya! siapa lagi kalau bukan Kaden.

"Asikk kuota 35 GB buat pajak jadian" ucap Fauzan dengan pelan.

Garuda yang melihat hal tersebut melenggang pergi, saat mendengar pembicaraan sahabatnya yang sama sekali tidak penting untuk di dengar. Danu yang melihat Garuda pergi pun mengikutinya untuk segera memasuki kelas.

Fauzan merasakan sensasi geli saat merasakan ada yang merayap di belakang lehernya, tanganya meraba tengkuknya lalu, meraih binatang tersebut yang ternyata adalah KECOA! sial Fauzan sangat membenci hewan kecil tersebut.

"AAAA KECOAA" teriak Fauzan terbirit-birit saat kecoa tersebut malah menempel di punggungnya. Sementara Putra, Ilyas, dan Kaden kelabakan ditempatnya saat persembunyian mereka tertangkap basah oleh Kafhi dan Sahira, mereka berniat untuk segera kabur, namun Kafhi lebih dulu mengeluarkan suaranya membuat ke empat pemuda tersebut menelan salivanya kasar. tamatlah riwayat kita!

"Keluar!"

Fauzan, Putra, Ilyas, dan juga Kaden berjejer rapih didepan Kafhi, lalu mereka tersenyum menunjukan deretan gigi rapihnya membuat Kafhi merasa kesal.

"Ngapain?" tanya Kafhi.

"Ngintip" Kaden membulatkan matanya sempurna saat bibirnya tidak bisa diajak bekerja sama, dan berakhir keceplosan.

'Duh mati aing' Batin Putra.

Sementara Sahira meneguk saliva-nya kasar saat melihat perubahan raut wajah Kafhi yang tampak emosi. Ingat! Kafhi tidak suka jika ada seseorang yang menguping pembicaraanya atau pun mengintip.

HOME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang