SEMBILAN || CALON IMAM

369 38 6
                                    

"Setiap hari, bahkan setiap detiknya perasaan ingin memilikimu  kian bertambah besar. Meski begitu, aku tidak ingin melakukannya dengan terburu-buru dan membuatmu tidak nyaman karena itu."

-Hafidz Nugraha-

🍂🍂🍂

Faradisa merotasi kedua bola matanya, saat sosok Hafidz Nugraha yang sudah satu minggu ini tidak pernah absen datang ke toko bunganya. Pria itu membeli bunga random setiap hari, tentu saja tujuan utamanya bukan itu, melainkan untuk bertemu dengannya.
Faradisa juga tidak jadi berkunjung ke singapura menemui Mamah Diandra, karena ibu dari mendiang Sandi itu menemani perjalanan bisnis suaminya ke jepang.

"Hallo, selamat pagi!"

Rahma, dan Dwi tersenyum seraya saling menyenggolkan bahu. Kehadiran Hafidz entah mengapa menghadirkan warna baru di hidup mereka.

"Hai, Disa!" sapanya kepada sosok Faradisa yang berdiri seraya bersedekap dada, dengan tatapan kesalnya.

"Apa kamu tidak memiliki pekerjaan lain? Kenapa sering sekali datang kemari, sih?" kata Disa kesal.

Hafidz Nugraha menanggapi ucapan Disa dengan kekehan pelan, ia berjalan ke arah bunga-bunga yang cantik dan tampak segar, sengaja memunggungi Faradisa yang semakin kesal karena di abaikan olehnya.

Faradisa mendengkus, lalu berjalan menghampiri Hafidz yang tengah berpura-pura memilih bunga apa yang akan ia beli.

Rahma, Dwi, dan pegawai lain menikmati tontonan di depan mereka dengan wajah cerah. Entah di sadari atau tidak oleh Faradisa, kini ia sudah mau berinteraksi dengan orang lain, dan juga mulai banyak berekspresi, tidak lagi murung seperti dulu. Kehadiran Hafidz Nugraha benar-benar bak sebuah lentera yang menerangi kehidupan Faradisa yang selama ini gelap gulita dan sendirian.

"Kali ini mau membeli bunga untuk siapa? Security lagi?" tanya Disa masih dengan nada kesal.

Mendengar itu, Hafidz terkekeh. Ya, itu adalah salah satu alasan yang di gunakannya kemarin saat datang dan memesan bunga. Ia mengatakan akan membelikan bunga untuk security. Pokoknya ia selalu memberikan alasan tidak masuk akal. Padahal, itu hanya modus agar bisa bertemu Faradisa saja.

Hafidz menoleh ke samping, menatap Faradisa yang terlihat cantik dan manis seperti biasa. "Bukan."

"Lalu untuk siapa? Office boy?"

Hafidz menggeleng. "Untuk Faradisa Renjani." ucapnya yang menyerupai sebuah bisikan yang membuat bibir Faradisa langsung terkatup rapat.

Sial! Hafidz Nugraha ini benar-benar, pengganggu!

Setelah mengatakan itu, Hafidz kembali menatap bunga-bunga di hadapannya. "Bunga apa yang kamu sukai Disa?" tanyanya.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Faradisa, Hafidz kembali menatap si cantik dengan balutan pashmina abu muda itu. "Disa?"

Faradisa berdeham, "Apa?" Tanyanya ketus. Bisa-bisanya ia tiba-tiba gugup karena ucapan Hafidz yang sudah seperti buaya darat itu. Memangnya ini hari apa? Kenapa tiba-tiba mau membelikan bunga untuknya?
Laki-laki satu ini benar-benar tidak masuk akal.

"Aku bertanya, kamu suka bunga apa? Eits, jangan bilang kalau kamu menyukai bunga Bank, ya!" seru Hafidz seraya menunjuk wajah Faradisa.

Faradisa sendiri langsung memukul tangan Hafidz yang menunjuk wajahnya. "Dasar tidak sopan!"

Pemandangan itu tidak luput dari para karyawannya, entah mengapa interaksi keduanya terlihat sangat lucu, dan yang terpenting meski Faradisa sering terlihat kesal saat bertemu Hafidz, namun ia sama sekali tidak menunjukkan jika ia terganggu dengan sosok laki-laki yang mendekatinya secara ugal-ugalan dan tidak masuk akal seperti itu.

SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang