"Terima kasih, untuk hari-hari penuh warna yang kau berikan. Aku berharap, kita akan terus seperti ini selamanya."
-Hafidz Nugraha-
🍂🍂🍂
Written By: nonamarsanda
Sepasang pengantin baru tengah memeluk satu sama lain dibalik gulungan selimut putih tebal yang membungkus keduanya, siapa lagi kalau bukan pasangan suami istri Disa dan Hafidz, yang tengah berbulan madu di kepulauan Raja Ampat yang menyajikan banyak sekali keindahan nan menyegarkan mata. Meski ranjang yang mereka tempati tertutup dengan tirai, tapi tetap saja tidak menjadi penghalang lampu kecil di atas nakas yang menjadi satu-satunya sumber penerangan dan menambah suasana kamar tidur dengan tema rumah kayu semakin indah dan apik.
Disa menggeliat dari tidurnya mencoba bangun tapi tangan kekar yang melingkar di pinggangnya seakan tidak mengizinkan, tangan suaminya Hafidz yang memeluknya dengan sangat erat.
"Mas bangun dulu," panggil Disa sembari mengusap pipi Hafidz lembut.
Hafidz bergumam, "Lima menit lagi sayang," sahutnya sembari mengeratkan pelukannya pada pinggang Disa.
Dengan sebelah tangannya yang bebas dari genggaman Hafidz, Disa mencoba untuk meraih benda pipih di atas nakas yang belum sama sekali dilihatnya sejak berangkat dari bandara tadi. Padahal sebelumnya mereka berdua berjanji, sesampainya di tempat tujuan akan langsung mengabari orang rumah, namun tak mereka lakukan karena Hafidz meminta haknya kepada Disa.
Disa menghela napas kala melihat banyaknya pesan yang masuk dari beberapa aplikasi online miliknya, tapi Disa justru terkejut melihat penunjuk waktu di layar ponselnya. Disa dengan cepat mengembalikan ponselnya di atas nakas dan beralih pada Hafidz untuk segera membangunkannya karena waktu melaksanakan sholat subuh waktu setempat yang akan habis dalam dua puluh menit lagi.
"Mas, ayo bangun dulu. Dua puluh menit lagi waktu subuhnya habis, lho." kata Disa mencoba membangunkan Hafidz.
Mendengar ucapan Disa, Hafidz segera duduk dan menatap Disa terkejut, lalu mengerutkan keningnya. "Kenapa nggak bangunin dari tadi?" tanya Hafidz.
Huh, Disa mendengus. Nggak di bangunin apanya? Suaminya ini apa amnesia ya? Dia sendiri yang bilang lima menit lagi, lima menit lagi dari tadi. Bukannya bangun, malah makin memeluk erat tubuhnya.
"Orang kamu nggak mau lepas tadi," gerutu Disa.
"Apanya yang nggak mau lepas?" tanya Hafidz cekikikan dengan memainkan kedua alisnya naik turun menggoda Disa.
Dasar! Laki-laki itu selalu berpikiran negatif padanya. Dari pada membalasnya pertanyaan sang suami, Disa lebih memilih untuk segera pergi ke kamar mandi.
"Aw-assh sakit." desis Disa.
Disa merasakan perih dan sakit luar biasa di bawah sana, Hafidz langsung menatap Disa yang khawatir dengan keadaannya, bagaimana pun juga ini karena ulahnya semalam.
"Sayang, sakit banget ya?" tanya Hafidz kepada Disa yang meringis kesakitan.
Disa hanya mampu mengangguk kecil untuk membalasnya. Melihat respons Disa yang seperti itu, Hafidz dengan sigap langsung mengangkat tubuh Disa dan membawanya ke kamar mandi. Jika terlambat sedikit saja mereka pasti akan tertinggal waktu subuh."Eh-eh. Mas berhenti!" pekik Disa terkejut dengan Hafidz yang tiba-tiba menggendongnya ke kamar mandi.
"Kenapa, sayang?" tanya Hafidz menghentikan langkahnya di depan pintu kamar mandi dengan Disa yang masih di dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓
RomansTidak pernah ada yang baik-baik saja setelah ditinggalkan orang yang kita cintai. Faradisa Renjani, sang pemilik toko bunga 'Disa's Florist' hanya menghabiskan waktunya sendirian di dalam toko, dan tempat-tempat sepi seolah enggan berbaur dengan ban...