"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya",
"Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?",
Katakanlah Jidan pecundang karena ti...
Senyuman Jidan kian lebar melihat perempuan teman sekelasnya sekaligus orang yang sudah lama ia sukai tanpa status yang jelas diantara keduanya, meskipun mereka berdua sama-sama tau kalau saling menyukai satu sama lain
"Heii", sapanya ramah seperti biasa, keadaan kelas masih sepi sekarang, bisa dibilang hanya mereka berdua lah yang baru datang ke kelas mengingat mereka berdua juga dulunya rival dalam memperebutkan peringkat pertama kelas
Perempuan itu mendekati Jidan, matanya melihat ke sekeliling kelas yang masih kosong sebelum mengatakan hal yang membuat tubuh keduanya membeku
"Ji, gue hamil",
Hati Jidan berdebar kencang, tanpa sadar bahkan alisnya terangkat dengan perkataan pacarnya yang tiba-tiba di pagi hari sekali itu. Tapi sebisa mungkin
"Terus... Kenapa? Kan lo yang minta waktu itu gausah pake pengaman buat new experience katanya", Jidan melanjutkan membaca buku catatannya tanpa menghiraukan perempuan itu, ia memegangi tangannya yang bergetar dibawah meja, menutupinya agar tidak terlihat kalau ia juga ikut takut sekarang
"Terus gimana Jidan, lo mau nyalahin gue? Ini kan hasil kita berdua", Jidan memperhatikan perempuan itu yang menunduk, meninggalkan mejanya lalu duduk di kursinya sendiri dengan muka yang di tutup, kebetulan perempuan itu duduk tepat didepan meja nya, jadi ia dapat dengar isakan kecil
Jidan menutup bukunya, ia berdiri lalu duduk dikursi kosong samping perempuan itu, ia merangkulnya, tangannya bergerak lambat untuk mengelus-elus pelan pundak perempuan itu. "Ini salah kita, gue akuin. Karena waktu itu kita juga ga gunain akal sehat kan",
"Jidan!!, lu apain temen gue pagi-pagi sampe nangis gitu", Jidan menoleh ke arah pintu,
"Minggir dari kursi gue!", Jidan hanya pasrah untuk kembali ke bangkunya, sebelum kembali ia menyempatkan diri untuk mengelus kepala perempuan itu dan duduk di kursinya sendiri
Samar-samar mendengarkan dua perempuannya yang sedang mengobrol diantara kebisingan orang-orang yang sudah mulai ramai dikelas
"Serius gapapa? Muka lo pucet banget",
Perempuan yang duduk didepan Jidan itu menggeleng pelan sambil tersenyum, Jidan tau ia mencoba menenangkan temannya itu dengan cara berbohong
"Kalo ngerasa gaenak kabarin gue ya",
Jidan memperhatikan perempuan yang sedang mengobrol didepan nya itu, ada rasa bersalah, sedih, kasihan dan bingung mendengar berita buruk itu di pagi hari sekali. Pikirannya kembali melayang ke beberapa waktu lalu saat ia sendirian dirumah dan mengirimkan pesan pada perempuan itu untuk kerumah. Menguntungkan pekerjaan ayahnya yang seorang tentara yang jarang pulang dan ibunya yang suka ikut ayahnya jika ada tugas keluar kota, sebagai anak tunggal sebetulnya Jidan sudah terbiasa sendiri, tapi hari itu ia malah mengundang perempuan itu kerumahnya berujung melakukan kegiatan panas itu
🐶
Jidan x Park Jihoon
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hii mungkin cerita ini agak mirip dikit sama cerita Junkyu sebelumnya, versi masih sekolahhh
TAPI cerita ini sama cerita Junkyu sebelumnya tidak ada sangkut pautnya yaaa... Terimakasih ☺️