Ibunda Jidan mengucapkan terimakasih kepada Luna yang membantu dirinya berbelanja, ia sangat suka anak perempuan makanya ia senang ketika Luna datang mengunjungi rumahnya, biarpun Jidan cukup membantu dirinya namun kehadiran Luna seperti kesenangan tersendiri bagi ibunda Jidan, kayak... Ada yang bisa diajak ngomong sesama perempuan gitu
"Ngomong-ngomong kamu buat apa beli susu hamil Lun?", Tadi saat Luna ingin membayar susu hamil, ia bertemu ibunda Jidan dan susu hamil yang akan dibeli dibayar sekaligus oleh ibunda Jidan bersamaan dengan belanjaan miliknya
"Buat...",
"Buat Mamah kamu? Kamu punya adek?"
"Bukan, apaan sih Bu, orang buat kucingnya Luna", Ibunda Jidan terkekeh mendengar ucapan anaknya itu, malah berkata kalau Jidan melantur
"Beneran bu", ucap Luna tertawa hambar
"Tuh kan Bu, emang si Luna kan anak nya rada-rada jadi gausah kaget", Jidan dan Luna ikut tertawa hambar sambil membantu mengeluarkan beberapa barang belanjaan
Jidan kembali ke kamarnya, dirinya ikut tersenyum karena sedari di Supermarket tadi ia melihat senyuman Luna yang terus mengembang, Jidan tau kalau keluar Luna bersikap dingin padanya saat Luna jujur kalau ia hamil. Jidan respect pada Luna yang sudah berani jujur, hanya saja disini Jidan terasa seperti pengecut untuk berani bertindak jujur seperti Luna hingga menanggung konsekuensi yang besar. Jidan bahkan masih bingung untuk bertanggungjawab atau tidak terhadap bayi yang sudah jelas-jelas bayinya, kalaupun ia bertanggung jawab ia bingung kedepannya akan menjadi orangtua Seperti apa ia
"Jidaan, Luna udah mau pulang nih, anterin nak", Jidan menghela nafasnya. Ia kembali ke ruang tamu dan melihat ibunya yang sedang memeluk singkat Luna
"Nah tuh udah keluar anaknya, hati-hati ya Luna salam sama mama kamu", Luna mengangguk sambil tersenyum lebar, lalu mengikuti Jidan keluar dari rumah
"Orangtua lu... Masih dingin?", tanyanya sambil memakai kan helm di kepala Luna, sedangkan Luna hanya mengangguk
Jidan menghela nafasnya, kalau ia punya uang banyak mungkin tanpa pikir dua kali ia akan membawa Luna pergi jauh. Masalahnya ia masih anak sekolah yang masih butuh perhatian dan bantuan dari kedua orang tuanya sendiri
🐶
"Yang namanya Luna dipanggil guru olahraga di ruang guru", Luna menoleh ke salah satu murid yang menyebutkan namanya didepan pintu kelas
"Pasti deh lu kena tegoran gara-gara udah 4 kali pertemuan lu ga ikut pelajaran nya",
"Iya kali ya Nay", ucap Luna sambil menutup bukunya, ia bangkit sambil merapihkan rok nya yang sudah mulai agak menyempit, padahal awalan ia harus memakai ikat pinggang dengan kencang agar rok nya tidak turun, sekarang tidak memakai ikat pinggang pun sudah tidak apa-apa
"Mau ditemenin gak?"
"Gausah Nay", jawab Naya sambil terus merapihkan rok nya
"Lah bukan gue yang nawarin lo", Luna menoleh ke arah Naya yang sedang fokus menonton film melalui ponselnya
Ia melirik Jidan yang sedang melihatnya dengan wajah datar, "Mau gue Anterin gak?", tanya Jidan lagi
"Yaudah gausah, kelamaan",
"Dih, yaudah kalo ga niat mah", Luna berjalan cepat ke luar kelas, dengan cepat menghampiri ruang guru lalu berjalan ke meja guru olahraga yang memanggilnya
Diam-diam Jidan mengikuti Luna lalu melirik dari jendela, melihat seperti nya Luna sedang dimarahi oleh guru olahraga itu. "Kalo sampe main tangan, awas aja tuh guru", ucapnya bergumam
"Ji?" Jidan menoleh ke arah pintu ruang guru yang terbuka, ia tersenyum tipis ke arah Luna
"Ngapain disini? Katanya gajadi nganterin gue"
"Kan gajadi nganterin, kalo jemput lo di ruang guru mah jadi... Tapi males ah kirain lu bakal dipukul atau gimana, gataunya cuma ditegur doang", Jidan berjalan meninggalkan Luna yang keheranan melihat tingkah Jidan sambil berjalan dibelakang Jidan menuju kelas
Jidan berhenti melangkah, ia lalu berbalik saat sedikit lagi sampai ke kelas nya, "Ada yang lagi lo pengenin?", tanyanya dengan wajah serius
"Enggak ada"
"Masa sih? Bukannya orang hamil suka pengen sesuatu?"... Setidaknya itu yang gue baca di google
Luna menggeleng mantap menatap Jidan, memang aneh hamilnya ini. "Kalo gitu ikut gue bolos aja yuk, gue pengen bolos", Jidan dengan santainya memutar tubuh Luna menghadap belakang lalu mendorongnya agar menjauhi kelas
"Bolos kemana?", Jidan tidak menjawab pertanyaan dari Luna, ia malah menarik tangan wanita itu keluar dari gerbang sekolah dengan cara mengendap-endap sambil mendorong motornya yang masih mati alih-alih dikendarainya
"Jadi jauh-jauh kesini cuma mau beli es krim milo doang?", ucapnya memperhatikan Jidan yang membeli 4 es krim rasa Milo di minimarket yang cukup jauh dari sekolah
"Ini deket sama tempat gue cek up rutin tau Ji",
"Oh ya? Dimana?"
"Tadi yang kita lewatin",
"Kok gue ga liat?",
"Mata lo buta ga?"
"Buset, mata lu kali", Luna tertawa melihat wajah kesal Jidan, bukannya takut ia malah terlihat lucu saat marah tetapi mulutnya masih menjilati es krim milo nya
"Hai...", Luna menoleh, tawa terhenti digantikan oleh senyumannya yang mengembang
"Kak Yudis bukan?", orang itu mengangguk,
"Kamu... Masih sekolah?", Yudis memperhatikan seragam sekolah yang dipakai oleh Luna
"Bukannya waktu itu katanya mahasiswi ya?"
"Loh kapan aku bilang aku mahasiswi kak? Kan kakak yang punya asumsi kayak gitu, aku ga jawab gitu loh", Yudis terkekeh pelan
"Iya kali ya, mungkin aku yang salah tangkep. Btw, kalian... Bolos?", ucapnya menunjuk-nunjuk ke arah Jidan dan Luna bergantian
"Iya"
"Enggak", Jidan mendecak kepada Luna, kesal karena ia jawab dengan jujur didepan orang yang baru saja ia kenal
"Gimana nih? Ga sinkron jawabannya, belom briefing dulu ya?", Luna terkekeh
"Sebenernya iya kak bolos, tapi di jam istirahat kok. Sebelum istirahat nya abis juga kita udah balik ke sekolah", Yudis tersenyum sambil mengangguk
"Take care ya kamu sama pacar kamu, aku balik ke kampus dulu", aksi Yudis yang menepuk pundak Luna beberapa kali itu mengundang tatapan tidak suka dari Jidan, apalagi melihat Luna yang tersenyum menerima perlakuan manis itu
"Dia mah temen saya bang, bukan pacar saya", ucap Jidan spontan yang terdengar kesal melihat keduanya yang saling tersenyum
🐶

KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Overig"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...