"Tiada hal yang paling membahagiakan di dunia ini selain bisa memilikimu seutuhnya."
-Hafidz Nugraha-
🍂🍂
“Assalamualaikum, istriku.” ucap Hafidz yang sudah berdiri di depan Disa.
“Waalaikumsallam, Mas.” Balas Disa.
Hafidz menyodorkan tangannya pada Disa yang sedang sigap diraih oleh Disa meski pun dengan gemetar. “Ayo keluar.” ajak Hafidz meraih tangan Disa dan menggandengnya.
Sama dengan yang Disa rasakan, jantung Hafidz juga sama berdebarnya. Setiap langkah yang mereka jalani seraya bergandengan tangan terus mengalirkan debaran yang semakin tidak karuan.
Faradisa dengan kebaya adat Jawa berhijab dengan make up yang di kenakannya benar-benar sangat cantik sekali, hingga rasanya ia ingin terus menatap wajah cantik yang berada di sampingnya terus menerus.
Faradisa Renjani, perempuan yang di sukainya itu hari ini resmi menjadi istrinya. Menjadi seseorang yang akan menemaninya setiap hari hingga akhir hayat.
Kedatangan kedua mempelai itu tentu mendapatkan perhatian semua orang, bahkan beberapa berseru kagum melihat betapa serasinya Hafidz Nugraha yang tengah berjalan menggandeng tangan sang istri, Faradisa Renjani.
Keduanya benar-benar seperti raja dan ratu, sangat cantik dan tampan, serta serasi.
Hafidz menggandeng Disa sampai ke meja tempatnya mengucapkan akad. Mama Diandra sendiri tampak menangis di pelukan Papa Dirga, terharu karena pada akhirnya Faradisa kembali bahagia setelah kehilangan putranya selama tiga tahun ini.
Ia adalah saksi bagaimana seorang Faradisa Renjani yang mulai berubah setelah hari itu. Tapi hari ini, meski terlihat gugup, ia melihat ada kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantik Faradisa Renjani.
"Sandi, apa kamu melihatnya? Faradisa kesayanganmu sudah bahagia sekarang. Tenanglah di sana, Mama dan Papa akan terus menjaganya seperti anak kami sendiri." Ucapnya dalam hati.
Hafidz dan Faradisa tampak menandatangani beberapa berkas pernikahan sesuai dengan instruksi dari Pak Penghulu, dan keduanya mendapatkan surat nikah yang menandakan jika mereka sudah terikat menjadi suami & istri yang sah.
Kedua mata Faradisa berkaca-kaca menatap buku nikah di hadapannya. Benarkah semua ini? Ia akhirnya berhasil keluar dari kubangan kenangan dan kesedihan yang selama ini menderanya, dan itu semua berkat Hafidz Nugraha pria yang duduk di sampingnya yang tak berhenti menatapnya dengan senyum manis yang selalu membuatnya mabuk kepayang.
Ya, ia sudah yakin kepada pria ini. Ia tidak lagi ragu untuk berjalan bersama pria ini dalam bahtera rumah tangga. Ke mana pun suaminya ini pergi, ia akan ikut karena tujuan hidupnya sekarang adalah pria ini.
Setelah itu sang fotografer mengarahkan gaya kepada pengantin dengan Disa yang menyalami punggung tangan suaminya.
Kedua mata Disa tiba-tiba memanas, ia yang menyangka jika kehidupannya sudah berakhir setelah kepergian Sandi, justru menemukan kebahagiaan bersama seorang Hafidz Nugraha, pria gigih yang berhasil memikat hatinya dan berakhir duduk di pesta pernikahan seperti ini.
Hafidz juga merasakan hal yang sama, ia juga bahagia dan terharu secara bersamaan, hatinya bermekaran karena akhirnya bisa memiliki wanita pilihannya.
Fotografer mengarahkan beberapa gaya, sebelum akhirnya kini kedua pengantin itu tengah melakukan sungkeman di mulai dari keluarga Hafidz lebih dulu.
Hafidz dan Disa kini bersimpuh di bawah kaki Ibu Aprilia, dan Pak Sahril. "Ayah, Ibu. Maaf jika selama ini Hafidz belum bisa menjadi putra yang membanggakan, dan membahagiakan. Maaf jika selama ini Hafidz belum bisa menjadi anak yang berbakti dan patuh." Hafidz terisak, begitu pun Ibu Aprilia yang tengah memegang kedua bahu putranya. Rasanya masih kemarin ia merawat Hafidz kecil yang begitu aktif hingga membuatnya kewalahan.
"Dengan izin Ibu, dan Ayah. Hafidz akan mengarungi kehidupan rumah tangga bersama dengan pendamping yang sudah di siapkan Allah menjadi jodoh terbaikku."
Ibu Aprilia sungguh tidak bisa menahan tangisnya. Resmi hari ini, putra semata wayangnya telah berubah gelar menjadi suami orang, ia menyayangkan waktu yang berlalu dengan sangat cepat. Tapi ia bersyukur masih bisa menyaksikan hari bahagia putra semata wayangnya.
"Mohon doakan Hafidz, agar bisa mengarungi bahtera rumah tangga, dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, serta di karuniai keturunan yang shaleh, dan shalehah."
Ibu Aprilia mengangguk dan menangis serta memeluk putranya. "Ibu akan mendoakan semoga kebaikan menyertai kehidupan rumah tangga kalian." ucapnya seraya terisak.
Setelah Hafidz, Disa turut menyalami punggung tangan Ibu Aprilia, dan mertuanya itu juga memeluknya. "Ibu titip Hafidz ya, semoga kalian menjadi sakinah mawaddah wa rahmah."
Disa mengangguk, lalu menunggu Hafidz yang tengah memeluk sang Ayah. "Ayah titip sama kamu, sebesar apa pun masalah yang akan kalian hadapi nanti, tetaplah jadi imam yang baik. Selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin. Nak, setelah menikah tugas mu akan semakin berat, kamu menjadi imam yang akan membimbing istrimu untuk bersama-sama meraih surga. Ayah titip tolong jangan pernah sekali pun kamu mengangkat tangan untuk menyakiti istrimu, karena laki-laki yang baik adalah orang yang menghargai pasangannya."
Hafidz mengangguk, ia akan mengingat semua pesan itu dengan sangat baik, karena ayahnya adalah sosok panutannya sebagai kepala keluarga. Ia selalu merekam bagaimana ayahnya yang selalu memperlakukan Ibunya dengan baik, dan lembut meski usia mereka sudah tidak lagi muda. Ia ingin menjadi suami yang seperti itu nanti.
"Nak Disa. Sekarang, kami adalah orang tuamu juga, jangan pernah sungkan untuk menanyakan apa pun pada kami. Jangan sungkan mengadukan pada kami, jika bocah itu bersikap kasar padamu ya."
Hafidz terkekeh mendengar ucapan ayahnya. Bocah katanya? Dasar.
Acara sungkeman itu selesai, kini Faradisa tengah menangis dalam pelukan Mama Diandra dan Papa Dirga yang selama ini sudah seperti kedua orang tuanya. Sungguh jika tidak ada sosok mereka dalam hidupnya, ia tidak tahu apakah sekarang ia bisa berbahagia seperti ini?
"Sayangku, selamat ya atas pernikahanmu. Mama, dan Papa ikut bahagia. Jadilah istri yang baik, dan berbakti kepada suami ya, nak."
Disa mengangguk, membiarkan Mama Diandra menangkup wajahnya yang basah karena menangis. "Mama dan Papa akan selalu menyayangimu. Karena kamu tetaplah anak kami."
Disa mengangguk, sungguh air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Mama Diandra dan Papa Dirga adalah dua ornag yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Bilang sama Papa ya nak, jika Hafidz menyakiti fisik dan hatimu. Papa akan membawamu ikut bersama kami."
Disa mengangguk, entah sudah berapa banyak kata terima kasih dan ucapan syukur yang ia panjatkan karena kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.
Disa juga melirik Hafidz yang berdiri beberapa satu langkah di belakangnya, sengaja seolah memberikannya ruang untuk bersama dengan kedua orang tua mendiang Sandi.
Pria itu mengulas senyum manis, Disa benar-benar merasa beruntung di kelilingi orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.
Setelah selesai dengan Mama Diandra dan Papa Dirga, Rahma dan Dwi juga datang memeluk dan memberikan ucapan selamat serta kado yang di bawa mereka. Lalu kedua mempelai duduk di atas pelaminan dengan Hafidz tangan Hafidz yang tidak pernah lepas dari tangan lembut Disa yang mengenakan henna, seolah tidak membiarkan Disa lepas darinya walau sedetik pun.
Para tamu mulai memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai, dan itu terpaksa membuat Hafidz harus melepaskan genggaman tangannya dan menyalami para tamu yang merupakan kebanyakan adalah rekan bisnis keluarganya.
Acara itu berjalan dengan sangat lancar dan penuh kebahagiaan. Disa & Hafidz tidak pernah menyangka jika keduanya akan bisa berada di tahap ini. Tapi meski pun begitu, keduanya siap mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓
RomanceTidak pernah ada yang baik-baik saja setelah ditinggalkan orang yang kita cintai. Faradisa Renjani, sang pemilik toko bunga 'Disa's Florist' hanya menghabiskan waktunya sendirian di dalam toko, dan tempat-tempat sepi seolah enggan berbaur dengan ban...