DUA PULUH SEMBILAN || RAJA AMPAT

370 33 0
                                    

"Sudahkah, aku mengucapkan jika aku mencintai kamu dengan rasa yang sama besarnya dengan yang kamu miliki untukku. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya untukmu, suamiku .... "

-Faradisa Renjani-

🍂🍂🍂

Sesuai dengan apa yang sudah di jadwalkan kemarin, jika hari ini pasangan baru itu akan pergi berbulan madu, Faradisa sendiri tampak gugup membayangkan tempat indah yang akan menjadi destinasi honeymoon mereka yang sudah di katakan Hafidz semalam. Raja Ampat, tujuan honeymoon mereka adalah ke sana, siapa memangnya yang tidak ingin pergi ke tempat yang indah, dan kaya akan pemandangan alamnya yang sangat memanjakan mata.

"Sudah semua? Nggak ada yang tertinggal?" Ibu Aprilia, dan Pak Sahril mengantar keduanya untuk ke bandara.

Sebenarnya, Ibu Aprilia sangat menyayangkan jika keduanya pergi bulan madu sekarang. Selain karena terlalu cepat, ia juga masih belum ingin berjauhan dengan putranya meski hanya satu minggu.

"Udah cukup kayaknya Bu." Jawab Hafidz seraya menatap kedua koper miliknya dan Faradisa.

Sang Ayah memberi kode kepada putranya tentang Ibunya yang terlihat tidak bersemangat tentu saja Hafidz tahu penyebabnya, mengingat jika selama ini ia tidak pernah berjauhan dengan kedua orang tuanya. Jika pun bepergian keluar kota, maka Ibu Aprilia akan ikut kemana pun putranya pergi.

Makanya begitu Hafidz akan pergi jauh, dan tidak mengajaknya, ia merasa sangat khawatir. Takut putranya tidak terurus dengan baik disana nantinya.

Hafidz menggenggam tangan sang ibu. "Bu. Jangan khawatir, doakan Hafidz sama Disa semoga selamat sampai tujuan ya. Nanti sampai sana Hafidz akan telepon ibu."

Ibu Aprilia masih diam, "Bu..." Hafidz kembalu memanggil, kemudian terdengar helaan napas dari sang Ibu. "Iya, ibu akan doakan kalian selamat sampai tujuan." jawabnya.

Hafidz tersenyum lebar.

"Ayah sih nggak khawatir. Tapi Ayah mau nitip pas pulang nanti udah pulang cucu Ayah sudah ada di perutnya Disa." Guyonnya, namum berhasil membuat wajah kedua pasutri baru itu memerah.

Ah, Ayah Sahril ini sangat frontal sekali.

"Kan cuma seminggu Yah. Mana bisa langsung jadi."

Faradisa melotot mendengar jawaban dari suaminya. Astaga ....

"Ya gampang, tinggal di gempur aja tiap waktu Fidz!" Kata Ayah Sahril seraya terbahak.

Ibu Aprilia mendengkus. "Udah jangan dengerin Ayah kamu. Kalian berdua harus selamat sampai tujuan pokoknya. Pesawatnya berangkat jam berapa Fidz?"

"Sebentar lagi Bu." Jawab Hafidz.

Kedua orang tua Hafidz mengangguk. Tak lama suara Airport Announcement atau pengumuman di bandara terdengar, Hafidz dan Disa mulai berpamitan kepada Ibu Aprilia, dan Ayah Sahril, mereka juga sempat saling berpelukan sebelum akhirnya mereka menuju masuk ke dalam pesawat yang akan membawa mereka ke tujuan.

"Sini sayang. Kursi kita sebelah sini!" Ujar Hafidz. Hafidz sengaja memesan tiket business class karena perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama, ia memilih tempat yang nyaman untuk mereka berdua.

"Kamu duduk di dekat jendela ya. Biar bisa sambil lihat pemandangan." Kata Hafidz. Disa menurut, dan membiarkan suaminya memasang safety belt di tubuhnya.

Hafidz juga melakukan hal yang sama untuk dirinya, lalu beralih menatap sang istri yang tampak tegang. Ia mengulurkan tangan dan menggenggam jemari sang istri.

SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang