TIGA BELAS || MAKAN MALAM

346 36 5
                                    

"Di saat aku kembali yakin akan adanya cinta yang datang padaku, justru aku kembali terluka dengan segala ekspetasiku. Selamat berlayar dengan kapal yang seharusnya Tuan, dan biarkan aku memeluk harapanku tentangmu dalam bungkam."

-FARADISA RENJANI-

🍂🍂🍂

Hafidz menepati janjinya untuk mengajak seorang Faradisa berkencan, ah ralat! Hanya makan malam saja tidak lebih. Disa pulang dari toko bunganya lebih awal dari biasanya karena berhubung semua pekerjaan di toko sudah selesai dan hanya tinggal para pegawainya yang melanjutkan, hal itu tentu membuat Disa menjadi leluasa untuk memilih pakaian yang harus dipakainya untuk makan malam nanti bersama dengan Hafidz.

Setelah memarkirkan motornya di garasi rumahnya, Disa buru-buru masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamarnya. Tidak ada istirahat untuk hari ini, tapi Disa memilih langsung berdiri di depan lemari kayu tempat pakaiannya tersimpan. Disa melihat tumpukan baju dari rak paling atas hingga paling bawah, tak lupa Disa pun melirik sejenak ke tempat gantungan baju-baju yang hanya khusus dress panjang dan gamisnya.

Wanita cantik itu menghela napasnya berat sudah sepuluh menit berdiri namun tetap saja ia tidak menemukan baju yang cocok untuk dipakainya nanti.

“Ah! Aku nggak punya baju,” gumam Disa frustrasi.

Nggak punya baju? Terus lemari yang penuh dengan pakaian itu milik siapa kalau bukan miliknya?

“Aku nggak mungkin pakai tunik ini, aku sudah pernah memakainya buat foto beberapa hari kemarin. Bagaimana ini? Ah pusing!” sambungnya saat kedua bertanya fokus menatap tunik panjang berwarna putih gading yang berenda.

Disa meraih kemeja navy dan lagi-lagi membuatnya membuang napas beratnya, “Disa … Baju kamu ini juga sudah pernah kamu buat foto,” ucap Disa pada dirinya sendiri yang kemudian mengembalikan kemeja tersebut pada tumpukan baju yang lainnya.

Sembari kedua tangannya yang terlipat sempurna, Disa menyandarkan tubuhnya di pintu lemari meratapi tumpukan baju-bajunya yang belum ada menarik perhatian seorang wanita cantik Faradisa. Tapi saat setelahnya, tatapan Disa jatuh pada kemeja hitam polos dan rok plisket abu-abu cerah yang terletak pada rak baris ke dua dari paling bawah.

“Bentar deh, tapi aku sudah pernah foto sama kemeja ini.” Disa mengerucutkan bibirnya kesal. Intinya, baju yang sudah terkena jepretan foto pasti nantinya sang pemilik baju sudah menganggapnya tidak ada. Tak mau menghabiskan waktu lebih lama lagi, Disa memilih mengambil baju tersebut lalu pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan setelahnya akan melaksanakan sholat terlebih dulu.
Arrggh, kenapa rasanya ia sangat sibuk seperti ini?

Selesai melaksanakan sholat Magrib beberapa menit yang sudah berlalu, kini hanya suara detikan jarum jam yang berada di tembok kamar Disa terdengar nyaring yang lolos masuk sampai ke gendang kedua telinganya, tetapi tak lama kemudian Faradisa menyelesaikan kegiatannya bersolek di depan meja rias dengan beberapa sisa urutan make-upnya.

Disa membereskan beberapa alat make-upnya yang masih tergeletak di meja rias ke tempat semula, ia berdiri dan berjalan ke arah cermin di dekat lemari pakaiannya. Disa meneliti pakaian yang dipakainya memastikan benar-benar sudah pas mulai dari kemeja hitam polos dengan bawahan rok plisket abu-abu cerah dan dilengkapi pashmina yang senada dengan rok yang dipakainya.

Drt Drt

“Halo, Disa. Bagaimana? Kamu sudah bersiap?” tanya seseorang dari seberang.

Disa membuang napasnya terlebih dulu, “Sudah, kenapa?” tanya Disa balik.

“Bagus,” jawab Hafidz, yang menelepon Disa adalah Hafidz.

SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang