Boleh dong follow Ig
→ bnny.naa
Happy reading 💗
⋆.˚✮✧◝(🐶_🐰_🐶)◜✧✮˚.⋆
Kedinginan di tengah teriknya matahari mungkin sedikit aneh jika didengar oleh orang lain, tapi itulah yang Nael rasakan. Tubuhnya menggigil sementara ia harus tetap berjalan untuk sampai di kediaman Dewangga.
Ibunya menyuruhnya untuk pergi saat ia hampir kehilangan kesadarannya di dalam kamar mandi. Ia bahkan tidak diperbolehkan untuk naik lift dan harus menuruni tangan dari lantai dua belas, bayangkan saja betapa lelahnya kedua kaki Nael.
Sekarang ia harus kembali berjalan karena tidak membawa kendaraan bahkan uang sepeser pun untuk naik taksi. Yang ia bawa hanya ponsel, dan sialnya lagi ponsel yang dibawa malah sudah kehabisan baterai karena belum di isi daya sejak kemarin.
Nael berharap ia bertemu seseorang yang bisa dimintai tumpangan sekarang. Tubuhnya sudah lemah dan tidak kuat lagi berjalan. Luka di sekujur tubuhnya pun belum ia obati sejak tiga hari lalu dan masih sakit sampai saat ini.
Uhukk! Uhukk!
Nael bersandar lemas di tiang lampu pinggir jalan sambil memegangi dadanya yang nyeri saat batuk. Ia tak tahan, pengelihatannya sudah kabur dan perlahan menghilang bersamaan dengan kesadarannya.
Bruk!
Beruntung tuhan mengabulkan doanya, walaupun Nael sendiri adalah golongan orang yang tidak percaya dengan adanya tuhan.
_________☆_________
"Kakak! Kakak!!"
"Hey diamlah! Ada orang lagi istirahat disini"
Kedua mata bulat Nael perlahan terbuka. Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pandangannya. Suara ribut dari dua anak laki-laki membuatnya terbangun dari pingsannya.
"Ssshh"
Nael mendesis sakit di sekujur tubuhnya mulai terasa. Kepala mendadak menjadi sangat pening dan perutnya yang terasa perih karena belum makan sejak kemarin. Ia berusaha duduk sampai seorang anak remaja laki-laki datang menghampiri nya.
"Kamu ga papa?" Tanya remaja tersebut.
Nael mengangguk pelan sebagai jawaban, ia diam sebentar untuk mengusir pening dari kepalanya. Hingga saat ia sadar kalau dirinya tengah berada di tempat asing, Nael mengalihkan pandangannya ke arah remaja disampingnya.
"Ini dimana?" Tanya Nael dengan suara serak.
Remaja itu terlihat bergerak mengambil air minum di meja lalu kembali duduk di sisi Nael setelah menyuruh nya meminum air tersebut lebih dulu.
"Ini apartemen ku, kamu pingsan di pinggir jalan tadi...jadi aku bawa ke sini" Balasnya dengan suara lembut.
"Ah gitu, makasih ya...eum--"
"Raskal" Remaja itu tersenyum ke arah Nael dan direspon dengan baik olehnya.
"Ouh, makasih Raskal" Lanjut nya dengan senyuman manis.
Mereka terdiam sesaat sebelum suara perut Nael yang belum terisi membuat mereka menoleh secara bersamaan. Nael membulatkan matanya saat perutnya berbunyi tanpa aba-aba, sementara Raskal tertawa gemas melihat ekspresi Nael.
"Sebentar aku ambilin makan"
"E-eh Ras--"
Nael belum sempat menyelesaikan kalimatnya tapi Raskal sudah menghilang lebih dulu dari balik pintu kamarnya. Nael memukul kepalanya sendiri, merutuki perutnya yang tak bisa dikontrol.
Wajahnya sudah memerah karena malu, suara perutnya sampai terdengar oleh Raskal dalam keheningan yang menyelimuti kamar tersebut. Ah, di pertemuan pertama mereka, Nael malah memberikan kesan yang buruk dan menyusahkan.
_________☆_________
"Raskal...hp aku dimana?" Tanya Nael yang baru sadar ponselnya tak ada di saku jaketnya.
"Oh, hp kamu aku charger tadi...sebentar aku ambilin"
Nael mengangguk, ia masih duduk di ranjang Raskal setelah makan dan berbincang dengan anak itu beberapa saat. Ternyata Raskal hanya tinggal berdua dengan adiknya yang berusia sebelas tahun sementara kedua orang tuanya tinggal di luar kota.
Pandangan Nael beralih ke arah jam dinding di kamar Raskal, melihat jam tersebut sudah menunjukkan pukul lima sore. Tak terasa dirinya pingsan selama dua jam lamanya hingga berakhir di ranjang empuk Raskal.
"Nih"
"Makasih"
Raskal tersenyum lembut menanggapi Nael, ia duduk di sebelah Nael dan ikut membuka ponselnya.
"Halo"
"___"
"Iya udah ga papa kok"
Untuk sejenak Raskal menghentikan aktivitas nya bermain ponsel dan sibuk memandangi Nael yang tengah berbicara dengan seseorang di sebrang sana.
Tanpa ia sadari senyuman manis terbit di wajah nya saat melihat Nael tersenyum sambil berbicara dengan suara lembut. Wajahnya tampak indah ketika terkena paparan sinar matahari yang berwarna oranye dari jendela kamarnya.
Dia menyukai Nael?
Mungkin.
Mungkin ia jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Raskal!"
Raskal terlonjak kaget ketika Nael menepuk paha nya sedikit kencang sambil memanggil namanya.
"Iya kenapa?"
"Kamu nih, aku panggilin juga dari tadi"
Raskal terkekeh kecil melihat Nael sedikit cemberut karena ia abaikan panggilan nya beberapa kali. Ia tersenyum kemudian mengusak gemas rambut Nael.
"Maaf maaf, kenapa hm?"
Nael mendehem sebentar agar wajah nya tak memerah karena perlakuan Raskal yang tiba-tiba.
"Di deket sini ada halte bis ga?"
"Ada"
"Boleh minta anterin ga? Sampe halte aja kok, soalnya aku ga terlalu paham sama tempat di sini" Nael tersenyum menampakkan gigi kelincinya pada Raskal.
"Iya boleh, ayo aku anter"
⋆.˚✮✧◝(🐶_🐰_🐶)◜✧✮˚.⋆
KAMU SEDANG MEMBACA
Everyday With Twins
FanficBagaimana rasanya mengurus dua anak SMA yang badannya bongsor? Tanya aja sama Nael.