⋆˚࿔ Twenty seven 𝜗𝜚˚⋆

1.2K 92 4
                                    

⋆.˚✮✧⁠◝⁠(🐶_🐰_🐶)⁠◜⁠✧✮˚.⋆

DHAR!!

DHAR!!

DHARR!!

Suara letusan senjata api menggema di seluruh rumah megah tersebut. Rumah megah yang berwarna putih bersih di sudut kota, kini banjir dengan darah. Cipratan darah dimana-mana, menyelimuti sebagian ruangan di ruang tengah.

Banyak dari mereka yang tewas dengan timah panas yang bersarang pada perut, leher, kepala bahkan dada. Tak sedikit dari mereka yang terluka, termasuk si kembar kesayangan Nael--Kaisar dan Aizar. Tenang, mereka hanya terluka, bukan mati. Mungkin di bab selanjutnya salah satunya mati.

Sekarang belum waktunya.

Disaat menegangkan tadi, orang-orang berpakaian rapi dengan kacamata hitam ala bodyguard terlatih, masuk dengan menerobos jendela, memecahkan kacanya dan melompat masuk, menembak semua anak buah Joseph tanpa aba-aba.

Beberapa tak sempat berkutik hingga berakhir tewas, sementara satu dua tiga orang sempat pula menembakkan peluru mereka pada target yang dikepungnya. Kaisar terluka di bagian pundak sebelah kanan, sementara Aizar tertembak di pundak sebelah kiri dan punggungnya karena melindungi adik kembarnya. Peluru yang seharusnya berada di kepala Kaisar menjadi berada di punggungnya berkat refleks nya yang begitu cepat.

Joseph?

Nael?

Daniel?

Joseph tentu saja terkejut, ia tak tahu menahu tentang orang-orang yang datang tiba-tiba sekarang. Otaknya hanya berfikir cara untuk dirinya selamat dan tetap meneruskan semua bisnis nya. Egois, memang. Ia hanya peduli dirinya sendiri, kepuasan di dunia tak ada habisnya ia renggut dari orang-orang di sekitarnya. Merugikan orang tak masalah asal bukan dirinya yang dirugikan.

Joseph menggunakan kesempatan tadi, untuk menarik Nael yang ada di dalam pelukan Daniel, ia menarik remaja itu dan menodongkan pisau pada lehernya. Nael tentu memilih untuk tidak bergerak sama sekali, ia pun terkejut dan masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang terjadi saat ini.

Daniel, ia jatuh tersungkur saat Daniel mendorongnya sebelum menarik Nael. Ia meringis kesakitan saat tubuhnya terpelanting untuk kesekian kalinya.

"Aizar! Kaisar!!"

Suara itu.

Suara yang sangat familiar untuk Nael. Suara seseorang yang menjadi luka sekaligus obat dari lukanya. Jexly, ibunya yang dulu begitu memanjakannya, saat mereka tinggal terpisah, kini berubah drastis menjadi wanita yang kasar begitu mereka mulai tinggal satu atap. Pertengkaran antara Diksa dan Jexly mulai sering di dengar anak-anak, bahkan Jexly juga beberapa kali melukai Diksa.

Kembali pada kondisi saat ini. Sekarang, Nael hanya bisa menahan sesak di dadanya, melihat ibunya langsung menghampiri Kaisar dan Aizar yang terluka dari pada dirinya yang juga terluka bahkan di jadikan sandra sekarang. Nael anaknya kan? Tentu, Nael bukan mempermasalahkan hubungan nya dengan si kembar ataupun dengan ibunya.

Tapi, bisakah ia mendapatkan perhatian ibunya lagi seperti dulu? Nael rela melakukan semua ini demi wanita itu, Nael hanyalah remaja yang seharusnya masih duduk di bangku SMP, namun ia rela mengubah beberapa data di akta kelahiran nya demi bisa mengikuti keinginan sang ibu, mengikuti seluruh rangkaian latihan agar dapat menjaga si kembar sesuai keinginan sang ibu.

Namun apa yang ia dapatkan?

Bukan support, melainkan kekerasan fisik dan kalimat-kalimat cacian di saat ia lalai sedikit saja.

"M-mama..." Lirih Nael.

Ibunya melihat, Jexly melihat ke arah Nael sekarang!

Tapi apa yang ia lakukan?

Tak ada.

Wanita itu hanya melihat lalu kembali sibuk dengan kondisi si kembar yang masih sadar namun terlihat begitu lemah dan tak sanggup untuk bangkit, terlebih lagi Aizar yang kini juga mengeluarkan cairan merah yang lumayan banyak dari hidungnya.

"NAEL!!!"

Satu panggilan nya diabaikan, namun digantikan panggilan serentak dari beberapa orang yang baru datang dengan terburu-buru dan tergesa-gesa.

"Papa..." Matanya memanas melihat sang ayah yang sudah hampir tiga tahun ini tak ia lihat. Jangankan lihat, Nael menghubungi saja tidak akrab tekanan yang Jexly berikan. Satu yang harus kalian tahu, Nael itu adalah anak yang sangat penurut. Ia rela melakukan apa yang ibunya minta demi sebuah perhatian kecil seperti anak-anak lainnya.

Haekal, tak sanggup lagi membendung air matanya melihat kondisi sahabatnya sekarang. Pakaiannya berlumut darah dengan banyak luka di sekujur tubuhnya terutama wajah. Sementara dua kakak Nael, kini mengepalkan tangannya marah melihat adik kesayangan mereka disentuh bahkan dilukai orang lain.

"LEPASIN ANAK SAYA!!" Diksa berteriak marah sambil menunjuk Joseph yang sekarang malah tertawa.

"Serah kan Kaisar dan Aizar...dan anak ini akan ku kembalikan" ia menyeringai melihat wajah marah dari semua laki-laki di sana.

"Gak!! Aizar dan Kaisar ga akan ikut kamu!!" Jexly menatap marah pada Joseph. Sementara Diksa dan yang lain langsung menatap Jexly dengan alis yang menukik tajam.

"Okey, anak ini--"

"Akh!"

Nael memekik kecil merasakan pisau yang Joseph genggam menyayat bagian lehernya.

"Kau--berikan anak kembar itu Jexly!!!"

"Gak!! Mereka ga boleh kemana-mana!!" Diksa mendekat ke arah Jexly, membuat wanita itu berteriak histeris dan semakin mendekap erat Kaisar dan Aizar yang sudah diambang kesadaran mereka. Jexly tak peduli kemeja biru mudanya di penuhi darah si kembar, ia tetap memeluk keduanya saat tubuhnya mulai ditarik Diksa untuk melepaskan adik kembarnya.

"Papa! Jangan pa!" Seru Nael yang melihat ayahnya menarik tubuhnya sang ibu dengan kasar, berusaha memisahkan Jexly dengan kedua adiknya. Tak tega, Nael tentu saja tidak tega melihat ibunya menangis histeris karena adiknya akan diambil oleh lelaki itu, ia tau betul kehidupan mereka setelah meneruskan bisnis keluarga tidak akan semudah dan seindah yang orang lihat.

Diksa mengalihkan pandangannya pada Nael yang juga menangis karena melihat pertengkaran di hadapannya.

"Gibran...bawa Kaisar dan Aizar ke rumah sakit" Nael berucap lirih namun masih terdengar jelas oleh semuanya.

Gibran dan dua temannya menggeleng pelan, "Kalo kita bawa mereka lo gimana Nael!!" Seru Gibran dengan kesal. Nael selalu saja memikirkan orang lain tanpa memikirkan keadaannya sendiri. Gibran kesal akan hal itu.

"Cepet, gue ga papa...bawa--sshh" Nael mendesis ketika lehernya semakin dicengkeram oleh Joseph.

"JEXLY KASIH ANAK ITU!!" Sentak Diksa.

"GAK AKAN!! BAWA SAJA NAEL! AKU GAK PEDULI!!"

Sesak di dada Nael semakin terasa, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat begitu mendengar ucapan sang ibu. Anak mana yang tak sakit mendengar ibunya rela menyerahkan anaknya sendiri demi orang lain. Tapi di sini Nael juga sadar akan posisinya. Ia tau kehadirannya di dunia ini tak lebih berharga dari pada adik kembar ibunya.

Nael rela menyerahkan nyawanya demi kebahagiaan sang ibu dan keselamatan Aizar juga Kaisar.

"MA!! LEPASIN MEREKA SEKARANG!!" Sekarang dua anak lelakinya yang berusaha melepaskan pelukan Jexly dari si kembar. Tangisan Nael semakin tidak tertahankan melihat pertengkaran ini. Nael tidak suka keluarganya terpecah belah dan menatap nyalang satu sama lain. Ini bukan keluarga yang ia harapkan.

"KALIAN TERLALU BANYAK MEMBUANG WAKTU!!"

JLEB!!

"NAEL!!!"

⋆.˚✮✧⁠◝⁠(🐶_🐰_🐶)⁠◜⁠✧✮˚.⋆

Dikit dulu deh biar pada penasaran

*Ketawa jahat

Okeyyy see youuu

Everyday With Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang