Luna tidak masuk sekolah hari ini, toh lagipula hari ini ada jam pelajaran olahraga, sekalian cari aman. Tapi di rumah juga ia tidak hanya berdiam diri bermalas-malasan dikamar, Luna turut serta membantu ibunya membuat kue untuk acara arisan siang nanti dirumah temannya, meskipun masih agak dingin dan masih berbicara seadanya, Luna masih berbicara dan bercerita tentang sekolahnya sesekali kepada ibunya yang hanya diam tidak bereaksi apapun
Selesai membuat kue, ia baru istirahat dan ke kamarnya untuk mengecek ponsel, chatt masuk setengah jam yang lalu dari Yudis yang mengajaknya keluar. Kemarin saat dirinya bertengkar dengan Jidan, dengan berani Yudis mengusir Jidan dan dirinya lah yang menggantikan Jidan untuk mengantarkan Luna pulang kerumahnya, di tengah perjalanan Luna dengan tak sengaja menceritakan semua kisahnya bersama Jidan, ia masih kebawa emosi
"Mama berangkat", ucap ibunya dengan suara kencang agar sampai hingga ke kamar Luna yang pintunya masih terbuka
Luna sebetulnya enggan untuk keluar dari rumah terlebih saat dirinya sedang bolos sekolah berkedok tidak enak badan yang ia izinkan kepada ketua kelas dan juga Naya, tapi ia pasti sangat bete jika sendirian dirumah saat ayahnya bekerja dan ibunya yang baru saja berangkat arisan
Kak Yudis
Oke sejam lagi gue jemput di depan rumah ya☺️Luna melotot ke ponselnya, ia langsung rapih-rapih dan dandan sekenanya saja, walaupun masih satu jam lagi. Tau sendiri perempuan dengan persiapan nya
Bagi Luna belum sejam tetapi Yudis sudah menelpon nya dan mengabarinya sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Dengan gerakan cepat Luna mengambil tas nya lalu keluar dari rumah, menghampiri Yudis yang sedang tersenyum ke arahnya
"Kak Yudis kecepetan jemputnya tau",
"Enggak kok", Yudis masuk ke mobilnya begitupun dengan Luna yang duduk disamping kemudi
"Aku baru tau kakak bisa bawa mobil... Baru liat kakak bawa mobil lebih tepatnya", Yudis hanya terkekeh, sebelum menjalankan mobilnya ia menyuruh Luna untuk memasang seat belt nya
"Mau kemana kak?",
"Temenin gue belanja, mau? Gue butuh inspirasi buat kadoin ibu gue di hari ulangtahunnya",
"Wiih, kapan?",
Yudis menoleh sekilas ke arah Luna, "2 hari lagi",
"Kalo gitu belinya yang..." Sepanjang perjalanan menuju tempat yang Yudis tuju, Luna menceritakan tentang ibunya yang juga menyukai perhiasan hingga turun ke anaknya, maklum namanya juga perempuan. Begitupun dengan ibunya Yudis yang ternyata juga sama-sama menyukai berlian bermerek. Percakapan mereka merembet hingga ke mana-mana, Luna dengan semangat menceritakan apapun pada Yudis dengan nyaman dan Yudis sambil menyetir mobil nya sambil mendengarkan Luna bercerita, sesekali ia juga menanggapi cerita Luna yang menurutnya menarik
Sesampainya ditempat yang dituju Yudis, Luna agak tersentak karena Yudis membawanya ke toko perhiasan dengan koleksi yang harganya cukup diluar nalar di dalam mall ternama
"Kak"
"Iya?"
"Mau beli di dalem?"
Yudis terkekeh pelan, "Iyalah masa mau ngamen", Yudis menarik tangan Luna agar masuk ke dalam toko perhiasan bermerek Cartier itu dengan percaya diri. Ia meminta pelayan disana agar diantarkan ke tempat koleksi perhiasan kalung, hingga para pelayan disana memberikan beberapa rekomendasi kalung terbaik nya disana
"Coba pilihin bagusnya yang mana",
"Kak tapi...", Luna mendekatkan wajahnya ke samping wajah Yudis, berbisik pelan agar pelayanan didepan mereka tidak mendengarnya
"Uangnya cukup kan?", Yudis tertawa pelan, ia mengangguk dan menyuruh Luna tidak perlu memikirkan uangnya. Dengan begitu Luna tetap memilih satu produk koleksi kalung yang bagus tetapi dengan agar yang agak miring, setidaknya itu menurut Luna daripada kalung koleksi terbaiknya yang tembus hingga harga ratusan juta. Luna bahkan agak gemetar menyentuh koleksi terbaiknya
"Kamu katanya suka perhiasan juga kan? Pilih aja", mata Luna melotot ke arah Yudis
"Serius?", Yudis hanya mengangguk sambil mengulum senyumnya
"Aku ga dijadiin pinjol kan nanti?", Yudis tertawa, pelayan yang didepan mereka juga terkekeh pelan
"Engga dong, pilih aja",
"Kalo gitu aku mau yang ini", dengan cepat Luna menunjukkan kalung diamond dengan harga yang tidak jauh beda dari yang awal ia pilih untuk ibunda Yudis
Setelah melakukan pembayaran, Luna tidak henti-hentinya memperhatikan Kalau diamond yang sangat indah itu, bahkan ia menolak untuk dipakai langsung, belum siap memakai kalung puluhan juta katanya
"Suka makanan Jepang gak?",
"Sukakk"
"Mau?"
"Mauuuu", Yudis menarik tangan Luna lagi memasuki restoran Jepang yang tak kalah mahal dan tentu menyuruh Luna untuk memesan apapun yang Luna mau
"Kak aku takut duit kakak abis nanti kuliah nya gimana?", ucap Luna sambil menunggu pesanan mereka
"Ya ga gimana gimana Lunaaa. Kenapa dipikirin sih, aku juga jarang-jarang flexing gini",
"Yang jadi istri kakak pasti seneng, dapet suami orang kaya", Yudis tertawa untuk yang beberapa kalinya, jalan bersama Luna membuatnya lupa akan tugas nya yang membuatnya pusing itu, seketika beban nya agak berkurang karena Luna terus saja membuat mood nya naik
"Iya... Mau coba?",
"Apanya?"
"Jadi istri?", tawa Luna pecah melihat wajah Yudis yang masih setia tersenyum padanya
"Garing ih, tapi gapapa asalkan makan gratis",
🐶
"Luna kemana?", tanya Jidan pada Naya yang sedang memainkan ponselnya
"Lo gatau?", Jidan menggeleng
"Deket doang, dikasih kepastian enggak anak orang. Ternyata emang kehadiran lo ga begitu penting dalam hidup Luna sampe dia ga perlu ngabarin lo ya Ji?", Naya diam-diam juga tau kalau hubungan temannya itu merenggang, entah apa alasannya yang jelas Naya dipihak Luna
Jidan berdiri, ia menghampiri Naya karena tidak suka dengan perkataan gadis itu
"Yang gue tanyain Luna kemana, bukan status sialan",
"Luna izin",
"Kemana?",
"Gatau, lagi sakit hati kali anaknya", Naya meninggalkan Jidan yang masih linglung dengan jawabannya yang ia lontarkan secara asal. Naya tidak tau kalau dari jawabannya itu, Jidan dengan cepat keluar dari kelas untuk mencari kebenaran nya
Jidan bahkan memohon kepada penjaga sekolah yang akan menutup gerbang karena bel masuk akan berbunyi agar tidak ditutup terlebih dahulu, ada hal yang harus ia cek segera. Jidan beralasan kompor dirumahnya belum mati sehingga ia dengan mudah bisa keluar dari sekolah menuju rumah Luna dengan alasan yang konyol
Motornya terhenti beberapa meter dari rumah Luna, matanya melihat dengan jelas kalau Luna bahkan akan pergi bersama dengan pria yang sempat adu argumen dengannya didepan gerbang rumah sakit kemarin lusa
Tangannya terus mengubungi nomor Luna, walaupun matanya tetap melihat Luna memasuki mobil pria itu dengan wajah senangnya yang Jidan benci
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Random"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...