Sudah bisa dipastikan kalau setelah Alvin pulang, Yudis langsung menarik Luna ke kamar untuk berbicara 4 mata mengenai obrolan yang tadi, bisa-bisa istri udah jadi mahasiswa baru tapi suaminya gatau sama sekali. Dan sudah dipastikan juga kalau obrolan mereka tidak berjalan mulus alias ujung-ujungnya berdebat dengan panas, hal itu suka terjadi akhir-akhir ini
"Kamu gatau dunia kampus itu kayak apa Luna, kenapa ga bilang aku dulu?"
"Kapan kakak pernah dengerin aku? Aku selama ini mantau pendaftaran mahasiswa baru dikampus kamu loh kak tapi tiap aku mau buka obrolan, kamu selalu bahas topik lain",
Seakan tau kalau orangtuanya sedang bertengkar, Bianca menangis kencang diruang tamu padahal ada baby sitter nya disana tetapi tangisannya tidak mau berhenti. Akhirnya Luna keluar dan mengambil alih Bianca dari baby sitter nya. Ia mencoba meniduri Bianca di kamarnya sementara Yudis membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas, daripada berdebat dengan ujung yang tidak jelas lebih baik menyicil tugasnya sambil mendengarkan instrumen lagu penenang dengan full volume melalui Headphone bluetooth nya
Setelah dirasa Bianca sudah tertidur, Luna bangun dan hendak untuk mandi. "Kak, aku titip Bian sebentar mau mandi dulu",
Luna memasuki kamar mandi, ia ingin berendam untuk merilekskan tubuh nya hari ini, baru seminggu ia sudah menjadi mahasiswa baru tetapi ternyata sudah ada tugas yang menunggunya. Tapi ia senang walaupun pikirannya kacau, ia senang dapat teman baru, kelas baru, dan status baru. Rasanya sama saat ia kembali ke masa SMA nya
Baru juga akan menggosok tubuhnya menggunakan spons, tangisan Bianca kembali terdengar di kamar, Luna menghela nafasnya lalu keluar dari bathtub, membasuh dirinya dengan air lalu memakai handuknya
"Yaampun kak, Bianca nangis loh kamu sempat-sempatnya masih ngerjain tugas", Yudis yang sedang duduk di kursi belajar membelakangi ranjang itu tidak merespon apapun hingga Luna harus memanggilnya berkali-kali itupun masih sama, tidak ada respon apapun
Luna menghampiri Yudis lalu melempar Headphone yang awalnya menempel dikedua telinga Yudis ke lantai hingga hancur dibagian kiri headphone, "Luna!",
"APA?!", mereka berdua terdiam dengan saling memandang, Yudis baru sadar kalau ia telah membentak Luna, baru kali ini ia membentak perempuan yang ia sayangi siapapun itu
"Kamu bisa-bisanya ya asik asikan ngerjain tugas sambil dengerin lagu, nelantarin Bianca. Aku cuma minta kamu jagain selama aku mandi loh kak",
Jujur, Yudis bahkan tidak mendengar suara apapun karena ia terlalu fokus, ia mengaku dirinya juga salah tidak peka dengan sekitarnya. Dan sekarang ia juga merasa bersalah pada Bianca yang sekarang malah makin keras menangis
"Aku tau kamu marah, tapi seenggaknya peka sama anak sendiri, dia anak kamu...",
"...Oh atau mungkin karena Bianca bukan anak kamu jadi kamu ga peduli?", sambung Luna. Mata Yudis sampai melotot kesal padanya
"Kamu ini bodoh atau gimana sih? Kapan aku pernah ngomong gitu? Hah?! Kalo ngomong ngotak dulu lah sekarang kan udah jadi MAHASISWI masa punya mulut ga di filter, malu sama kampus!",
"Apaan sih kok jadi bawa-bawa kampus?, kalo kamu gasuka aku kuliah bilang dari awal. Aku bisa ngekost bareng Bianca",
Yudis menghembuskan nafas nya kasar, ga seharusnya ia kebawa emosi saat emosi Luna tidak stabil kayak tadi. Yudis berjalan menggendong Bianca lalu mengelus punggungnya supaya tenang. Anaknya pasti kaget mendengar perdebatan orangtuanya yang kencang. Yudis melirik ke arah Luna yang terduduk dipinggir kasur masih memakai handuknya, ia tertunduk sambil mengusap air matanya
Ia duduk disamping istrinya, memeluknya dengan salah satu tangan yang tidak menggendong Bianca, meminta maaf pada Luna karena sudah membentaknya, ia yakin Luna pasti terkejut ketika Yudis membantahnya dengan nada yang cukup tinggi
"Maaf ya, aku khilaf. Emang aku akuin aku salah, aku cuma gamau kamu terlalu terlena sama urusan kampus sampe lupa status kamu dirumah", ucapnya sambil mengelus lalu mengecup pucuk kepala Luna, kemudian tangannya beralih untuk mengelus pundak Luna lembut
Luna menghapus air matanya kasar, menoleh ke arah Yudis dengan mata merahnya. Yudis yang diperhatikan seperti itu otomatis tersenyum canggung, lalu mengambil tangan Bianca yang ia dekatkan ke lengan atas Luna, "Bian... Ayo suruh bunda berhenti nangis, bilang papa gasuka liat bunda nangis",
Seperti menurut perkataan Yudis, Bianca menepuk-nepuk lengan atas Luna kegirangan sambil terkekeh. Melihat perubahan emosi anaknya itu, Luna ikut tersenyum begitupun dengan Yudis yang sekarang memuji Bianca sambil menghujaninya dengan ciuman. Luna terhibur melihat itu hingga tanpa sadar dirinya merapatkan tubuhnya mendekati Yudis, ikut bergabung dengan kegemasan bapak dan anak itu
Yudis merangkul Luna, sekarang dirinya menghujani Luna dengan ciuman, sama seperti Bianca, hanya beda tempat. Bedanya Yudis menghujani ciuman diperut Bianca, kalo dengan Luna Yudis menghujani nya dipipi dan berakhir di bibir hingga ia memainkan bibirnya cukup lama disana. Bianca menjadi saksi pergulatan bibir kedua orangtuanya di gendongan Yudis
"Bikin satu lagi yuk", ucap Yudis seketika
Luna melotot lalu menjauhkan wajah Yudis yang sekarang malah terlihat mesum. Masa harus hamil disaat dirinya mau kuliah? Malah akan sangat melelahkan jadi sebisa mungkin selama mereka berhubungan intim nantinya, Luna akan mengkonsumsi obat penunda kehamilan agar tidak kebobolan saat ia sedang berkuliah
"Besok kuliah jam berapa?",
"Aku ada matkul pagi, kemungkinan bisa bareng kamu", Yudis tersenyum sambil mengangguk, senang melihat ekspresi antusias dari Luna yang sudah jarang sekali ia lihat akhir-akhir ini
🐶
Happy independen day wan kawan sekalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty (Park Jihoon)
Acak"Kenapa lo ga jujur kalo lo yang hamilin Luna, Jidan!. Kalo gini salahnya kan bang Yudis juga kena imbasnya", "Lo nyalahin gue? Terus kenapa Luna malah diem aja dan ga nyangkal kalo sepupu lo yang hamilin dia?", Katakanlah Jidan pecundang karena ti...