23

64 8 3
                                    

Adena kesal dengan Jidan, harusnya ia berdua dan ketua BEM janjian dengan klien Yudis yang mau diajukan proposal sponsor di perusahaan tempat Yudis bekerja. Jidan seharusnya sudah sampai lebih dulu karena ia menaiki motornya ketimbang Adena yang menaiki angkot, tetapi bukannya tiba di kantor Yudis, Jidan malah sudah tiba dirumahnya Yudis

"Sebelumnya kan gue udah sharelok kantor nya Yudis tuh dimana, kenapa malah nyasar kerumahnya",

"Bawel banget, gue cuma tau rumahnya"

"Ya makanya tadi gue sharelok Bapak Jidan"

"Ck, nyusahin lu, bentar gue nyari angkot yang ke arah sana. Biar ke perusahaan bareng-bareng aja", sambung Adena sebelum mematikan ponselnya

Jidan awalnya juga tidak berniat untuk kerumah ini, tiba-tiba otaknya menuntun ia untuk kesini. Jidan melirik ke dalam rumah berpagar cukup tinggi namun masih bisa melihat kedalam, ada mobil yang Jidan pikir itulah mobil Yudis. Ia melihat-lihat ke sekitar dalam rumah sambil menunggu Adena, berharap ada orang rumah keluar, mungkin saja Luna atau anaknya sendiri?

"Jangannnnnnn", Alis Jidan menyatu, ia mendekatkan dirinya ke pagar

"Argggghhhhhh... To----mmmmmhh", Jidan melotot, dengan cepat ia membuka pintu gerbang rumah Yudis, tidak ada penjaga yang biasa duduk didekat pagar jadi ia lebih leluasa masuk ke sana dan membuka paksa pintu besar rumah

"LUNA!" Teriakannya menggema diruang tamu, Jidan sangat yakin kalau tadi itu teriakan Luna

"Jidaaan", Jidan langsung berlari ke arah tangga, tak jauh dari tangga Naik ia melihat Luna yang dibekap dari belakang dan diseret oleh pria yang agak tua

Jidan berlari menaiki tangga, di tangga terakhir ia meloncat sambil melayangkan tendangan pada pria tua itu, otomatis Luna juga ikut terjatuh

"Kamu siapa?! Ikut campur aja!"

"Ga penting saya siapa, lo siapa?"

"Saya om nya Yudis"

"Kenapa kasar sama Luna?"

"Saya mau ngasih pelajaran ke dia karena dia udah nampar saya seenaknya", Jidan menoleh ke arah Luna yang menggeleng sambil menangis

Jidan lagi-lagi menendang Alvin hingga tersungkur dan bekapannya terlepas dari mulut Luna, Luna segera menghampiri Jidan dan berlindung di belakangnya

"Jidan tolong, dia mau perkosa aku", mendengar pengaduan Luna, tanpa ampun Jidan memukuli Alvin hingga babak belur

Mereka bertiga bahkan tidak sadar kalau yang punya rumah sudah datang bersama dengan Adena yang kebetulan bertemu di pintu masuk perumahan. Yudis segera memberikan Bianca pada Adena untuk bisa masuk ke dalam perkelahian dan melerai Jidan dan Alvin

"Dia mau lecehin Luna!, gue gabisa biarin"

"Dia om gue! Luna istri gue! Gaada urusannya sama lo!", Jidan berhenti meninju wajah Alvin, ia melepaskan cengkeramannya namun tatapan tajamnya beralih ke Yudis

"Anjing lo! Ga becus jadi suami", Ucapnya persis didepan wajah Yudis, Yudis menahan amarahnya. Ada Bianca disana

"Mendingan lo pulang! Gue gamau lo mancing emosi gue",

"Loh, Yud proposal sponsor yang mau dikasih ke klien lo gimana?", tanya Adena berniat menghampiri Yudis di atas tangga tetapi urung melihat keadaan Luna

"Jadwal pertemuannya gue ganti hari, mendingan om Alvin, lo, Dena, bawa orang ini pulang. Gue lagi banyak pikiran banget"

Yudis kembali mengambil Bianca dari gendongan Adena lalu mengantarkan kedua orang itu pulang, tak lupa Jidan mencium pipi Bianca sebelum pergi walaupun pipinya sendiri Lebam. Mata Yudis menelisik Alvin yang sedang mengambil barang-barang nya di sofa ruang tamu dari atas hingga kebawah, tersirat rasa curiga pada pamannya ini tetapi ia belum menemukan bukti yang kongkrit siapa pelaku penggelapan dana perusahaan papanya

"Om duluan Yudis, bilang ke istri kamu jangan kurang ajar nampar om", ucapnya diakhiri penekanan kata pada kata nampar

Yudis hanya mengangguk, ia melihat Luna yang memasuki kamarnya dengan keadaan tertatih-tatih, dengan cepat ia menopang tubuh Luna dengan satu tangannya lagi

"Kak, Luna takut", Luna memeluk Yudis erat lalu menangis di pelukannya, Yudis menepuk-nepuk pundak Luna erat

"Udah ya nangisnya, malu diliatin Bianca. Masa bundanya nangis", Yudis mengelap kedua pipi Luna lalu mencium keningnya

Luna mencoba menghentikan tangisannya lalu mencium pipi Bianca yang sedari tadi memperhatikannya dengan wajah bingung

"Jangan nangis ya bunda, ada papa", ucap Yudis untuk menghibur Luna

Dilihatnya kondisi Luna sudah mendingan, Yudis bertanya kronologi yang dialami Luna hingga muncullah Jidan yang menyelamatkan nya, Yudis mendecak mendengar nama Jidan

"Tapi kamu jangan kesel dulu kak, Jidan beneran nyelametin aku dari om Alvin"

"Tapi emang itu anak tempramen apa-apa main tangan",

"Jidan bukan orang kayak gitu, aku kenal--"

"Lagian enggak ada buktinya kan kalaupun beneran om Alvin mau perkosa kamu gara-gara kamu nampar dia? Kalaupun dibawa ke ranah hukum udah pasti Jidan yang salah",

Luna terdiam mendengar ucapan Yudis, "Kak...."

"... Kamu ga salah ngomong gitu?", tanya nya benar-benar heran dengan pola pikir Yudis yang tidak ia mengerti

"Aku korbannya loh kak, aku!"

"Iya tau, tapi kalau gaada bukti fisiknya gimana mau nuntut?"

Luna mengangga, sebegitu tidak percayanya kah Yudis pada dirinya sampai kasus hampir terjadinya pelecehan pada dirinya sendiri yang baru saja dialami ia tidak percaya? Apa mungkin karena pelakunya adalah keluarganya sendiri? Jadi Yudis tidak yakin?














🐶

Duty (Park Jihoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang