09.Rumah pohon

108 62 13
                                    

"Temukan seseorang yang memahami arti diam mu"

-Sahira Putri Adarafaya-

-
-
-

Sahira mengerang pelan dalam tidurnya saat merasa tubuhnya terguncang ke arah kanan dan kiri.

"Apasih bang?" tanya kesal Sahira dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya karna masih mengantuk, lalu Sahira memposisikan dirinnya untuk duduk walaupun dengan keadaan yang acak-acakan.

"Bangun hira, udah jam 6 pagi" beritahu Raden.

Raden menggelengkan kepalannya saat melihat gaya tidur Sahira seperti planet yang sedang berotasi.

"Ya kan bisa pelan-pelan banguninnya, gausah guling-guling udah kaya telor gulung gue" sewot Sahira.

Semalam Sahira kelelahan karna menyelesaikan lukisannya yang belum selesai sampai tengah malam.

"Lagian lo tidur apa cosplay jadi mayat?"

"Enak aja" balas Sahira.

"Mamah, papah belum pulang bang?" tanya Sahira.

"Besok"

"Buruan, lo gak sekolah emang?" tanya Raden.

"Sekolah lah, gue kan anak rajin"

"Terserah lo Jaenab"

"Siap Jaenudin"

Mereka saling tatap dan akhirnya tertawa bersama saat menyadari tingkah mereka yang begitu absrud.

🎨🎨🎨

Saat Sahira dan Raden sedang melakukan sarapan bersama, satpam rumahnya yang bernama Pak Jenal menghampiri mereka.

"Permisi den, itu di depan ada tukang paket yang nyariin neng Sahira" beritahu Pak jenal pada Raden.

"Paket yang sama lagi?" tannya Raden pada Sahira.

"Mungkin, gue cek dulu bentar" jawab Sahira. Lalu pergi untuk mengambil paketnya.

"Kira-kira siapa?" gumam Raden bertannya kepada dirinnya sendiri. Tampak raut wajah Raden yang sedang berpikir keras.

Sementara Sahira sudah menerima paketnya, lalu segera kembali untuk menemui Raden. Sahira membukannya dan terlihat beberpa kanvas, alat lukis juga beberapa cat yang terbilang cukup banyak. Juga sering ditemukan surat dengan tulisan yang sama 'Salurkan semua perasaanmu pada kanvas ini, jangan pernah melukai dirimu'.

Paket tersebut bukan akhir-akhir ini adannya, namun, sudah sedari kecil dimana pertama kali Sahira menyukai melukis, karna dengan melukis dia merasa lebih tenang.

Sahira menatap Raden, lalu menganggukan kepalannya "Masih sama bang"

"Menurut lo siapa?" yanya Raden.

"Gue gatau"

"Udah lah bang, ayo berangkat" ucap Sahira lalu beranjak ke lantai dua menuju kamarnya untuk menaruh paket tersebut terlebih dahulu.

Kini keduannya sudah berada didalam mobil, Raden yang sibuk menyetir dan Sahira yang sedang fokus pada ponselnya.

'Kok gue jadi mikirin cowok nyebelin itu sih' batin Sahira saat pikirannya selalu tertuju pada sang ketua Dacrex.

'Masa gue suka sama dia? enggak enggak ogah bener'

Sahira segera menepis semua isi pikiran yang menurutnya sama sekali tidak penting.

"Lo kenapa?" Raden tampak bingung saat Sahira yang sedari tadi menggelengkan kepalannya.

"EH gue lagi senam kepala, katannya ini bisa bikin kita pinter matematika"

HOME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang